Makalah Teori ABRAHAM MASLOW


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar bisa diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Untuk membantu terselenggaranya suatu proses pembelajaran di kelas yang baik, diperlukan adanya suatu teori belajar. Penggunaan teori belajar yang salah akan mengakibatkan terjadinya hambatan dalam proses pembelajaran. Penerapan teori belajar di kelas membutuhkan pemahaman yag mendalam terhadap teori tersebut dan rasa senang untuk menggunakan dan mengembangknnya secara tepat guna dengan kondisi di Indonesia.
Banyak teori belajar yang dapat digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses pembelajaran termasuk dalam hal kepribadian, antara lain teori pembelajaran psikoanalisis, behavioristik, kognitif, dan humanistik. Setiap teori belajar mempunyai tokoh- tokoh penting yang berbeda- beda. Seperti pada teori belajar humanistik, terdapat tokoh- tokoh penting secara teoritik, antara lain Arthur W. Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Makalah ini akan membahas teori kepribadian yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.

B.     Rumusan Masalah
C.      

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Riwayat Singkat Abraham Maslow.
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brookllyn, new york, pada tanggal 1 April 1908. orang tuanya adalah imigran Yahudi Rsia yang pindah ke Amerika Serikat dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sebagai anak yang tertua dari tujuh bersaudara, Maslow oleh orang tuanya didorong dengan kuat agar mencapai keberhasilan dalam pendidikan. Karena desakan ayahnya, pada mulanya Maslow memilih hukum sebagai bidang studinya di city College, New york. Tetapi baru dua minggu kuliah Maslow pindah ke universitas Cornell, dan tak lama kemudian pindah ke universitas Wisconsin, dengan bidang psikologi sebagai bidang pilihannya. Di universitas wisconsin ini Maslow meraih gelar sarjana Muda pada tahun 1930, sarjana penuh tahun 1931, dan meraih Doktor pada tahunn 1934.[1] pada waktu masih kuliah di universitas Wsiconsin inilah Maslow menikah dengan Betha Goodman, pacarnya sejak masih di sekolah menengah.
Maslow memutuskan untuk belajar Psikologi terutama karena pengaruh Behaviorisme Watson. Bagi Maslow saat itu, Behaviorisme merupakan sesuatu yang menarik, dan dengan mengikuti program-programm yang diadakan oleh Watson, Maslow berharap dirinya bisa merubah dunia. Disamping Watson, tokoh-tokoh yang dikagumi dan ingin diikuti oleh Maslow adalah Koffka, tokoh Psikologi Gestalt; Dreisch, seorang tokoh terkemuka dalam bdang Biologi; dan Miklejhon, seorang ahli filsafat. Tetapi ketiga orang tersebut tidak ia jumpai karena mereka hanya guru besar tamu. Kejadian ini menimbulkan kekecewaan yang besar bagi Maslow.[2]
Maslow mengawali karir akademis dan profesionalnya dengan memegang jabatan sebagai asisten instruktur psikologi di universitas wisconsin (1930-1934), dan sebagai staff pengajar (1934-1935). Kemudian Maslow menjadi staf peneliti di Universitas Columbia sampai tahun 1937. Semasa di Universitas Columbia ini Maslow bekerja sebagai asisten Edward L. Thorndike, salah seorang tokoh behaviorisme. Setelah itu Maslow menjadi guru besar Pembantu di brooklyn college, new York, sampai tahun 1531. Maslow menyebut kota New York pada akhir tahun 1930-an sebagai dan awal tahun 1940-an, ketika ia mengajar disana, sebagai pusat Psikologi. Di kota ini ia bertemu dengan tokoh-tokoh intelektual Eropa yang melarikan diri ke Amerika Serikat karena penindasan Hitler. Tokoh-tokoh yang dimaksud seperti erich Fromn, alfred Adler, Karen Horney, Ruth Benedict, dan Max Wetheimer. Percakapan-percakapan informal dan pertukaran pengalaman dengan tokoh-tokoh tersebut memegang peranan penting dalam pembentukan landasan pemikiran humanistik Maslow. Selain itu, kehadiran anaknya yang pertama telah menghilangkan antusiasme Maslow terhadap Behaviorisme. Tingkah laku yang kompleks yang ditunjukan oleh anaknya membuat Maslow berfikir bahwa behaviorisme lebih cocok untuk memahami tikus daripada memahami manusia. Ia berkata : “Orang yang sudah pernah punya punya bayi  tidak menjadi behavioris.[3]
Pada tahun 1951 Maslow menerima jabatan kepala departmen psikologi universitas Brandeis, yang dipegangnya sampai tahun 1961. Selama periode ini Maslow menjadi jurubicara utama bagi gerakan psikologi humanistik di Amerika Serikat.
Maslow menggabungkan diri dengan sejumlah perhimpunan profesional. Ia menjadi anggota dewan studi psikologi bagi masalah-masalah sosial, menjadi ketua perhimpunan psikologi Negara Bagian Massachustts, sebagai kepala divisi kepribadian dan psikologi sosial pada perhimpunan Psikologi Amerika (APA), kepala divisi etika, dan akhirnya memegang jabatan Presiden Perhimpunan Psikologi Amerika dari tahun 1967 sampai dengan 1968.[4]
Sebagian besar buku-buku Maslow ditulis dalam sepuluh tahun terakhir dari hidupnya, yang meliputi buku-buku Toward a Psychology of Being. (1962) Religius and Peak Experiences (1964), Eupsychian Management : A Journal (1965) the Psycology of science: A reconnaisence (1966), motivation and personality (1970) dan the father Reaches of human natures, sebuah buku kumpulan artikel Maslow yang diterbitkan setahun setelah ia meninggal.[5]

B.  Teori Humanisme Abraham Maslow
Humanisme menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemausiaan unuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputusasaan pandangan psikoanalaitik dan konsep kehidupan ‘robot’ pandangan behaviorisme. Humanisme menyatakan bahwa manusia didalam dirinya memiliki potensi untuk berkembang sehat dan kreatif. Pandang humanisme dalam kepribadian menekankan hal-hal sebagai berikut:
1.    Holisme.
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaiann bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan, dan apa yang terjadi dibagian satu akan memepengaruhi bagian lain.
2.    Menolak riset binatang.
Psikologi humanistik menekankan perbedaan antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku binatang. Riset binatang memandang manusia sebagai mesin dan mata rantai refleks-kondising, mengabaikan karakter manusia yang unik seperti ide, nilai-nilai, keberanian, cinta, humor, cemburu, dan perasaan dosa.
3.    Potensi kreatif.
Kreativitas merupakan ciri universal manusia yang dibawa sejak lahir dan bersifat alamiah. Krativitas adalah potensi setiap orang yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan khusus.
4.    Menekakan kesehatan psikologi.
Teori humanistik mengarahkan pusat perhatiannya kepada manusia sehat, kratif, dan mampu mengaktualisasikan diri. Ilmu jiwa seharusnya memusatkan analisisnya kepada tema pokok kehidupan manusia yakni aktualisasi diri.[6]




C.  Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow (Aplikasi Humanisme)
Maslow menyusun variasi kebutuhan mansuia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang sebelumnya terlah tepuaskan. Hirarki kebutuhan tersebut terdiri atas:
1.    Kebutuhan dasar (fisiologis)
Kebutuhan paling dasar setiap manusia  adalah kebutuhan fisiologis, seperti makan, minum, rumah, pakaian, oksigen, dan seks. Manusia yang lapar pasti akan selalu bermotivasi untuk makan bukan untuk mencari lainnya yang tidak berhubungan dengan kebutuhan dan keinginannya. Kebutuhan fisiologis merupakan potensi dasar dalam pemenuhan kebutuhan diatasnya.[7]
2.    Kebutuhan keamanan (sefty)
Sesudah kebutuhan fisiologis terpenuhi secukupnya, muncul kebutuahn keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan kemanan pada dasarnya adalah kebutuhan memepertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis dalah pertahanan hidup jangka pendek, sedangkan kebutuhan kemanan adalah pertahanan jangka pajang.[8]
Kebutuhan keamanan sudah melekat pada diri manusia sejak bayi, dalam bentuk menangis dan teriak ketakutan karena perlakuan yang kasar atau karena perlakuan yang dirasa sebagai sumber bahaya. Pada masa dewasa kebutuhan rasa aman berwujud dalam berbagai bentuk, antara lain:
a. Kabutuhan pekerjaan dan gaji yang menetap, tabungan dan asuransi, dan jaminan masa depan.
b. Beragama atau keyakinan filsafat tertentu yang mengorganisir dunianya menjadi lebih bermakna dan seimbang, sehingga orang merasa lebih selamat (dunia dan akhirat).[9]
3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki.
Sebagai manusia yang dikaruniai hati dan perasaan, pastilah memiliki kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Kebutuhan ini dapat berupa dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, dan kebutuhan untuk melekat pada kebutuhan sebuah keluarga. Menurut Maslow, kegagalan dalam  pemenuhan kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki menjadi sebab psikopatologi. Pengalaman kasih sayang pada masa kanak-kanak menjadi dasar perkembangan kepribadian yang sehat. Gangguan penyesuaian bukan disebabkan oleh frustasi keinginan sosial, tetapi lebih karena tidak adanya keintiman psikologik dengan orang lain.[10]
4.Kebutuhan harga diri (self Esteem).
Kebutuhan harga diri memiliki dua jenis, diantaranya:
a. Menghargai diri sendri (self respect), kebutuhan ini meliputi kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Orang membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri, bahwa dirinya berharga, mampu menguasai tugas dan tantangan hidup.
b. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from others), kebutuahn ini meliputi prestasi, penghargaan dari orang lain, status ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengakuan bahwa dirinya dikenal baik dan dinilai baik oleh orang lain.[11]
5. Kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, realisasi semua potensi, dan keinginan menjadi kretif dalam makna ataupun sebenarnya.  Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan menjadi sesuatu  yang orang tersebut mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat dan kemampuannya. Aktualisasi diri juga merupakan langkah untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya.[12]
Maslow menganalisis riwayat hidup, karya, dan tulisan sejumlah orang yang dipandangnya telah memenuhi kriteria sebagai pribadi yang beraktualisasi diri. Yang termasuk dalam daftar ini adalah Albert Einstein, Abraham Lincoln, William James, dan Eleanor Roosevelt.
Berdasarkan hasil analisis tesebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik pribasi-pribadi yang telah beraktualisasi:
a) Memusatkan diri pada realitas (reality centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih.
b) Memusatkan diri pada masalah (problem centered), yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
c) Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
d) Otonomi pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
e) Penerimaan terhadap diri dan orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada individualitas dan keunikan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang telah beraktualisasi diri lebih suka menerima anda apa adanya ketimbang berusaha mengubah anda.
f) Rasa humor yang tidak agresif (unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon yang menertawakan diri sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi) ketimbang menjadikan orang lain sebagai lawakan dan ejekan.
g. Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect).
h) Apresiasi yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil, bebeda  dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang menbuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
i) Memiliki pengalaman spiritual yang disebut peak experience. Individu yang mencapai aktualisasi diri banyak memiliki apa yang dimaksud pengalaman puncak atau saat suka cita. Setelah semua pengalaman ini orang merasa terinspirasi, diperkuat, diperbaharui atau ditranformasikan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPelQdf7MMr8iJNMNU4Mpwad7TzRpr-bTJjJP62QPJ0UkRapCfa_qI6CwxVUlHspkAcEvufbAL5W18uUo4cxJUha07L8bQH7HYKdB5nlgkB31zHeikob5LFEK8rh9yA_RhRHlzMUDxHxo/s320/Teori-Masslow.jpg

D.  Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow di Sekolah
Pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu sudah dikenal luas, namun aplikasinya untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya.
Berikut ini ringkasan tentang beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow.
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis:
  1. Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis.
  2. Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur yang tepat
  3. Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.
  4. Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang representatif.
2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:
  1. Sikap guru: menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.
  2. Adanya ekspektasi yang konsisten
  3. Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplinan siswa secara adil.
  4. Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa.
3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:
a. Hubungan Guru dengan Siswa:
1)       Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli dan intereres terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.
2)       Guru dapat menerapkan pembelajaran individua dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya)
3)       Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif.
4)       Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya.
5)       Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.
b. Hubungan Siswa dengan Siswa:
1)       Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik dan saling percaya di antara siswa
2)       Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olah raga atau kesenian.
3)       Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran.
4)       Sekolah mengembangkan tutor sebaya
5)       Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam.
4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:
a. Mengembangkan Harga Diri Siswa
1)       Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya (scaffolding)
2)       Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
3)       Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa
4)       Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi
5)       Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan
6)       Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan bertanggung jawab.
7)       Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin dilakukan secara pribadi, tidak di depan umum.
b. Penghargaan dari pihak lain
1)       Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.
2)       Mengembangkan program “star of the week”
3)       Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh siswa.
4)       Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap sisiwa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik.
5)       Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri.
c. Pengetahuan dan Pemahaman
1)       Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin diketahuinya.
2)       Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual melalui pendekatan discovery-inquiry
3)       Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam
4)       Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir filosofis dan berdiskusi.
d. Estetik
1)       Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik
2)       Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik.
3)       Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan
4)       Memelihara sarana dan pra sarana yang ada di sekeliling sekolah
5)       Ruangan yang bersih dan wangi
6)       Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah
5. Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri
  1. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaiknya
  2. Memberikan kekebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya
  3. Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata.
  4. Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta kognitif siswa.
  5. Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif
Sedangkan dalam pendapat lain menurut schunknImplikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangatlah banyak. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
Hierarki  kebutuhan Maslow dapat membantu guru memahami siswa dan menciptakan lingkungan untuk meningkatkan pembelajaran. Adalah  tidak realistis untuk mengharapkan siswa untuk menunjukkan minat dalam kegiatan kelas jika mereka kekurangan kebutuhan fisiologis atau rasa aman. Anak-anak yang datang ke sekolah tanpa sarapan dan yang tidak memiliki uang untuk makan siang tidak bisa fokus dengan baik pada tugas/pembelajaran di kelas.
Guru dapat bekerjasama dengan konselor, kepala sekolah dan pekerja sosial untuk membantu keluarga  mereka  atau mengusulkan anak-anak  untuk  disetujui  masuk program makan gratis atau  pengurangan biaya sekolah. Beberapa siswa akan mengalami kesulitan mengerjakan tugas dengan gangguan didekatnya (misalnya, gerakan dan kebisingan). Guru dapat bertemu dengan orang tua untuk menilai apakah kondisi rumah mereka mengganggu aktifitas belajar. Gangguan di rumah dapat mengakibatkan keinginan untuk lebih aman dalam belajar tidak terpenuhi. Guru dapat mendorong orang tua agar menyediakan lingkungan rumah yang menguntungkan untuk belajar, memastikan tidak ada gangguan di kelas dan mengajar siswa keterampilan untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut  (misalnya,  bagaimana untuk berkonsentrasi  dan memperhatikan kegiatan kegiatan akademik).

Beberapa sekolah tinggi memiliki masalah dengan kekerasan dan tekanan  yang berhubungan dengan perilaku geng. Jika siswa takut bahwa mungkin secara fisik merekadirugikan atau sering harus berurusan dengan tekanan untuk bergabung dengan geng,berkonsentrasi pada tugas akademik, mungkin  guru  atau  administrator mempertimbangkan bekerjasama dengan siswa, orang tua, lembaga masyarakat dan aparat penegak hukum untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk  menghilangkan masalah keamanan. Isu-isu ini harus diatasi untuk membuat  atmosphire yang kondusif untuk belajar. Guru harus menyediakan kegiatan yang  dapat siswa selesaikan dengan sukses. (Schunk,2009).[13]

BAB III
PENUTUP

Abaraham Maslow merupakan tokoh pelopor dari psikologi humanistik, Maslow menolak adanya riset binatang yang dianggap sama sekali tidak humanistik. Maslow dalam teori humanistiknya menyebutkan bahwa adanya teori hirarki kebutuhan yang terdiri atas Kebutuhan dasar (fisiologis), kebutuhan keamanan (sefty), kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri (self Esteem), kebutuhan aktualisasi diri.
Tokoh pelopor dari teori humanistik yang lain yakni Carl Rogers. Carl Rogers memiliki terori yang memiliki struktur yang terdiri dari organism, medan feomena (phenomenal fileld) dan self. Selain truktur kepribadian dalam teori Rogers juga terdpat dnamakina kerpribadian yang terdiri atas penerimaan positif (positive regerd) , konsistensi dan saling sesuai self (self concistency dan congruence), serta aktualisasi diri (self actualuzation). 







[1] Teori-teori kepribadian, E.Koswara, (Bandung : 1991), cet. 2. hal. 115
[2] Sumanto, Psikologi Umum Untuk Mahasiswa, Dosen, dan Masyarakat Umum, (Yogyakarta: CAPS,2014), hlm:254.
[3] Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi. Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono.(PT. Bulan Bintang : Jakarta : 2000) hal. 168
[4] Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2014), hlm: 122.
[5] Teori-teori kepribadian, E.Koswara hal. 117
[6] Alwisol, Psikologi Kepribadian..op.cit. hlm: 200-201.
[7] Howard S.F and M.W Scustack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm: 354.
[8] Ibid, hlm: 204.
[9] Dede Rahmat Hidayat, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling, Bogor: Ghalia Indonesia,  2011, 67
[10] Alwisol, Psikologi Kepribadian..op.cit. hlm: 205.
[11]Howard S.F and M.W Scustack, Kepribadian Teori Klasik..op.cit. hlm: 355.
[12] Alwisol, Psikologi Kepribadian..op.cit. hlm: 205-206.
[13] Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Grup.

Komentar