Sumber Gambar : Pikiranrakyat.com
IKHLAS
Oleh: Nur Qoidah
“
Dan bukankah Allah yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali
yang serupa itu ? Benar, dan dia maha pencipta, maha mengetahui “ (Q.s Yasin :
81) Awal tahun 2020 Indonesia sedang
tidak baik-baik saja, rupanya bumi perlu instirahat sejanak dari hingar bingar.
Namun kita dengan mudahnya menganggap hal tersebut biasa-biasa saja, bahkan ada
saja segelintir manusia yang acuh tak acuh terhadap Covid-19 padahal mereka tak
tau bertapa seriusanya hal tersebut. Seiring berjalannya waktu covid-19
ternyata banyak memakan korban, mungkin semua ini karena kita yang lalai
terhadap himbauan pemerintah mengenai cara menjaga kesehatan, kebersihan, pola
makan, istirahat yang cukup.
Ketika
pandemi covid-19 berlangsung seorang ayah berusaha memperjuangkan hidup dan
matinya ditengah-tegah aturan pemerintah mengenai karantina wilayah, ia harus
terus berusaha mencari nafkah untuk keluarganya. Beliau adalah seorang penyapu
jalanan sudut kota, setiap hari ia
bekerja pada pukul 06.00 sampai dengan 14.00 dengan menggunakan pakaian
berwarna kuning orange serta topi berwarna biru dibalut hentakan sepatu hijau
tebal. Saya melihat lelaki rupawan, akhlaknya bagus, wajahnya berseri-seri,
jenggotnya lebat. Ketika diam tampak wibawa apabila bicara tampak disegani
karena kelembutan bicaranya seperti untaian mutiara yang berguguran. Beliau
bernama pak Sugeng, kepala keluarga yang bekerja keras demi menyambung hidupnya
dimasa pandemi covid-19.
Matahari
mulai terbit diupuk timur, warna sunrise mulai menerangi sudut kota kala itu
menjadikan cakrawala yang mulanya jingga emas menjadi cerah seputih awan. Suara
burung ramai beriringan menghangatkan dinginnya kota dengan gemerisik udara, perlahan
menghela nafas atas nikmat iman dan islam lalu bersyukur. Beliau bergesa
memakai topinya serta berjalan keluar dari arah rumahnya dengan niat yang
masayallah luar biasa, dari kejauhan pak sugeng memandangi satu persatu lampu
rumah kota meredup bergantian. Tidak lama lama kemudian ia segara mengambil
sapu untuk membersihkan bahu jalanan yang amat kotor karena kelalaian
pengendara jalan yang tidak mematuhi aturan membuang sampah pada tempatnya,
pada saat jam istirahat seorang wanita datang menghampirinya.
Namanya
Bu Asih, ia adalah ibu dari anak-anak beliau. Setiap hari bu asih selalu menghantarkan makanan
untuk santapan siang, selain cantik bu asih pun merupakan istri yang sholehah.
Saat pa sugeng makan siang dengan lembutnya bu asih mengusap keringat beliau
dengan handuk kecil yang dibawanya dari rumah. Senyuman yang diberikan bu asih
membuat suasana menjadi teduh, ia satu-satunya wanita yang disyukuri bisa
mendampingi pak sugeng baik dalam keadaan suka maupun duka. Keadaan itu membuat
saya terharu, kasih sayang yang diberikan dengan tulus pada dua insan yang saling
mengasihi satu sama lain sehingga menjadikan mereka manusia yang pandai
bersykur dalam keadaan apapun jika dilalui bersama maka semuanya akan terasa
menyenangkan dan membahagia bagi mereka.
Setelah
jam makan siang selesai pak sugeng segera mengambil air wudhu dan melaksanakan
kewajibannya sebagai umat muslim, lalu beliau melanjutkan kembali pekerjaannya,
diteriknya sinar matahari semangat beliau tetap tinggi. Tiba saatnya ia kembali
pulang, sesampaiinya dirumah ia langsung disambut dengan kedua putrinya bernama anisa dan putri yang menunggu di depan
teras rumah seraya mencium tangnnya sambil mengucapkan salam. Begitu hormatnya
serta etika sopan santun yang beliau ajarkan terhadap putrinya sehingga saat
beranjak dewasa dapat menghargai kedua orang tuanya serta memanusiakan manusia.
Keesokan
harinya mendengar kabar mengenai penularan virus covid-19 yang terjadi dikota
tempat ia bekerja, rupanya membuat ia sedih dan tidak bisa berangkat bekerja
karena sebagian pewagai yang lain pun diberhentikan untuk sementara. Beliau memutuskan untuk
berjualan masker ditengah-tegah kebutuhan masyarakat mengenai perlengkapan
memakai alat perlindungan diri. ia pun mulai berkeliling kampung membawa dagangan
barangnya, hasil pendapatan dari berjualan pun cukup untuk kebutuhan makan
meskipun dengan keadaan yang memprihatinkan hanya dengan sepotong telor namun
mereka tetap mesyukuri atas nikmatnya. Dari lelahnya bekerja dengan mendapatkan
keberkahan berkumpul dalam keadaan sehat bersama keluarganya yang sangat ia
sayangi.
Dan semenjak saat itu pa sugeng
selalu keliling berjualan, hidupnya pun yang terbilang tercukupi sekarang
semakin kekurangan karena harus menghidupi kedua anaknya yang masih sekolah.
Suatu ketika pa sugeng pergi untuk berjualan namun sampai siang dagangannya
tidak satu pun orang yang membelinya, saat ia berjalan bertemu dengan seorang
ibu yang menggendong anaknya merintih kesakitan melihat kondisi seperti itu pak
sugeng pun langsung bertanya.
Pa
sugeng : Apakah anak ibu baik-baik saja
Ibu
sita : Anak saya belum makan pa
dari kemarin ( menangis )
Pa
sugeng : Astagfirullah, mari bu duduk
dulu ( kebingungan )
Ibu
sita : ( Duduk terdiam,sambil
menenangkan anaknya )
Pa
sugeng : Ini alhamdulilah saya ada
sedikit uang untuk ibu membeli makanan
Ibu
sita : ( Menangis )
Pa
sugeng : Ambil saja bu, tidak apa-apa
Ibu
sita : Baik pak, terima kasih
atas bantuannya
Pa
sugeng : Iya bu sama-sama, kalo begitu
saya pergi dulu ya buk.
Pa
sugeng pun segera melanjutkan jualannya, dipersimpangan jalan ada seorang
pembeli yang membeli 10 masker daganagannya. Setelah itu pak sugeng memutuskan
untuk pulang, sesampainya dirumah pak sugeng segera bersih-bersih. Namun tidak
lama kemudian pernapasan pa sugeng terasa sesak sampai ia mengeluarkan darah
dari mulutnya, kelurganya pun segera membawanya ke rumah sakit terdekat,
keluarganya menangis melihat keadaan pak sugeng yang terbaring lemah di rumah
sakit. Saat itu dokter berkata bahwa pak sugeng memerlukan donor darah B,
mengetahui hal itu kedua anaknya pun segera pergi untuk mencari pendonor darah
B dan akhirnya dia bertemu dengan wanita
paruh baya dijalan dengan keadaan menangis Putri pun berkata bahwa ia sedang
memerlukan darah B untuk ayahnya. Kemudian wanita itu berniat untuk membantu putri
dan segera menuju rumah sakit, proses transfusi darah pun berlalu keluarga pa
sugeng sangat berterima kasih kepada wanita paruh baya itu. Setelah bertemu
dengan pak sugeng di ruangan ternyata wanita itu pun sontak kaget melihat pa
sugeng, dan ia bercerita kepada putinya bahwa pa sugeng adalah orang yang
pernah membantu wanita paruh baya itu. Setelah diberikan penanganan dokter
tidak lama kemudian pak sugeng pun sadar dan mengucapkan terima kasih atas
kebaikan wanita itu.
Hikmah
yang dapat kita petik dari sepenggal kisah diatas, bahwasanya walau ruang gerak
terbatas harusnya kita tidak berhenti untuk berbuat kebaikan, saat kita berserah
diri dalam setiap sujud tidak ada sesuatu yang sia-sia. Yuk kita memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya untuk diri kita serta orang-orang disekeliling kita,
hargai orang yang mencintai kita karena kita tidak pernah tau siapa yang akan
menyatakan kepergian dan kehilangan terlebih dulu. Seberat apapun cobaannya
insyallah badai pasti berlalu, karena sesungguhnya “ Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya “ ( Q.s Al- Qaqarah : 286 )
BIODATA PENULIS
Nama :
Nur Qoidah
TTL : Kuningan, 18 Desember 1999
Alamat : Kuningan – Jawa Barat
J
Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Bimbingan dan Konseling
Email : Nur1900001016@webmail.uad.ac.id
Hobby : Traveller
Motto : Jangan lelah untuk menjadi orang
baik
Alasan
membuat kisah inspiratif sebagai gambaran bahwa hidup itu perlu pedoman maka
dari itu saya ingin berbagi mengenai beberapa kisah yang saya temui, saya mohon
maaf apabila masih banyak kekurangan dalam menulis kisah inspiratif tersebut. Maka
dari itu besar harapan saya untuk dibimbing dan Terimakasih.
Komentar
Posting Komentar