sumber: kompasiana.com
IRONIS
POLA BERFIKIR
Oleh Putri Bakhita
Suara
deru kendaraan yang berlalu-lalang disertai kepulan asap kelabu memenuhi area
jalan raya. Aku hanya bisa bergeming di pinggir jalan, meratapi nasibku yang
hanya bisa berdiam di tempat yang tak bisa dikatakan nyaman itu.
Tak ada pejalan
kaki di sekitar sini, melainkan hanya sekumpulan kendaraan yang memenuhi
jalanan disertai suara klakson yang saling bersahut-sahutan. Kalau pun ada,
mereka hanya melewati trotoar tanpa peduli akan eksistensiku di sini.
Tak ada yang
menarik di hadapanku, melainkan hanya kepulan kelabu yang seolah memenuhi
langit-langit. Para pengguna kendaraan beroda empat membuka jendela hanya untuk
membuang sesuatu yang sudah tak berguna bagi mereka. Aku melihat bagaimana
mereka hanya bisa tergeletak tak berdaya selepas didepak begitu saja dari dalam
kendaraan yang nyaman itu.
Aku sebetulnya
tak sendiri, melainkan ada beberapa yang senasib denganku hanya bisa berakhir
di tempat seperti ini akibat ulah orang-orang tak beradab itu. Di sini kami diliputi
euforia yang membuat siapapun yang melihatnya tentu sangat jijik. Bahkan mereka
pun tak sudi menyentuh kami hanya untuk memindahkan kami ke tempat yang lebih
layak. Ironis memang.
Kota ini sudah
dinobatkan sebagai salah satu kota terkotor di Indonesia. Karena oknum-oknum
itu, himbauan mengenai kebersihan sebagian dari iman seolah lenyap begitu saja.
Mengenyam pendidikan pun tak menjamin jika seseorang tersebut bisa menerapkan
kehidupan yang bersih dan sehat.
Nyatanya, aku
melihat ada yang senasib denganku ditelantarkan begitu saja di rerumputan taman
kemudian orang yang kuduga berstatus mahasiswa tersebut pergi begitu saja.
Miris sekali. Untuk apa mereka mengenyam pendidikan selama bertahun-tahun,
sementara kesadaran mereka akan kebersihan tak ada? Mereka punya agama juga,
bukan? Bukankah agama yang mendominasi kota ini mengatakan jika kebersihan
sebagian dari iman?
Aku sungguh tak
mengerti dengan pola pikir mereka. Apakah sebegitu susahnya meletakkan sesuatu
seperti kami ini ke tempatnya yang sebenarnya? Padahal tempat kami sudah
disediakan di manapun, tetapi mereka seolah menutup mata akan itu. Mereka sudah
dianugerahi oleh Tuhan otak yang dilengkapi dengan akal, tetapi sifat mereka
bahkan lebih buruk dari binatang yang notabene tak dikaruniai akal.
Sebelumnya aku
minta maaf. Aku tak bermaksud menghakimi semua orang di kota ini, melainkan
hanya oknum-oknum tertentu yang notabene mendominasi kota ini. Aku tahu, masih
ada orang yang memiliki pola pikir sehat dan masih memiliki kesadaran yang mau
meletakkan kami ini ke tempat yang layak.
Biodata
Nama Putri
Bakhita atau biasa disapa Dhita. Merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Ayah merupakan seorang pensiunan PNS,
sedangkan ibu merupakan pekerja URT. Saat ini berstatus mahasiswa memasuki semester tiga yang mengeyam pendidkan
di Universitas Tadulako. Mengambil
program studi Statistika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Numpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*