nazifahjamil.blogspot.com
CHINTIA
Oleh: Refalinand
Gadis
itu tengah berkutat dengan buku nya di dalam perpustakaan dan beberapa tugas
lainnya
siapa
lagi kalau bukan Chintia Giberlia?
Jam
menunjukan pukul 06:15 gadis itu memutuskan untuk kembali ke kelas.
"Awhhh"
rintih seseorang dari belakang perpustakaan.
Dengan
langkah takut takut chintia mencoba melihat ada apakah di belakang sana,
kemudian dia mencoba memberanikan diri nya dan dia melihat laki laki yang
terduduk sambil memegang ujung mulutnya yang sudah berdarah
dengan
cekat Chintia mengambil plester di tas nya.
dia
selalu menyiapkan plester dan obat merah di tas nya karena kedua benda itu
sangat penting bagi chintia.
setelah
itu chintia langsung memberikannya kepada laki laki yang sedang merintih
kesakitan laki laki itu terkejut mungkin sedari tadi ia belum sadar kalau ada
chintia.
"ini
bersihin luka mu"
"gamau,sakit"
ucapnya dingin
"yaudah"
dengan
langkah santai chintia tak ambil pusing tentang laki laki itu yang tak mau
menerima plaster dan obat merahnya lebih baik dia menuju ke kelas,sebuah
teriakan menyambutnya
"Chinnn"
teriak Daira
"apasi
kamu da,masih pagi juga"
"yah
elo si pagi pagi juga udah bikin cerita" tukas Aisa
"cerita
apaan sih?" tanyaku bingung
"lo
tadi pagi ngapain sama Kak Devano" tanya Daira sedikit menaik turunkan
alisnya
"oh
namanya devano,perasaan tadi cuman aku sama dia doang napa ini pada tau semua.
ah bodoamat" batinku
"aku
cuman nolongin doang tadi mulutnya berdarah yaudah aku bantuin,salah?"
ucapku sambil meninggalkan mereka berdua yang masih belum puas dengan ceritaku
"boong
dosa ih Chin" bujuk Aisa
"nah
tu tau buat apa aku boong?"
"Chintia
nyebelin" ucap Aisa dan Daira bersamaan
"ngangenin"
"ihhhh
Chintiaaaa" ucap Aisa dan Daira kesal
sementara
chintia hanya tertawa terbahak bahak karena Aisa dan Daira kesal padanya
bel
istirahat sudah berbunyi 3 menit yang lalu banyak siswa berhamburan menuju
kantin salahsatu nya adalah Devan Cs yang sudah mapan bersama makanan
makanannya
"eh
bro,tumben banget tuh mulut lo plester?" tanya Albert sambil mengaduk aduk
bakso nya
"pengin
aja"
"udah
bert lah nannya mulu makan tuh bakso lo da tau juga kalo devan lagi banyak
masalah" sela Angga
"iya
deh maapin babang tampan ini" ucap Albert dengan gaya imutnya
"gaya
lo" ucap Devan dan Angga bersamaan sambil tertawa terbahak bahak
tiba
tiba pandangan Devan jatuh kepada cewe yang duduk di seberangnya dia adalah
cewe yang memberi kan devan plaster
"oh
iya tuh cewe kan yang ngasih plester ke gue" batinku
di
sisi lain
"aku
mau ke toilet dulu deh kalian lanjutin aja makannya"
"oke
siap Chintia sayang" ucap Daira
"lebai"
"bodoamat
chin bodoamat" ucap Daira kesal
"dahla
sono ke toilet dah" sela Aisa
"iya
bawel"
"darimana
aja si lo, gue tungguin juga malah ga dateng dateng" gerutu Daira
"toilet"
"tadi
bu sekar nyariin lo" sela Aisa
"duh,kenapa
ya kok nyariin aku?"
"mana
gue tau ish" ucap Aisa geram
"yaudah
temuin ish" ucap Daira mengikuti gaya bicara Aisa
"apaan
deh ra"
"gercep
ah sana lo ke ruang guru" sela Aisa
"bawel,iya
deh"
Sesampainya
di ruang guru,chintia mencari keberadaan bu sekar. terlihat bu sekar sedang
memarahi seorang cowo yang baju sekolahnya sudah jauh dari kata rapi dan rambut
yang acak acakan yang membuatnya semakin ganteng
"ih
apaan si aku" batinku
"eh
Chintia sini duduk nak" ujar bu Sekar
"e
e em iya bu,maaf bu apa yang perlu saya bantu?"
saat
pertanyaan chintia terlontarkan sekilas cowo itu berbalik menghadap chintia
sekilas mata nya bertabrakan.
"bukannya
itu cewe yang nolongin gue tadi" batin Devan
"ada,banyak.
bisa kah kau bantu ibu untuk memberikan devan les prifat" tanya bu Sekar
dengan
bimbang, chintia melirik ke arah cowo tersebut ya cowo itu Devano Danendra yang
kini tengah sibuk memainkan ponsel nya tanpa mendengarkan obrolan chintia
dengan bu sekar
"ta
ta tapi bu"
"tolong
bantu ibu,ibu juga akan membantu kamu untuk dapat beasiswa sekolah di
universitas prancis yang kamu inginkan" ucap bu Sekar menaik turun kan
alisnya
jika
sudah begini chintia tidak dapat menolak tawaran bu sekar ini meski dia harus
menghadapi cowo itu
"tapi
bu saya kelas sebelas dan kak devan kelas 12 saya rasa ilmu saya tidak
sebanding dengan kelas 12"
"ibu
rasa kamu bisa membimbing devano" Ujar Bu Sekar
"ih
apaan si bu pake les prifatan segala" gerutu Devan
"ini
amanat bunda mu yang ada di inggris" tukas bu Sekar
"bunda
saya aja ga ngatur ngatur kayak bu sekar,masa bu sekar yang bukan siapa siapa
nya devan ngatur ngatur sih" ucapnya lalu pergi meninggalkan ruang guru
ini
"belagu
amat deh tu cowo" batinku
"ibu
benar benar kasihan dengan devan dia hampir sebentar lagi menginjak ujian
nasional tetapi dia tidak ada persiapan apapun,keluarga nya juga sibuk dengan
uang" jelas Bu Sekar
"baiklah
bu saya terima permintaan bu sekar"
"terimakasih
nak kamu yang bisa ibu andalkan" ucap Bu sekar sembari memelukku
Chintia
memang sudah menganggap Bu Sekar ini seperti ibu kedua nya setelah mama
"sama
sama bu,baiklah kapan a akan memberikan les prifat kepada devan?"
"sepulang
sekolah,ini alamatnya" ucap bu sekar sambil memberikan kartu nama devan
"oke
bu,baiklah saya permisi"
"hati
hati nak" ujarnya
"siap
bu"
Bel
pulang sekolah sudah terdengar saatnya murid murid berhamburan untuk pulang ke
rumah masing masing.
"gue
pulang duluan chin" ucap Daira
"gue
juga nih udah di jemput" Sela Aisa
Chintia
yang masih berkutat dengan buku nya yang sedang ia siapkan untuk materi les
prifat bersama Devan. hanya meng iya kan ucapan Daira dan Aisa. setelah
mendapat jawaban dari Chintia mereka berdua langsung pergi meninggalkan kelas.
"oke
udah Siap" batinku
Mobil
chintia melaju menuju alamat yang tadi bu sekar berikan, sesampainya di alamat
tersebut chintia langsung turun dan bertemu dengan pak satpam yang ada di rumah
itu
"maaf
pak ini bener rumahnya Devano Danendra?"
"oh
iya non,bagaimana?ada perlu apa?" ucap Pak satpam
"em
jadi gini saya guru les prifat nya kak Devan"
"aduh
den Devan pinter banget deh milih guru prifat cantik lagi" ujarnya
"ah
bapak bisa aja,bisa antarkan saya padanya?"
"boleh
non,saya panggilkan. non tunggu disini dulu"
"pak
manggilnya gausah non,nama saya Chintia panggil saja Chin oke pak?"
"siap
non eh Chintia" ujar pak Satpam itu
di
sisi lain..
"den,ada
yang nyariin di bawah"
"siapa
pak?" ujar Devan
"Katanya
guru les prifat kamu,kalo ga salah namanya Chintia"
"suruh
masuk aja ke kamar ku, pak"
"oke
siap den"
setelah
menunggu 3 menit an akhirnya pak satpam itu kembali dengan senyum sumringah
yang membuat chintia bingung
"kata
den devan kamu disuruh ke atas,ke kamarnya maksudnya" ucapnya
"oke
pak terimakasih"
sesampainya
di depan kamar "Devano's Room" dengan ragu chintia mengetuk kamar
Devan.
"masuk
ga di kunci" ucap nya dari dalam kamar
"Iya"
"apaan?mau
belajar?ngantuk males mending lo belajar sendiri di kamar gue. gue mau
tidur" ucapnya
"lah
kok gitu?"
"ya
kan emang harus gitu,bersikap bodoamat kan enak" ucapnya sedikit menekan
chintia
yang mengerti arah pembicaraan devan itu
"maksud
kamu tadi pagi?"
"ngga,satu
tahun yang lalu" ujarnya dengan lebih menekankan setiap kata
"yah
kan bukan salahku,udah aku tolongin juga. kan kamu bilang sakit gamau yaudah
fine ga maksa kok." ucapku sedikit kesal
"kok
lo si yang kesel sama gue,harusnya kan gue yang kesel sama lo" gerutunya
"oh
ya kesel sama aku? kesel kenapa coba? kamu yang nolak bantuanku juga kan?"
skakmat
"kesel
aja em bukanya di bantuin apa gimana lo malah pergi gitu aja sakit tau"
oceh nya
sementara
chintia hanya tertawa terbahak bahak mendengarkan ocehan devan
"manis"
batin devan
"yaudah
aku minta maaf"
"ga
di maafin" ucap devan pura pura merajuk
"yaudah"
Chintia
sebenarnya tau bahwa devan sedang pura pura merajuk maka dari itu chintia akan
membuatnya merajuk beneran
"ishh
kok yaudah si" geram Devan
"kan
udah minta maaf,katanya ga di maafin yaudah" ucapku dengan muka polosku
"gatau"
ujarnya
"apa
nya yang gatau?"
"ga"
ucapnya cuek singkat padat dan jelas
"lucu
juga ya kalo lagi ngambek" batinku
"ngambek
nih" ucapku sambil menoel noel pipi devan yang kaget itu langsung refleks
melihat mata indah Chintia
"ga
ngambek" elak Devan
"dahla
aku cape jangan debat yaa kan udah mintaamaf tadi"
"hm"
ucapnya kembali datar
"yaudah
kalo ngambek aku juga ikut ngambek lah"
"ih
kok lo juga ngambek? gaboleh aku doang yang boleh ngambek" ujarnya
"lah
kok gitu?"
"gue
pengin lo ngertiin gue" ucapnya
"m
maksud kamu?"
"gajadi,ga
mood belajar" ujarnya
"masih
marah?"
"engga"
elaknya lagi
"yaudah
aku tungguin sampe kamu ga ngambek"
Chintia
mulai mengeluarkan buku nya dan mengerjakan PR yang di berikan pak Airo karena
harus di siapkan besok pagi,daripada waktu nya terbuang untuk meladeni
ngambeknya devan mending di manfaatin buat ngerjain PR
Setelah
5 menit tidak ada yang berbicara,hening tiba tiba devan mengeluarkan suara
"gue
udah ga ngambek" ucapnya
"kok
bisa?"
"tuhkan
mancing lagi terus seneng banget kalo gue ngambek" ujarnya lagi
"emang"
dengan
cekat devan melirik tajam mata chintia
"ampun
deh ampun" ujarku dengan mengeluarkan bentuk jari V
"dahla
males belajar" ucap devan
"yah
gabole gitu,ayo kita belajar"
"percuma,ga
mood aku"
Devan
pun tak mengerti kenapa ia begitu manja ketika bersama perempuan ini Chintia
Giberlia
"balikin
moodnya Devano Danendra apaan si?"
"Bikinin
gue makan,gue laper" ucap Devan
"oke,nasi
goreng? tapi setelah itu kita belajar"
"emang
lo bisa masak?" tanya nya
"bisa
dong"
"good
girl,cepet sana bikinin gue makan gue laper" ucapnya
"pantes
dari tadi badmod garagara belum makan nih ternyata" sindirku
dengan
cekat devan melirik tajam mata chintia itu dan chintia langsung pergi
meninggalkan kamar devan dan bersiap memasak untuk devan.
"apaan
sih dev kok lo jadi manja gini sama cewe" batin devan
setelah
10 menit menunggu Nasi goreng buatan Chintia, Devan tertidur di sofa kamarnya
dengan posisi tidak mengenakan kepala yang tak di alasi bantal.
"tadi
minta makan,sekarang tidur. berasa jadi babysister nih aku,bangunin aja lah
kasihan dia belum makan juga" batinku
"kak
bangun,nih nasi gorengnya"
"gamau,kalo
ga di suapain" ucapnya dengan setengah sadar dengan dunia mimpi nya
mata
chintia berhasil melotot sempurna bagaimana bisa Devano danendra yang terkenal
king bullying ini sangat manja di depannya
"kaya
anak kecil,udah aku masakin juga"
"yaudah
gajadi makan" sela nya
"eh
gabole gitu kamu kan belum makan seharian"
"biarin,gaada
yang peduli juga" ucapnya yang sudah siap dengan selimut nya
"aku
peduli kok,ayo makan aku suapin deh"
"seriusly?"
tanya nya
"hm"
"gaikhlas,gausah"
ucapnya dingin
"yaampun
Devan ikhlas beneran udah ya ayo makan cepet bangun dong masa iya makannya
sambil tiduran"
"iya
deh,buruan laper" sela nya
"nih,a
a a" satu sendok nasi goreng berhasil lolos masuk ke dalam mulut devano
"kok
enak si" gumamnya
"beneran?"
Devan
mengangguk sebagai pertanda jawabanya
senyuman
chintia tak berhenti terlihat ketika mendengar bahwa devan menyukai nasi
gorengnya.
"udah
habis nih sekarang tinggal belajar"
"iya
ayo" ujar devan
"oke
kita akan belajar kimia dulu"
"oke,sehabis
belajar kimia kita jalan" ucapnya
"hah?"
"ga
terima penolakan" ucapnya menekan
"aku
kan bawa mobil"
"mobil
lo taruh sini dulu lo bareng sama gue" ucapnya
Sesampainya
di pusat perbelanjaan besar sepasang sejoli berjalan beriringan membuat
siapapun iri.
perempuannya
yang cantik dan laki laki nya yang ganteng siapalagi kalau bukan Chintia dan
Devan.
"ini
mau kemana si kok muter muter terus"
"kemana
aja,asal sama lo" ucapnya
"apaan
si udah aku cape banget pengin makan"
"yaudah
makan,terserah mau makan apa aja aku yang bayar" finalnya
"yaudah
ayo kesana" ucapku menunjuk salahsatu cafe yang ada di Mall tersebut
"mba"
ucap Devan memanggil writer
"mba
pesen cofeelate 1 nasi goreng 1 steak kentang nya 2 terus sama jus alpukat
1"
"yakin
bakalan habis?" tanya Devan dengan menaik turun kan alisnya
"yakin
dong kan ada yang ngebantuin"
"aku
gamau makan udah kenyang tadi makan nasi goreng bikinan lo" ucapnya
"yaudah
aku pergi aja deh daripada ga ada yang bantuin makan" ucapku pura pura
merajuk
"eh
kok gitu si, yaudah iya gue bantuin makan" finalnya
"nah
gitu dong dari tadi"
"mas
mba permisi ini pesananya" ucap Writter tersebut
"terimakasih"
"samasama"
ucapnya
Dengan
cepat Chintia merampas semua makanan nya tanpa sadar dia sudah menghabiskan
semua makananya tanpa bantuan Devan
"ga
di bantuin abis juga ya, suka deh kalo lo gendut an dikit" ucapnya dengan
mencubit pipi tembemku
"is
apaan si kamu sakit tau"
"utututu
cakit yaa maapin depan ya" ucapnya dengan nada seperti bayi umur 3 tahun
"ish,dahla
ayo pulang"
"ayo"
Setelah
kejadian makan malam itu, chintia menjadi lebih akrab dengan Devan, berbeda
dengan Devan yang semakin manja saat bersama Chintia. yang membuat Chintia tak
habis pikir bagaimana bisa seorang badboy sepertinya menjadi manja ketika
bersama nya.
Dengan
Langkah santai Chintia menyusuri koridor yang masih tampak sepi. jam menunjukan
pukul 06:00 Chintia langsung bergegas menuju kelasnya yang terletak di Lantai 3
dengan buru buru ia menaiki tangga menuju kelasnya.
Dengan
terburu buru langkah nya tak sengaja tersungkur ke depan
Bugh
"awh"
rintihku
"Chintia"
teriak seorang laki laki itu adalah Devano Danendra
"Devan,Awh"
"Makanya
jangan buru buru masih jam 6 pagi juga" ucapnya sambil menggendongku ala
bridal style
"lepasin"
ucapku sambil mengerucutkan bibirku
"lo
mau gue cium?" Ucap Devan dengan senyum smirk nya
"gamau"
"yaudah
nurut, gabole bawel" tukasnya
Sampai
di kelas Chintia,Devan langsung mendudukan Chintia dengan posisi nyaman
"kenapa
bisa jatuh gitu?" tanya Devan dingin
Jika
Devan sudah berbicara seperti ini rasannya lidah chintia kelu untuk menjawab
pertanyaan itu
"a
a a aku buru buru"
"jangan
di ulangin, gue ga suka kalo lo kayak tadi. mulai besok lo berangkat sama
gue" ucapnya sambil membenarkan poni rambut ku lalu pergi meninggalkan ku
"kenapa
si kalau aku lagi deket sama devan kok deg deg an gini" gumamku
Setelah
selesai mengantar Chintia ke kelas saatnya Devan kembali kelas untuk
melanjutkan kegiatan belajarnya
"eh
bro,darimana aja lo?" tanya Boby
"Sebelas
Mipa 1"
"ngapain?"
timpal Angga
"nganterin
chintia"
"kayaknya
ada yang jatuh cinta nih" ucap Boby
"ga,gue
belum jatuh cinta"
"tapi
mau hahahaha" tukas Angga dengan tertawa terbahak bahak
"serah
lo pada, gue ke rooftoop"
Rooftoop
salah satu tempat kesukaan Devano, dengan melewati beberapa kelas ia dapat
mencapai tempat itu.
Chintia
yang merasa bosan karena tidak ada pembelajaran alias free class. tak sengaja
ia melihat Devano yang berjalan menuju Rooftopp.
Chintia
Mengikutinya dari belakang. terlihat laki laki itu tampak kecapean ia sedang
tertidur dengan di bantali tangannya.
Dengan
Langkah berani Chintia duduk di samping tempat Devan tertidur dan asik
memandangi wajah Devan yang tenang.
"lagi
ngapain" tanya nya tiba tiba
"a
a anu lagi ga ngapa ngapain"
"kok
di luar kelas?" Sela nya
"Anu
free clas yap free clas"
"ikut
gue aja ayo" ucap Devan sambil menggenggam tangan kananku
"eh
kemana,bukannya kamu lagi marah sama aku?"
"ck
bisanya gue lupa kalo gue lagi marah sama chintia" Batin Devan
"gapapa
ayo" sela Devan
"Oke,
bentar ambil tas"
"ga
pake lama" ucapnya
"siap
bosqu"
Devan
tersenyum mendengar panggilan manis itu
Setelah
Mengambil tas nya masing masing,kini Chintia sudah duduk manis di atas motor
kesayangan Devan, Chintia hanya menurut semua ucapan Devan. tanpa sadar Chintia
sudah tertidur pulas selama perjalanan dan memeluk Devan dari belakang.
"pantes
diem aja ternyata tidur" gumam Devan Sambil tersenyum
Devan
menggendong Chintia dengan ala bridal style nya menuju ke apartmen nya
"aghh"
rintihku nada bangun tidur
Chintia
mengerjap erjap dia ada dimana dan terlihat Devan sedang asik memainkan game
online nya
"aku
dimana?"
"eh
udah bangun lo" ucapnya
"ini
aku dimana si,kamu ga ngapa ngapain aku kan?"
"gabakal
sebelum sah" ucapnya dengan tertawa
"Devan,aku
laper" Rengekku
"Dih
udah bisa ngrengek nih" ucapnya sambil mengelus rambutku
"tau
ih Devan,Aku laper"
"udah
gue pesenin pizza buat lo" ucapnya santai
"serius?"
"apa
yang ngga buat lo?" ucapnya yang membuat Chintia bullshing
"bisa
aja devan ih"
"oiya
gue mau nannya sama lo,kenapa si lo kalo ngomong pake logat aku kamu?"
tanya Devan
"di
ajarin sama mama papaku gitu"
ting
tong
"eh
pizza nya dateng, sayang" ucap Devan
"Kamu
tadi manggil apa?"
"ga
aku ga manggil apa apa deh" elak Devan dengan malunya
"sayang?"
"bentar
aku mau ambil pizza nya dulu buat kamu, sayang" jawab Devan dengan menekan
kata Sayang
Chintia
hanya diam mencermati kata kata itu
"nih
makan yang banyak pokoknya sampe abis, aku mau nge game dulu oke" ucapnya
lalu mengambil hp di nakasnya dan mengambil posisi tengkurap sambil me login
game online nya
"gapapa
kan kalo aku makan di kasur gini?"
"gapapa
makan aja,aku nge game dulu" ucapnya sambil mengacak acak rambutku
Setelah
Selesai melahap pizza yang tadi di berikan Devan, Chintia mulai jenuh karna
sedari tadi Devan Hanya fokus kepada ponselnya dan game online nya.
Terlintas
ide jahil di otak Chintia untuk mengganggu Devan, Chintia menoel noel pipi
Devan dengan gemas yang membuat sang pemilik pipi menghadapnya
"sakittt"
ucapnya
"salah
siapa aku di anggurin"
"sini
tangan kiri kamu" perintahnya
"buat?"
"sini
satuin sama tangan kananku, biar kamu ga di anggurin kan tangan kamu udah aku
pegangin" ucapnya
"mending
belajar"
"yaudah
ayo belajar" ucap Devan sambil meletakan hp nya di nakas dan mencari
bukunya
Dengan
Cermat dan teliti Chintia
Suasana
kelas XI mipa 1 semakin riuh karena jam pelajaran Pak Reno tidak masuk. Chintia
menghabiskan kegabutannya dengan mencorat coret kertas kosong sembari tersenyum
sendiri, Daira yang sedari tadi melihat tingkah sahabat nya itu geram sekali.
pasalnya Aisa dan Daira tengah menggosip berbagai cerita,kok ini chintia malah
menghabiskan gabut nya dengan secarik kertas. entah apa yang tengah di
pikirannya.
"lo
kenapa,sakit jiwa ya lo"
dengan
cekatan chintia menoyor kepala Daira
"ye
elo di tanyain juga,kenapa si wah jangan jangan lo lagi jatuh cinta ya"
tebak Aisa
"jatuh
cinta?"
Daira
dan Aisa mengangguk bersama
"ah
tidak pernah terfikirkan"
"bahkan
sekarang aku tengah menghadapi penyakit yang mematikan ini. tak sempat aku
untuk jatuh cinta,hanya saja ada yang berbeda untuk hari ini aku merasakan
bahagia" lanjutnya di hati
"masa
sih,kok tumben banget senyam senyum sendiri hayolooo"
"apaan
si da, aku tuh ga kenapa kenapa"
"masa
sih, kok bisa ya ketawa ketawa sendiri ya sa?"
"iya
nih bener kata daira, ngaku aja sama kita hayolo"
"ih
apaan si kalian,bikin mood nurun aja deh"
"ce
elah ngambek mbak nya nih" ucap daira sambil menoel noel pipi chintia
"isss
sana sana hus pergi pergi"
"aww
chintia jahaddd banget ke akoehh" teriak Daira
"isss
bisa diem ga tuh mulut,lama lama aku perban juga tuh mulut kamu"
"weh
pedasnya mbak chin,ajarin aisa dong"
"ogah"
hahahahahahahaha
tingg
+628....
"temui
gue di belakang sekolah,chintia giberlia. gw butuh penjelasan lo sekarang
juga!"
Chintia
menyernyitkan dahi nya tanda ia tak tau siapa pengirim pesan ini dan ia
langsung beranjak menemui pengirim pesan itu.
Setelah
sampai di taman belakang,mata chintia membelakak kaget pasalnya dia
melihat devan tengah berciuman dengan Agitya kakak kelasnya itu.
Runtuh
sudah benteng pertahanan air mata chintia kini turun dengan cepat. dan chintia
langsung menyeka air matanya itu.
chintia
semakin berfikir bahwa pengirim pesan itu adalah Devan,karena dia tidak dekat
dengan Agitya melainkan Devan. hah dekat? status kita saja tidak jelas entah
sahabat,teman, bahkan pacar.
"m
m permisi"
"eh
elo,dateng juga akhirnya. gimana couple goals kan kita?" ucap Agitya
sembari melirik Devan yang diam dan datar
"Kenapa
ya kak manggil saya?"
"sebenernya
gapapa si,cuman mau nunjukin tadi kita ciuman" ucapnya dengan senyum
kemenangan
"Gityaaa"
tegur Devan
"eh
gapapa kok kak, saya kira ada hal yang penting. saya duluan kak" ucapku
sembari melirik devan yang ingin menjelaskan semuannya.
Dengan
langkah panjang chintia terus berlari dengan mata sembab. beruntung orang orang
tidak melihat ia yang tengah menangis.
kini
ia berada di roftoop sekolahnya itu. untuk menenangkan fikirannya. devan sukses
membuat air mata chintia kembali turun.
"hiks...hikss...baru
kemarin aku merasakan jatuh cinta. kenapa jatuh cinta se sakit ini? awh"
dia
menuliskan segala isi hatinya kepada secarik kertas.
tiba
tiba Chintia merasakan sakit yang begitu hebat dan ia tak kuat hingga jatuh dan
tergeletak
"dokter!!!!"
"dokter!!!"
"tolong
sahabat saya dokkk!!"
suara
cempreng itu menggema di aula rumah sakit ia adalah Daira dan Aisa yang tengah
mengantar Chintia dengan kondisi yang sudah tak sadarkan diri.
dan
kini chintia tengah berada di ruang UGD dan daira serta aisa tengah komat kamit
memanjatkan segala doa untuk kesembuhan sahabatnya itu setelah 30 menit berlalu
akhirnya dokter keluar.
"dokk!!
gimana temen saya" tanya Daira
"baik
baik aja kan dok!!" tukas Aisa
Dokter
itu sedari tadi diam dan tak bergeming
"dok
ayola bicara sebenarnya dia kenapa!!!" bentak Daira
"maaf,sahabat
kalian terkena penyakit kanker stadium 4 dan itu sudah sangat sangat bahaya.
kini ia tinggal menghitung hari untuk hidup" jawab Dokter itu
"Apa!!!"
ucap Daira dan Aisa serempak
"mungkin
dia sudah menyembunyikan penyakitnya dari kalian dan bapak liat dia orangnya tidak
mau membuat orang orang terbebani dengan penyakitnya"
deg!
Daira dan Aisa menangis sesenggukan mendengar penuturan Dokter itu
"dok
bolehkah kami melihat nya?" tawar aisa
"Oh
tentu"
Gadis
itu diam tak bergeming,dengan berbagai alat rumah sakit yang ada di tubuhnya.
dan juga segala beban hidupnya.
"Chin
kenapa lo rahasiain dari kita? hikss... gunanya kita apa hiks... pokoknya gue
ga mau tau lo harus bangun.. lo harus kuat ayoolaaa chin....hiksss" ucap
Daira dengan sesenggukan sembari menyentuk tangan mungil sahabatnya
"Chin,ayola
bangun. kamu ga kasian sama daira sampai nangis begini?mungkin kalo kamu liat
kamu bakal ngakak. aku aja sebenernya ngakak,ngeliat daira nangis kek gitu. itu
lebih terkesan kaya orang gila,tapi di balik itu dia sangat sayang sama lo
begitupun gue" ucap Aisa di dalam hati sembari menyeka air matanya
tiba
tiba tangan chintia bergerak sedetik demi sedikit
"dokter!!!"
teriak Daira
"eh
kalian" renguh chintia
"alhamdulilah
lo udah sadar,nih daira mencak mencak ga jelas pas lo ga sadarin diri"
jawab Aisa
"habisnya
lo, gue teriakin ga bangun bangun juga."
Kehilangan
- Christia🎵
"hehehe,ga
lama lagi gue bakal kangen kalian. Daira yang super duper bawel dan Aisa yang
kalem dan bijaksana ini. terimakasih sudah mewarnai kehidupan aku,berawal dari
hitam dan akhirnya sekarang memutih. jujur perlahan semua nya akan berubah baru
saja aku ingin berganti warna menjadi warna warni dia mematahkanku dan sekarang
aku masih menetap di warna putih bersama kalian yang mempunyai warna warni tak
seperti ku" ucap Chintia
Daira
dan Aisa baru mendengar ucapan chintia sepanjang ini dan senaked ini
"lo
punya warna warni juga kok kaya kita" tukas Daira
"ngga,aku
kurang beruntung. kalian perlu tau dari sebenarnya siapa aku. aku itu anak
sebatang kara,hari hari ku selalu sendiri dan itupun tak ada yang peduli
seperti kalian. aku bersyukur. kejadian dulu dimana tuhan mengambil
ayah,ibu,dan kedua adikku. aku semakin tak kuat dan aku ingin menyusul mereka.
di tambah aku tengah jatuh cinta dengan Devano danendra. yang kukira dia
pembawa bahagiaku seperti kalian ternyata di luar dugaan. dia tidak mencintaiku
dan ia mencintai kak Agitya" ucap Chintia lemah
baru
ingin Daira dan Aisa menukas pernyataan chintia,hingga datanglah laki laki
dengan keadaan acak acak. dia adalah devano danendra.
"hoshh...hosh..
kamu kenapa?sakit apa?" tanya nya
"aku
tidak papa hanya kelelahan" ucapku sembari tersenyum
"apakau
berbohong padaku?"
"tidak
devan" ucapku
"kau
kenapa?" tanyanya sekali lagi
"tidak
ada, aku sayang sama Daira dan Aisa. dan aku cinta sama...." ucapku
menggantung. membuat Daira,Aisa, dan Devan menatapku dengan tanda tanya
"Devan..."
ucapku lirih dan tak sadarkan diri
"CHINTIA!!!!"
teriak Daira,Aisa,Devan
"Dokter
tolong sahabat saya!!!" tegas Daira
"maaf,
teman kalian ngga bisa di selamatkan" ucapnya lirih
"Chintia!!!!
lo kenapa pergi ninggalin gue,gue baru aja nemuin cinta sejati gue yaitu lo.
baru kemarin kita kenal dan gue ngerasa kalau gue suka sama lo dan cinta sama
lo. ayola bangun,akan ku nikahkan kau sekarang juga" ucap Devan meracau
"Rest
in peace,sahabatku yang tersayang Chintia" gumam Daira
"mungkin
ini cara tuhan menyayangi mu" gumam Aisa
Gundukan
tanah ini penuh dengan bunga bunga,banyak yang turun berduka atas kepergian
Chintia. chintia sangat terkenal di bidang akademik nya. jadi tak heran
seantereo sekolah mengenalnya.
Devan,yang
notabe nya sebagai badboy. hari ini runtuh se runtuh runtuhnya. dia menangis
sembari menatap nisan chintia
"van,ini
ada titipan surat dari Chintia sebelum dia pergi" ucap Daira sambil
menepuk punggung Devan dan pergi bersama Aisa
Sekarang,tinggalah
Devan yang masih setia untuk memandangi nisan gadis itu. Chintia,gadis yang
membuat dirinya menemukan cinta sejati.
Devano
mulai membuka secarik surat itu
Untuk:
Devano Danendra
Hai,selamat
pagi selamat siang selamat sore selamat malam.
hehe
maaf ya aku sebutin semuannya,aku kan gatau kapan kamu baca surat ini hehe
oiya
kak makasi ya kak sudah bikin hidupku berubah warna dari hitam menjadi putih.
padahal
kak,aku ingin. kamu merubah warnaku lebih dari putih tapi warna warni.
tapi
yasudah lah itu tak berpihak ke aku.
setidaknya
aku merasakan sedikit rasa cinta dengan beberapa pertemuan kita.
kita
sudah berbeda alam,dan semoga tuhan mempertemukan kita kembali.
entah
kapan,aku akan menunggu mu.
aku
mencintaimu,
Dari:
Chintia warna putih mu.
@refalinand,7
mei 2020
Numpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*