PERANG HUNAIN

Perang Hunain - Pondok Pesantren Modern Al-Anwar

sumber: ponpesalanwar.org

PERANG HUNAIN

Oleh: Maulidiah Nur Hikmah

 

Penyebaran agama Islam pada masa Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam tak luput dari hal-ihwal peperangan. Mulai dari rangkaian perang berskala kecil hingga perang yang berskala besar. Salah satu perang yang terjadi pada masa itu ialah perang Hunain. Perang Hunain atau pertempuran Hunain adalah salah satu perang yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Tepatnya dalam QS. At-Taubah (9): 25-26. Perang ini melibatkan kaum Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wa sallam dengan kaum Badui (suku Hawazin), Tsaqif, bani Hilal, bani Nashr, dan bani Jusyam. Pihak Muslim saat itu dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wa sallam dan sepupunya, Ali bin Abi Thalib. Sedangkan pihak lawan dipimpin oleh Malik bin Auf dan Duraid bin Simma. Pertempuran terjadi pada tahun 630 M / 8 H di Hunain (sekitar dua minggu setelah penaklukan Makkah / fathul Makkah, atau empat minggu setelah Nabi Muhammad salallahu'alaihi wa sallam meninggalkan Madinah). Penamaan perang ini berdasar pada lokasi kejadian, yakni di wadi Hunain –biasa disebut lembah Hunain-.

Pertempuran ini bermula dari ketidaksukaan suku Hawazin terhadap kaum muslimin yang hendak berpindah dari Madinah ke Makkah (sekaligus melakukan penaklukan terhadap Makkah). Malik bin Auf takut kalau-kalau wilayah kuasanya akan jatuh ke tangan kaum muslimin sebagaimana daerah tetangganya yang sudah ditaklukkan Rasulullah bersama para pengikutnya. Kala itu, daerah Makkah masih dikuasai oleh kaum kafir Quraisy. Tatkala pasukan muslim bergerak menuju daerah Hawazin, pemimpin kaum Badui Malik bin Auf al-Nasri menyergap di lembah sempit yang bernama Hunain ini. pasukan yang dibawanya pun tak sedikit, yakni bejumlah 12.000 pasukan. Pebandingannya dengan jumlah kaum muslimin saat itu sama rata. Kaum muslimin pun saat itu berjumlah 12.000. 10.000 dari mereka ialah pemeluk Islam yang ikut menaklukkan Makkah, dan 2.000 pasukan berasal dari kafir Quraisy yang baru memeluk Islam semasa penaklukan dilakukan. Jumlah ini tentu terbilang banyak, mengingat pada perang-perang sebelumnya kaum muslimin tidak pernah mencapai angka pasukan sebanayk itu.

Banyaknya pasukan di bawah kafilah pimpinan Rasulullah salallahu'alaihi wa sallam saat itu sempat membanggakan kaum muslimin. Sebab, sebelumnya pasukan Islam tidak mencapai angka sebesar itu. Namun demikian, Allah menegur dengan hadirnya lawan kaum muslimin. Kaum Badui menyerang dari ketinggian, menggunakan batu dan panah. Sontak kejadian tersebut mengagetkan kaum muslimin hingga menyulitkan koordinasi serangan balik dari pihak kaum Muslimin. Karena kacaunya keadaan, pasukan Muslim sempat mundur dalam kekacauan. Barisan terdepan kafilah  banyak yang gugur akibat serangan mendadak. Mendapati hal demikian, barisan di belakangnya langsung melarikan diri ke arah belakang. Rasulullah yang saat itu berada di barisan tengah, dengan jelas melihat carut-marutnya keadaan rombonga, serta langkah-langkah besar kaum muslimin meninggalkan garda depan. Golongan yang lari ini termasuk di dalamnya kaum Muhajirin dan Ansar.

Keadaan sempat terpaut dramatis saat kaum di samping Rasulullah salallahu'alaihi wa sallam berteriak mencegah pasukan depan mundur. Ucapan demi ucapan berisi pencegahan kaum muslimin mundur. Sebagian ada yang tesadar lalu kembali ke barisan, dan tak sedikit pula yang tetap memilih lari. Bahkan ada yang sempat lupa bahwa semua terjadi atas izin Allah. Maka, Rasulullah pun tanpa banyak bicara segera menunduk dan berdoa pada Allah. Dibayangkannya kematian begitu dekat di kerongkongan. Segelintir harap, dan aksi pun akhirnya menjadi buah doa Rasulullah. Allah mengabarkan bahwa pasukan muslim akan dibantu oleh pasukan tak terlihat: malaikat. Ketenangan akan Allah turunkan pada dada-dada orang muslim. Ali bin Abi Thalib dibantu pamannya, Abbas kembali mengumpulkan pasukan. Abbas meneriakkan banyak hal terkait perjuangan kaum Muhajirin dan Ansar bersama Rasulullah salallahu'alaihi wa sallam. Abbas yang bersuara gagah, berat, dan bulat, dibarengi dengan keadaan lembah yang sempit, semakin membuat suara Abbas terdengar keras dan tegas. Kaum muslimin yang tadinya lari pun akhirnya menghentikan langkah larinya, dan kembali ke samping Rasulullah untuk menghadapi lawan.

Bersamaan dengan teriakan paman Rasulullah, dan selesainya Rasulullah memohon pada Allah, keadaan berangsur balik. Pihak lawan yang mulanya merasa berhasil karena melihat kaum muslimin lari tunggang-langgang kini gentar melihat adanya perlawanan yang berani. Akhirnya pihaknya pun terdesak, dan dipukul mundur. Saat Rasulullah salallahu'alaihi wa sallam memerintahkan serangan, kaum Badui melarikan diri dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang nantinya akan kembali berperang melawan kaum Muslim dalam pertempuran Autas, dan sisanya mengungsi ke Thaif. Salah satu faktor yang mempermudah perlawanan kaum muslimin ialah karena lokasi lembah Hunain yang sempit, sehingga tidak sulit untuk memberikan serangan balik.

Dalam pertempuran ini, pasukan muslim yang tewas berjumlah 12 orang, sedangkan pihak lawan sebanyak 70 orang tewas. Di akhir pertempuran, kaum muslimin berhasil meraih kemenangan dan menangkap keluarga dan harta benda dari suku Hawazin. Rampasan perang ini termasuk 6.000 tawanan, 24.000 unta, 40.000 kambing, serta 4.000 waqih perak (1 waqih = 213 gram perak). Sebagaimana perintah Rasulullah, kaum muslimin memperlakukan tawanan dengan baik dan membebaskan 600 di antaranya secara cuma-cuma. Sisa tawanan ditahan dalam rumah-rumah khusus hingga berakhirnya Pengepungan Thaif. Bani Hawazin yang saat itu ditawan di bawah pimpinan Rasulullah banyak yang mulai memeluk Islam secara sukarela, tersebab oleh perlakuan kaum muslimin terhadap mereka selama menjadi tawanan perang.

 

Referensi: Sejarah Hidup Muhammad

 

 

 

            Namanya Maulidiah Nur Hikmah. Pegiat literasi kelahiran 12 Rabiul Awal 1420 H, yang sedang menempuh S-1 Sastra Indonesia di Universitas negeri yang seirama dengan tempat asalnya. Penulis asal Sukowono ini selain aktif di bidang kepenulisan pun aktif di bidang Komunitas Pengistiqomah Umat, bersama motto hidupnya: “Dengan Tulisan Kusalurkan Pemikiran. Dengan Lisan, Kan Kuubah Masa Depan”.


Komentar