Kumpulan Cerpen - Satu Memori

Untuk Apakah Pelatih Membangunkan Peserta KML di Tengah Malam?

sumber: darunnajah.com

SATU MEMORI

Oleh: Putri Bakhita

 

Mataku terbuka. Aku mengerjap perlahan. Tak biasanya sinar matahari tak menembus kaca jendela kamarku, sedangkan gorden bergeming dengan tenang, seolah menunggu kedatangan seberkas cahaya gemilang di siang hari.

Kamarku nampak lebih gelap. Aku lantas bangkit dari ranjangku, menuju ke jendela. Panorama awan kelabu terhampar sejauh mata memandang. Titik-titik air mulai jatuh, semakin banyak hingga membuat sebuah genangan di pekarangan rumah.

Aroma yang khas itu memenuhi penciumanku. Terpisahkan oleh kaca, aku hanya bisa memandang dari dalam tanpa boleh menyentuhnya. Nasehat ibu terus mengurung niatku untuk bermain di genangan hujan yang sudah bak kolam ikan itu. Jadi, aku hanya bisa berakhir seperti ini. Mematung di balik kaca jendela dengan mata berbinar yang menerawang.

Siang ini sangat sepi. Suara orang-orang yang berlakon di tv bahkan tak terdengar. Ibu sepertinya sedang terlelap di kamarnya. Aku memutuskan untuk mengendap-endap meninggalkan rumah untuk pertama kalinya. Suara bising dari tumpahan air yang deras itu kuabaikan begitu saja. Namun, suara rintihan berhasil memecah delusiku dikala tanganku berhasil meraih kenop pintu.

Aku langsung saja bergegas ke kamar ibu. Semenjak itu, semua kesanku terhadap hujan menjadi buruk. Seseorang yang selalu ada di sisiku pergi seiring hujan meredah. Garis warna-warni itu terlihat samar-samar, seolah menggambarkan hatiku saat ini.

Jemariku menyentuh kaca jendela yang dingin. Sensasinya sangat berbeda. Sepuluh tahun telah berlalu. Tak ada panorama genangan air yang menjadi objek, melainkan hamparan rumput hijau yang telah basah oleh tangisan langit kelabu.

Suasana hujan di tahun demi tahun semakin berbeda, tetapi memori itu terus mengikuti. Dari sekian memori, satu hal yang sangat sulit untuk dilepas atau bahkan dilupakan. Seharusnya sudah lenyap seiring dengan waktu yang terus berputar ke depan, tanpa sedikit pun melirik ke masa lalu.

Pemicu kenangan itu sudah tak ada lagi harusnya, tetapi kutipan itu tetap ada hingga tumbuh bersama denganku selama sepuluh tahun lamanya.

"Jangan bermain hujan, ntar sakit, loh!"


Biografi Singkat

Nama Putri Bakhita atau biasa disapa Dhita. Ayah merupakan seorang pensiunan PNS, sedangkan ibu merupakan pekerja URT. Saat ini berstatus mahasiswa memasuki semester lima yang mengeyam pendidkan di Universitas Tadulako. Mengambil program studi Statistika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Saat ini sedang menulis novel berjudul Glorious Battle, tetapi sayangnya dilanda write-block ditambah situasi sekitar kurang mendukung. Menggunakan aplikasi menulis di Wattpad dan Novelme dengan nama pena Demartha.

 

 


Komentar

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    BalasHapus

Posting Komentar