Kumpulan Cerpen - Jahitan Cinta

Empat orang girlfriends persahabatan kalung perempuan teman baik ...

sumber: shopee.co.id

JAHITAN CINTA

Oleh Ronaldo Simanungkalit

 

Bermain musik, menyukai musik. Merupakan hal yang wajar dilakukan dalam dunia yang fana ini. Siapapun, kapanpun dan dimanapun ia seseorang berada,ia akan dapat bermain musik bila alat tersedia disekitarnya. Namaku Encep von Joseph. Aku tinggal di Indonesia. Namaku memanglah terdengar konyol sekali bukan?. Nama itu diberikan oleh kedua orang tua ku ,dengan menggabungkan saran nama dari mereka berdua yang berbeda tempat asalnya. Ibuku orang Indonesia asli yang bersuku sunda. Ayahku keturunan Belanda. Seperti itulah asal namaku.

Aku adalah siswa biasa yang bersekolah biasa juga, meski aku berasal dari keluarga berada.Aku mengikuti ekskul musik. Karena dua alasan. Yang pertama,ialah karena suka musik. Entah klasik atau modern.  Alasan yang kedua, karena aku menyukai seorang gadis yang sangat lihai tangannya dalam memainkan piano. Dengan anggunnya dia duduk diatas kursi dan dengan seksama dia menekan tuts hitam dan putih itu, menciptakan melodi yang indah.

    Aku sangat mencintainya. Mencintai seluruh bagian tubuhnya terutama salah satu  tangannya yang kelihatan lebih lihai memainkan piano itu,dibanding tangannya yang lain. Lekukannya yang indah pada lengannya menambah eksistensi dan gairahku pada dirinya. Hasrat ini, rasa ini, sudah tak salah ini namanya cinta. Lalu suatu waktu aku mengajak nya main kerumahku dengan dalih aku mengajaknya berduet musik. Untuk meluapkan rasa cintaku ini pada tubuhnya itu. Sesampainya di rumahku, aku mempersilahkannya masuk ke dalam kamarku. Oh iya sedikit informasi aku juga menyukai senjata yang digunakan saat perang di Eropa dulu.

    Lalu setelah ia masuk, ia berkata “ Wah! Kamarmu megah sekali dan juga elegan ya!”dengan nada girang dan kagumnya itu. Lalu ia terduduk di kasur kesaynganku itu. Setelah itu kami berbincang dengan hangatnya, sembari aku mempersiapkan mental untuk meluapkan hasratku pada tubuhnya. “ Hey cantik,bermainlah sebuah lagu untukku!” seruku, ia beranjak dari kasur sembari mengiyakan ucapku itu. Lalu ia memainkan Love’s Sorrow karya Kreisler-Rachmaninof.

    Ketika ia bermain, kuluapkan hasratku pada tubuhnya. “Hey nona!” panggilku. Dia tiba-tiba menghentikan permainannya sesaat setelah ku menghujam Jantungnya dengan sebilah belati Stilleto ala Italia. Sesaat itu dia menjerit dan menengok ke arahku, lalu perlahan jatuh terkapar tak berdaya di atas tuts hitam dan putih. Ia menghiasi karpet putihku dengan darah berwarna merah segar dari dadanya itu. Lalu kuambil sebilah pedang dan memotong salah satu tangannya serta memotong salah satu tanganku. Kemudian kujahitkan tangannya pada tubuhku, sembari menahan rasa girang. Sudah kubilang bukan, 'aku mencintai tangannya!' .

 

 


Komentar