PRAKTIKUM
METODE PENGOLAHAN CAKE
PASTRY COOKIES
“Diajukan untuk memenuhi Praktikum Pengolahan Roti
Kue”
Dosenpengampu
:
YaniSubaktilah,
S.TP., MP.
Oleh :
Arden Aditya Suratman B32181997
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020
METODE PENGOLAHAN CAKE
1.
Perhatikan dan pahami video
berdasar masing - masing judul praktikum
a. tentukan
titik kendali kritis pada keseluruhan proses
b.
jelaskan pengaruhnya terhadap mutu produk akhir yang dihasilkan
Jawaban
Titik
kendali kritis dan pengaruh terhadap mutu produk akhir :
1.
Cake anjlok saat pemanggangan
·
Terlalu banyak gula dapat
melemahkan protein/gluten sehingga mempengaruhipembentukkan struktur selam
pembakaran.
·
Jumlah tepung terigu yang dipakai
tidak cukup, kurangnya tepung dalam formularesep dapat mempengaruhi
pembentukakn struktur
·
Terlalu banyak baking powder dapat
menyebabkan terlalu banyaknya gas yang dihasilkan
2.
Volume kurang tinggi
·
Kurang aerasi kurang pengocokan
menyebabkan kurangnya udara didalam adonan sebagai penunjang volume dan dapat
juga disebabkan oleh bahan-bahan yang tidak di pre condition lebih dahulu.
·
Pengadukan yang terlalu lama, terlalu
lama pengadukan setelah memasukkantepung mengakibatkan terbentuknya gluten yang
dapat menghambat pengembangan didalam oven.
3.
Kulit terlalu tebal
·
Panas oven bagian bawah atau
bagian atas terlalu tinggi
·
Kandungan gula terlalu tinggi, menyebabkan
cepatnya proses karamelisasi gulayang dapat mengakibatkan bagian kulit (crust)
menebal.
·
Suhu oven rendah mengakibatkan
waktu pembakaran yang lebih lama, sehinggamengakibatkan over baking.
4.
Tekstur kasar
·
Terlalu banyak baking powder
·
Tingginya kandungan gula
·
Terlalu banyak lemak
2.
Review jurnal berdasar masing -
masing judul praktikum
SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK BROWNIES KUKUS
DARI PROPORSI TEPUNG MOCAF DAN TERIGU
Mocaf digunakan
sebagai bahan baku mie, bakery, cookies dan pangan semi basah. Brownis, kue
kukus, sponge cake, dibuat dari campuran mocaf hingga 80%.
Mocaf menghasilkan mutu bagus bila
menggunakan proses sponge dough method, yaitu penggunaan biang adonan. Adonan
mocaf lebih baik dilakukan dengan air hangat (40-60°C) (Subagio dkk, 2008).Data
Subagio dkk (2008) menyatakan mocafbisa dipakai campuran sebesar 80% sehingga
peneliti mencoba memilih untuk menurunkan proporsi tepung mocaf 20% dan
menaikkan sampai batas 100%.
Penelitian ini diharapkan bisa
menghasilkan proporsi tepung mocaf yang maksimal untuk pembuatan produk brownis
kukus dilihat dari segi kimia (kadar air dan serat kasar dan segi organoleptik
(rasa, warna, aroma dan tekstur).
Metode
penelitian menggunakan metode eksperimental dimana penelitian yang dilakukan
dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian.Jadi sesuatu yang
dijadikan obyek dalam penelitian eksperimental dilakukan dengan manipulasi.
Untuk mengukur berhasil dan tidaknya, harus ada pembanding atau yang disebut
dengan kontrol (Jauhari, 2010).
Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 1 (satu) faktor
dan 5 (lima) kali ulangan, yaitu faktor rasio tepung mocaf dengan tepung terigu.
Uji organoleptik
pada kue brownies kukus menggunakan parameter warna, rasa, tekstur, aroma
dengan uji kesukaan skala hedonik. Uji organoleptik menggunakan panelis tidak
terlatih. Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih dengan jumlah 50
orang. Skala hedonik dengan nilai kisaran adalah 5-1. Nilai 5 adalah sangat
menyukai, nilai 4 adalah menyukai, nilai 3 adalah netral, nilai 2 adalah tidak
menyukai dan nilai 1 adalah sangat tidak menyukai (Susanto, 2000).
Analisa data
dalam pengamatan yaitu menggunakan pengamatan diuji/ dianalisa sidik ragam
ANOVA (Analysis Of Variance)
menggunakan program SPSS (Statistic
Product and Service Solution) seri 19.
Hasil dan
Pembahasan yang didapat respon rasio tepung mocaf (modified cassava flour) dan tepung terigu meliputi sifat kimia dan
organoleptik kue brownies kukus. Sifat kimia yang diamati meliputi kadar air
dan serat kasar. Sedangkan parameter organoleptik meliputi rasa, warna, aroma
dan tekstur. Berdasarkan analisa data terhadap sifat kimia menurut ANOVA
menunjukkan bahwa rasio tepung mocaf dan terigu tidak berpengaruh nyata
terhadap kadar air tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan serat kasar.
Kadar air kue
brownies kukus berbagai rasio tepung mocaf dan terigu berkisar antara 29,70% -
30,54 %, kadar air pada brownies sangat tinggi, disebabkan oleh sistem
pemasakan kue brownies menggunakan alat pengukus tanpa melalui proses
pengeringan, sehingga saat pengukusan banyaknya jumlah titik-titik air yang
jatuh pada kue brownies mempengaruhi jumlah air yang menguap karena larut dalam
kue brownies selain itu suhu yang digunakan juga lebih rendah dibandingkan
dengan pembuatan biskuit.
Serat kasar dari
berbagai rasio tepung mocaf : tepung terigu berkisar antara 2,27% - 6,93%. Semakin
tinggi perbandingan tepung mocaf dengan tepung terigu, maka semakin tinggi
kadar serat kasar yang dihasilkan. Pada kue brownies kukus yang telah
disubtitusikan dengan tepung mocaf. Jumlah serat kasar meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi tepung mocaf. Kenaikan serat kasar juga disebabkan
adanya kenaikan tepung mocaf yang mengandung serat.
Aroma merupakan
salah satu parameter dari tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu bahan
pangan. Hasil penelitian kue brownies kukus, aroma yang muncul pada saat
pengukusan diterima oleh panelis pada skala yang berbeda beda. Semakin tinggi
rasio tepung mocaf, intensitas aroma singkongnya pun semakin kuat dan
sebaliknya semakin rendah rasio tepung mocaf terhadap tepung terigu, maka
intensitas aroma tepung singkongnya pun semakin lemah. Hasil analisa menunjukkan
rasio tepung mocaf dan tepung terigu tidak memiliki pengaruh yang nyata
terhadap kue brownies kukus.
Rasa merupakan
salah satufaktor penentu tingkat penerimaan konsumen terhadap produk. Penilaian
panelis ini dilakukan secara konsumen tidak terlatih dalam kelompok pasar.
Skala yang digunakan dalam uji hedonik adalah 5: sangat menyukai, 4: menyukai,
3: netral, 2: tidak menyukai, 1: sangat tidak menyukai.
hasil uji organoleptik rasa kue kukus
brownies memiliki nilai rata-rata tertinggi 3,85% pada rasio tepung mocaf :
tepung terigu (20:80). Sedangkan rata-rata terendah sebesar 3,65% pada rasio
tepung mocaf : tepung terigu (100:0). Hasil analisa menunjukkan rasa tidak
memiliki pengaruh yang nyata terhadap rasa pada kue brownies kukus.
Warna merupakan
hal atau sensorik yang terlebih dahulu kelihatan yang juga penentu daya terima
produk. Apabila penampilannya kurang menarik, maka biasanya kurang disukai oleh
konsumen walaupun kadang produk tersebut memiliki cita rasa yang enak dan
memiliki nilai gizi yang tinggi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang
paling bagus menurut uji panelis tidak terlatih adalah pada rasio tepung mocaf
: tepung terigu sebanyak 40 : 60 dengan rata-rata 3,79. Sedangkan warna yang
memiliki nilai terendah pada rasio tepung mocaf : tepung terigu sebesar 80 : 20
dengan rata-rata 3,69. Rasio antara mocaf dengan tepung terigu tidak memiliki
pengaruh yang nyata terhadap warna kue brownies.
Keempukkan kue
brownies kukus tertinggi memiliki rata-rata 3,65 dan yang terendah 3,23. Ini
menunjukkan bahwa perlakuan A (20:80) adalah proporsi yang paling banyak
diminati oleh konsumen. Semakin banyak tepung mocaf yang digunakan dibandingkan
tepung terigu, maka semakin keras pula kue brownies yang dihasilkan. Sehingga,
kue brownies kurang disukai oleh panelis.
Rasio tepung
mocaf dan tepung terigu pada pembuatan kue brownies kukus tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kadar air tetapi memiliki pengaruh yang sangat
nyata terhadap kandungan serat kasar yang ada pada kue brownies kukus.
Rasio tepung mocaf dan tepung terigu tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap sifat organoleptik rasa, warna dan aroma tetapi memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap sifat organoleptik keempukan kue brownies kukus.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2006. Penentuan Kadar Air Pada Produk
Perikanan. Standart
Nasional Indonesia-01-2354.2-2006. Jakarta.
Faishal, V. N.
2010. Pengaruh Rasio Tepung Mocaf dengan
Tepung Terigu dan
Penambahan
Baking Powder Terhadap Sifat Fisisk, Kimia dan
Organoleptik Biskuit. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
Jauhari,
H. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori
dan Aplikasi.
Pustaka Setia. Bandung.
Nursasminto, R.
P. 2012. Pengaruh Proporsi Penggunaan Tepung Komposit
(Terigu,
Mocaf, Edamame) terhadap Sifat Fisik Kimia dan Organoleptik
Mie Kering. Skripsi. THP-FTP Universitas Brawijaya. Malang.
Rosmeri, V. A
dan Monica B. A. 2013. Pemanfaatan Tepung Ubi Gadung
(Dioscorea
hispida Dennts) dan Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour)
Sebagai
Bahan Subtitusi Dalam Pembuatan Mie Basah, Mie Kering dan Mie Istan. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri. Vol 2, No 2. Tahun 2013: 246-256.
Rofiq, A dan
Subagio, A. 2009. Pengembangan Potensi Lokal Untuk Bahan
Baku
Pangan dan Industri Sebagai Usaha Meningkatkan Ketahanan
Pangan
Nasional. Majalah Pangan. Jakarta.
METODE
PENGOLAHAN COOKIES
1. Perhatikan
dan pahami video berdasar masing - masing judul praktikum
a. tentukan
titik kendali kritis pada keseluruhan proses
b. jelaskan
pengaruhnya terhadap mutu produk akhir yang dihasilkan
Jawaban
Titik kendali
kritis dan pengaruh terhadap mutu produk akhir :
1.
Cookies keras
- Terlu banyak terigu
- Terlalu sedikit lemak
- Pengadukan yang salah
2.
Cookies rapuh/hancur
- Pengadukanyang salah
- Terlalu banyakgula
- Terlalu banyak lemak
- Terlalu banyak bahan pengembang
3.
Warna cookies kurang (pucat )
· Suhu
pemanggangan terlalu rendah
· Kurang
matang
· Terlalu
sedikit gula
4.
Cookies kurang beraroma
- Bahan berkualitas rendah
- Tidak menggunakan flavoring
- Loyangnya yang digunakan kotor
- Bahan tidak diukur dengan benar
5.
Cookies terlalu melebar
- Suhu pemanggangan terlalu rendah
- Terlalu sedikit tepung
- Terlalu banyak gula
- Terlalu banyak bahan pengembang
- Proses creaming (pengadukan gula dan lemak
terlalu lama)
6.
Cookies lengket pada loyang
- Loyang telalu banyak olesan lemak
- Terlalu banyak gula
2.
Review jurnal berdasarkan masing
- masing judul praktikum
SUBTITUSI TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera L.)
PADA COOKIES
TERHADAP SIFAT FISIK, SIFAT ORGANOLEPTIK,
KADAR PROKSIMAT, DAN KADAR FE
Daun kelor mengandung vitamin A, vitamin
C, vitamin B, kalsium, kalium, besi
dan
protein dalam jumlah yang tinggi, mudah dicerna, dan diasimilasi oleh tubuh
manusia. Daun kelor merupakan bahan makanan segar sehingga cepat mengalami
kerusakan. Pengolahan daun kelor menjadi tepung dapat memperpanjang masa simpan
daun kelor. Tepung daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi
pembuatan olahan pangan. Salah satu pangan yang biasa dikonsumsi masyarakat
adalah camilan atau snack ringan.
Cookies merupakan salah satu jenis
makanan ringan yang digemari masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Bentuk dan rasa cookies sangat beragam tergantung dari bahan yang digunakan.
Cookies merupakan kue kering yang renyah, tipis, datar (gepeng) dan biasanya
berukuran kecil.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh substitusi tepung daun kelor (Moringa oleifera L.) pada pembuatan cookies terhadap sifat fisik,
sifat
organoleptik,
kadar proksimat dan kadar zat besi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
true eksperimental dengan empat perlakuan. Rancangan percobaan yang digunakan
rancangan Acak Sederhana dengan tiga unit percobaan dan empat perlakuan. Empat
perlakuan terdiri dari substitusi tepung daun kelor 0%, 40%, 50% dan 60%.
Variabel yang diteliti meliputi sifat fisik, sifat organoleptik, kadar
proksimat dan kadar zat besi.
Pembuatan cookies daun kelor, dimana
tahap persiapan yaitu mempersiapkan tepung daun kelor, tepung terigu, margarin,
telur,susu bubuk, gula halus. Setelah itu lakukan pengocokan telur, margarin,
gula halus sampai mengembang padat. Kemudian masukkan susu bubuk, tepung terigu
dan tepung daun kelor. Setelah adonan tercampur kalis, lakukan pencetakan
adonan dan lakukan penataan pada loyang. Panggang adonan cookies yang sudah
diloyang dengan suhu 100oC selama 15 menit.
Sifat organoleptik cookies daun kelor
yang diamati adalah warna, aroma, rasa dan tekstur. Suatu bahan pangan yang
dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila
mempunyai warna yang tidak menarik dan mempunyai kesan yang menyimpang.
Warna cookies daun kelor kuning agak
kehijauan yang disebabkan dari warna hijau daun kelor kering. Helai daun kelor
berwarna hijau muda, namun pada proses pembuatan tepung terjadi perubahan warna
pada daun kelor menjadi hijau tua. Hal ini disebabkan kandungan klorofil yang
tinggi pada daun kelor.
Aroma cookies dihasilkan dari tepung
daun kelor yang digunakan, yaitu aroma khas daun kelor. Aroma yang paling kuat
terdapat pada cookies D. Hal ini disebabkan penambahan tepung daun kelor pada
cookies ini adalah paling banyak, yaitu 60%. Jumlah daun kelor yang ditambahkan
memengaruhi aroma.
Aroma dan rasa juga dipengaruhi oleh
komposisi bahan yang digunakan dalam
suatu
produk makanan.
Tekstur ditentukan dari tingkat
kerapuhan cookies yang dirasakan menggunakan indera peraba. Semakin banyak
tepung daun kelor yang disubstitusi pada cookies, semakin keras tekstur yang
dimiliki cookies.
Kandungan protein tepung daun kelor
cukup tinggi yaitu 29%/bb.Nilai tersebut telah memenuhi standar menurut SNI
No.01-2973-92 yaitu minimal 9%. Hal tersebut disebabkan porsi karbohidrat
digantikan oleh bahan yang disuplementasikan, yaitu tepung daun kelor. Semakin
banyak tepung daun kelor yang disuplementasikan atau ditambahkan ke dalam
biskuit, kadar protein yang ada pada biskuit menjadi semakin tinggi.
Syarat mutu cookies berdasarkan SNI
01-2973-1992 menyatakan kadar air maksimum yang terdapat pada biskuit adalah 5%
(bb). Kadar air cookies yang dihasilkan masih berada di bawah persyaratan SNI
sehingga dapat dikatakan bahwa kadar air cookies dengan substitusi tepung daun
kelor dan tepung terigu tidak memenuhi persyaratan mutu biskuit berdasarkan
SNI.
Terdapat pengaruh substitusi tepung daun kelor (Moringa oleifera L.) pada pembuatan cookies terhadap sifat organoleptik, kadar proksimat dan kadar Fe. Cookies tepung daun kelor yang dapat dikembangkan untuk pencegahan anemia adalah cookies B (substitusi 40% tepung daun kelor) dengan kadar Fe 22,68 ppm.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia. Jakarta.
Juslina,
Thaha AR, Virani. Asupan zatbesi (Fe) dan hubungannya dengan jenis
jenis anemia pada wanita prakonsepsi di
Kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Jurnal MKMI; 2013.
Kemenkes.
2013. Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes
RI . Jakarta.
Komentar
Posting Komentar