BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah
belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar bisa diartikan
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Untuk
membantu terselenggaranya suatu proses pembelajaran di kelas yang baik,
diperlukan adanya suatu teori belajar. Penggunaan teori belajar yang salah akan
mengakibatkan terjadinya hambatan dalam proses pembelajaran. Penerapan teori
belajar di kelas membutuhkan pemahaman yag mendalam terhadap teori tersebut dan
rasa senang untuk menggunakan dan mengembangknnya secara tepat guna dengan
kondisi di Indonesia.
Banyak
teori belajar yang dapat digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar
dan proses pembelajaran termasuk dalam hal kepribadian, antara lain teori
pembelajaran psikoanalisis, behavioristik, kognitif, dan humanistik. Setiap
teori belajar mempunyai tokoh- tokoh penting yang berbeda- beda. Seperti pada
teori belajar humanistik, terdapat tokoh- tokoh penting secara teoritik, antara
lain Arthur W. Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Makalah ini akan
membahas teori kepribadian yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.
B.
Rumusan
Masalah
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Singkat Abraham Maslow.
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brookllyn, new york, pada tanggal 1
April 1908. orang tuanya adalah imigran Yahudi Rsia yang pindah ke Amerika Serikat
dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sebagai anak yang tertua
dari tujuh bersaudara, Maslow oleh orang tuanya didorong dengan kuat agar
mencapai keberhasilan dalam pendidikan. Karena desakan ayahnya, pada mulanya
Maslow memilih hukum sebagai bidang studinya di city College, New york. Tetapi baru
dua minggu kuliah Maslow pindah ke universitas Cornell, dan tak lama kemudian
pindah ke universitas Wisconsin, dengan bidang psikologi sebagai bidang
pilihannya. Di universitas wisconsin ini Maslow meraih gelar sarjana Muda pada
tahun 1930, sarjana penuh tahun 1931, dan meraih Doktor pada tahunn 1934.[1] pada
waktu masih kuliah di universitas Wsiconsin inilah Maslow menikah dengan Betha
Goodman, pacarnya sejak masih di sekolah menengah.
Maslow memutuskan untuk belajar Psikologi terutama karena pengaruh
Behaviorisme Watson. Bagi Maslow saat itu, Behaviorisme merupakan sesuatu yang
menarik, dan dengan mengikuti program-programm yang diadakan oleh Watson,
Maslow berharap dirinya bisa merubah dunia. Disamping Watson, tokoh-tokoh yang
dikagumi dan ingin diikuti oleh Maslow adalah Koffka, tokoh Psikologi Gestalt;
Dreisch, seorang tokoh terkemuka dalam bdang Biologi; dan Miklejhon, seorang
ahli filsafat. Tetapi ketiga orang tersebut tidak ia jumpai karena mereka hanya
guru besar tamu. Kejadian ini menimbulkan kekecewaan yang besar bagi Maslow.[2]
Maslow mengawali karir akademis dan profesionalnya dengan memegang jabatan
sebagai asisten instruktur psikologi di universitas wisconsin (1930-1934), dan
sebagai staff pengajar (1934-1935). Kemudian Maslow menjadi staf peneliti
di Universitas Columbia sampai tahun 1937. Semasa di Universitas Columbia ini
Maslow bekerja sebagai asisten Edward L. Thorndike, salah seorang tokoh
behaviorisme. Setelah itu Maslow menjadi guru besar Pembantu di brooklyn
college, new York, sampai tahun 1531. Maslow menyebut kota New York pada akhir
tahun 1930-an sebagai dan awal tahun 1940-an, ketika ia mengajar disana,
sebagai pusat Psikologi. Di kota ini ia bertemu dengan tokoh-tokoh intelektual
Eropa yang melarikan diri ke Amerika Serikat karena penindasan Hitler.
Tokoh-tokoh yang dimaksud seperti erich Fromn, alfred Adler, Karen Horney, Ruth
Benedict, dan Max Wetheimer. Percakapan-percakapan informal dan pertukaran
pengalaman dengan tokoh-tokoh tersebut memegang peranan penting dalam
pembentukan landasan pemikiran humanistik Maslow. Selain itu, kehadiran anaknya
yang pertama telah menghilangkan antusiasme Maslow terhadap Behaviorisme.
Tingkah laku yang kompleks yang ditunjukan oleh anaknya membuat Maslow berfikir
bahwa behaviorisme lebih cocok untuk memahami tikus daripada memahami manusia.
Ia berkata : “Orang yang sudah pernah punya punya bayi tidak menjadi
behavioris”.[3]
Pada tahun 1951 Maslow menerima jabatan kepala departmen psikologi
universitas Brandeis, yang dipegangnya sampai tahun 1961. Selama periode ini Maslow
menjadi jurubicara utama bagi gerakan psikologi humanistik di Amerika Serikat.
Maslow menggabungkan
diri dengan sejumlah perhimpunan profesional. Ia menjadi anggota dewan studi
psikologi bagi masalah-masalah sosial, menjadi ketua perhimpunan psikologi
Negara Bagian Massachustts, sebagai kepala divisi kepribadian dan psikologi
sosial pada perhimpunan Psikologi Amerika (APA), kepala divisi etika, dan
akhirnya memegang jabatan Presiden Perhimpunan Psikologi Amerika dari tahun
1967 sampai dengan 1968.[4]
Sebagian besar buku-buku Maslow ditulis dalam sepuluh tahun terakhir dari
hidupnya, yang meliputi buku-buku Toward a Psychology of Being. (1962)
Religius and Peak Experiences (1964), Eupsychian Management : A Journal (1965)
the Psycology of science: A reconnaisence (1966), motivation and personality
(1970) dan the father Reaches of human natures, sebuah buku kumpulan
artikel Maslow yang diterbitkan setahun setelah ia meninggal.[5]
B. Teori Humanisme Abraham Maslow
Humanisme menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai
kemausiaan unuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang
pesimisme dan keputusasaan pandangan psikoanalaitik dan konsep kehidupan
‘robot’ pandangan behaviorisme. Humanisme menyatakan bahwa manusia didalam
dirinya memiliki potensi untuk berkembang sehat dan kreatif. Pandang humanisme
dalam kepribadian menekankan hal-hal sebagai berikut:
1. Holisme.
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan
yang utuh, bukan sebagai rangkaiann bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan
tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan, dan apa
yang terjadi dibagian satu akan memepengaruhi bagian lain.
2. Menolak riset binatang.
Psikologi humanistik menekankan perbedaan antara tingkah laku manusia
dengan tingkah laku binatang. Riset binatang memandang manusia sebagai mesin
dan mata rantai refleks-kondising, mengabaikan karakter manusia yang unik seperti
ide, nilai-nilai, keberanian, cinta, humor, cemburu, dan perasaan dosa.
3. Potensi kreatif.
Kreativitas merupakan ciri universal manusia yang dibawa sejak lahir dan
bersifat alamiah. Krativitas adalah potensi setiap orang yang tidak memerlukan
bakat dan kemampuan khusus.
4. Menekakan kesehatan psikologi.
Teori humanistik mengarahkan pusat perhatiannya kepada manusia sehat,
kratif, dan mampu mengaktualisasikan diri. Ilmu jiwa seharusnya memusatkan
analisisnya kepada tema pokok kehidupan manusia yakni aktualisasi diri.[6]
C. Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow (Aplikasi
Humanisme)
Maslow menyusun variasi kebutuhan mansuia dipandang tersusun dalam bentuk
hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau
jenjang sebelumnya terlah tepuaskan. Hirarki kebutuhan tersebut terdiri atas:
1. Kebutuhan dasar (fisiologis)
Kebutuhan paling dasar setiap manusia adalah kebutuhan
fisiologis, seperti makan, minum, rumah, pakaian, oksigen, dan
seks. Manusia yang lapar pasti akan selalu bermotivasi untuk makan bukan
untuk mencari lainnya yang tidak berhubungan dengan kebutuhan dan keinginannya.
Kebutuhan fisiologis merupakan potensi dasar dalam pemenuhan kebutuhan
diatasnya.[7]
2. Kebutuhan keamanan (sefty)
Sesudah kebutuhan fisiologis terpenuhi secukupnya, muncul kebutuahn
keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan
dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan kemanan pada dasarnya
adalah kebutuhan memepertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis dalah pertahanan
hidup jangka pendek, sedangkan kebutuhan kemanan adalah pertahanan jangka
pajang.[8]
Kebutuhan keamanan
sudah melekat pada diri manusia sejak bayi, dalam bentuk menangis dan teriak
ketakutan karena perlakuan yang kasar atau karena perlakuan yang dirasa sebagai
sumber bahaya. Pada masa dewasa kebutuhan rasa aman berwujud dalam berbagai
bentuk, antara lain:
a. Kabutuhan pekerjaan
dan gaji yang menetap, tabungan dan asuransi, dan jaminan masa depan.
b. Beragama atau
keyakinan filsafat tertentu yang mengorganisir dunianya menjadi lebih bermakna
dan seimbang, sehingga orang merasa lebih selamat (dunia dan akhirat).[9]
3. Kebutuhan cinta dan
rasa memiliki.
Sebagai manusia yang dikaruniai hati dan perasaan, pastilah memiliki
kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Kebutuhan ini dapat berupa dorongan
untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, dan kebutuhan
untuk melekat pada kebutuhan sebuah keluarga. Menurut Maslow, kegagalan
dalam pemenuhan kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki menjadi sebab
psikopatologi. Pengalaman kasih sayang pada masa kanak-kanak menjadi dasar
perkembangan kepribadian yang sehat. Gangguan penyesuaian bukan disebabkan oleh
frustasi keinginan sosial, tetapi lebih karena tidak adanya keintiman
psikologik dengan orang lain.[10]
4.Kebutuhan harga diri
(self Esteem).
Kebutuhan harga diri memiliki dua jenis, diantaranya:
a. Menghargai diri
sendri (self respect), kebutuhan ini meliputi kebutuhan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, prestasi kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Orang
membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri, bahwa dirinya berharga, mampu
menguasai tugas dan tantangan hidup.
b. Mendapat penghargaan
dari orang lain (respect from others), kebutuahn ini meliputi prestasi,
penghargaan dari orang lain, status ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengakuan bahwa dirinya
dikenal baik dan dinilai baik oleh orang lain.[11]
5. Kebutuhan
aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, realisasi semua
potensi, dan keinginan menjadi kretif dalam makna ataupun
sebenarnya. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan menjadi
sesuatu yang orang tersebut mampu mewujudkannya secara maksimal
seluruh bakat dan kemampuannya. Aktualisasi diri juga merupakan langkah untuk
menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya.[12]
Maslow menganalisis riwayat hidup, karya, dan tulisan sejumlah
orang yang dipandangnya telah memenuhi kriteria sebagai pribadi yang
beraktualisasi diri. Yang termasuk dalam daftar ini adalah Albert Einstein,
Abraham Lincoln, William James, dan Eleanor Roosevelt.
Berdasarkan hasil analisis tesebut, Maslow menyusun sejumlah
kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik pribasi-pribadi yang telah
beraktualisasi:
a) Memusatkan diri pada realitas (reality centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih.
a) Memusatkan diri pada realitas (reality centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih.
b)
Memusatkan diri pada masalah (problem centered), yakni melihat persoalan hidup
sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
c)
Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta
tidak berpura-pura.
d) Otonomi pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
d) Otonomi pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
e)
Penerimaan terhadap diri dan orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada
individualitas dan keunikan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain
orang-orang yang telah beraktualisasi diri lebih suka menerima anda apa adanya
ketimbang berusaha mengubah anda.
f)
Rasa humor yang tidak agresif (unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon
yang menertawakan diri sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi)
ketimbang menjadikan orang lain sebagai lawakan dan ejekan.
g.
Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect).
h) Apresiasi yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil, bebeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang menbuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
h) Apresiasi yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil, bebeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang menbuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
i)
Memiliki pengalaman spiritual yang disebut peak experience. Individu yang
mencapai aktualisasi diri banyak memiliki apa yang dimaksud pengalaman puncak
atau saat suka cita. Setelah semua pengalaman ini orang merasa terinspirasi,
diperkuat, diperbaharui atau ditranformasikan.
D. Aplikasi Teori Kebutuhan
Maslow di Sekolah
Pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu sudah dikenal
luas, namun aplikasinya untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya
belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi
berbagai kebutuhan siswanya.
Berikut ini ringkasan tentang beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di
sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow.
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis:
- Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis.
- Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur
yang tepat
- Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.
- Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang
representatif.
2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:
- Sikap guru: menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap
siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.
- Adanya ekspektasi yang konsisten
- Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem
pendisiplinan siswa secara adil.
- Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui
pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian
hukuman atas perilaku negatif siswa.
3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:
a. Hubungan Guru dengan Siswa:
1)
Guru dapat menampilkan
ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli dan intereres terhadap siswa, sabar,
adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.
2)
Guru dapat menerapkan
pembelajaran individua dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat,
karakteristik kepribadian dan latar belakangnya)
3)
Guru lebih banyak
memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif.
4)
Guru dapat menghargai
dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya.
5)
Guru dapat menjadi
penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.
b. Hubungan Siswa dengan Siswa:
1)
Sekolah mengembangkan
situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik dan saling percaya
di antara siswa
2)
Sekolah dapat
menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti
olah raga atau kesenian.
3)
Sekolah mengembangkan
diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran.
4)
Sekolah mengembangkan
tutor sebaya
5)
Sekolah mengembangkan
bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam.
4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:
a. Mengembangkan Harga Diri Siswa
1)
Mengembangkan
pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya
(scaffolding)
2)
Mengembangkan sistem
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
3)
Memfokuskan pada
kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa
4)
Mengembangkan strategi
pembelajaran yang bervariasi
5)
Selalu siap memberikan
bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan
6)
Melibatkan seluruh
siswa di kelas untuk berpartisipai dan bertanggung jawab.
7)
Ketika harus mendisiplinkan
siswa, sedapat mengkin dilakukan secara pribadi, tidak di depan umum.
b. Penghargaan dari
pihak lain
1)
Mengembangkan iklim
kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati
dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.
2)
Mengembangkan program
“star of the week”
3)
Mengembangkan program
penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh siswa.
4)
Mengembangkan kurikulum
yang dapat mengantarkan setiap sisiwa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi
pendengar yang baik.
5)
Berusaha melibatkan
para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan
para siswa itu sendiri.
c. Pengetahuan dan
Pemahaman
1)
Memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin diketahuinya.
2)
Menyediakan
pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual melalui pendekatan
discovery-inquiry
3)
Menyediakan topik-topik
pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam
4)
Menyediakan kesempatan
kepada para siswa untuk berfikir filosofis dan berdiskusi.
d. Estetik
1)
Menata ruangan kelas
secara rapi dan menarik
2)
Menempelkan hal-hal
yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya memampangkan
karya-karya seni siswa yang dianggap menarik.
3)
Ruangan dicat dengan
warna-warna yang menyenangkan
4)
Memelihara sarana dan
pra sarana yang ada di sekeliling sekolah
5)
Ruangan yang bersih dan
wangi
6)
Tersedia taman kelas
dan sekolah yang tertata indah
5. Pemenuhan Kebutuhan
Akatualisasi Diri
- Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang
terbaiknya
- Memberikan kekebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah
kemampuan dan potensi yang dimilikinya
- Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan
nyata.
- Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta
kognitif siswa.
- Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan
kreatif
Sedangkan
dalam pendapat lain menurut schunknImplikasi dari teori Maslow dalam dunia
pendidikan sangatlah banyak. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru
mestinya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk
memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa
anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak
memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan
anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses
tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan
mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi
yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi /
keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
Hierarki kebutuhan Maslow
dapat membantu guru memahami siswa dan menciptakan lingkungan untuk
meningkatkan pembelajaran. Adalah tidak realistis untuk
mengharapkan siswa untuk menunjukkan minat dalam kegiatan kelas jika mereka
kekurangan kebutuhan fisiologis atau rasa aman. Anak-anak yang datang ke
sekolah tanpa sarapan dan yang tidak memiliki uang untuk makan siang tidak
bisa fokus dengan baik pada tugas/pembelajaran di kelas.
Guru
dapat bekerjasama dengan konselor, kepala sekolah dan pekerja sosial untuk
membantu keluarga mereka atau mengusulkan anak-anak
untuk disetujui masuk program makan gratis atau
pengurangan biaya sekolah. Beberapa siswa akan mengalami kesulitan mengerjakan
tugas dengan gangguan didekatnya (misalnya, gerakan dan kebisingan). Guru
dapat bertemu dengan orang tua untuk menilai apakah kondisi rumah mereka
mengganggu aktifitas belajar. Gangguan di rumah dapat mengakibatkan keinginan
untuk lebih aman dalam belajar tidak terpenuhi. Guru dapat mendorong
orang tua agar menyediakan lingkungan rumah yang menguntungkan untuk belajar, memastikan tidak
ada gangguan di kelas dan mengajar siswa keterampilan untuk
mengatasi gangguan-gangguan tersebut (misalnya, bagaimana
untuk berkonsentrasi dan memperhatikan kegiatan kegiatan akademik).
Beberapa sekolah
tinggi memiliki masalah dengan kekerasan dan tekanan yang
berhubungan dengan perilaku geng. Jika
siswa takut bahwa mungkin secara fisik merekadirugikan atau
sering harus berurusan dengan tekanan untuk bergabung
dengan geng,berkonsentrasi pada tugas akademik, mungkin
guru atau administrator mempertimbangkan bekerjasama dengan
siswa, orang tua, lembaga masyarakat dan aparat penegak
hukum untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk
menghilangkan masalah keamanan. Isu-isu ini harus diatasi
untuk membuat atmosphire yang kondusif untuk belajar. Guru
harus menyediakan kegiatan yang dapat
siswa selesaikan dengan sukses. (Schunk,2009).[13]
BAB III
PENUTUP
Abaraham Maslow merupakan tokoh pelopor dari psikologi humanistik, Maslow
menolak adanya riset binatang yang dianggap sama sekali tidak humanistik.
Maslow dalam teori humanistiknya menyebutkan bahwa adanya teori hirarki
kebutuhan yang terdiri atas Kebutuhan dasar (fisiologis), kebutuhan keamanan (sefty),
kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri (self Esteem), kebutuhan
aktualisasi diri.
Tokoh pelopor dari teori humanistik yang lain yakni Carl Rogers. Carl
Rogers memiliki terori yang memiliki struktur yang terdiri dari organism, medan
feomena (phenomenal fileld) dan self. Selain truktur kepribadian
dalam teori Rogers juga terdpat dnamakina kerpribadian yang terdiri atas
penerimaan positif (positive regerd) , konsistensi dan saling
sesuai self (self concistency dan congruence), serta
aktualisasi diri (self actualuzation).
[2] Sumanto, Psikologi
Umum Untuk Mahasiswa, Dosen, dan Masyarakat Umum, (Yogyakarta:
CAPS,2014), hlm:254.
[3] Berkenalan dengan
aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi. Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono.(PT.
Bulan Bintang : Jakarta : 2000) hal. 168
[7] Howard S.F and M.W
Scustack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, (Jakarta:
Erlangga, 2006), hlm: 354.
[9] Dede Rahmat
Hidayat, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, 67
[11]Howard S.F and M.W
Scustack, Kepribadian Teori Klasik..op.cit. hlm: 355.
[13] Santrock,
John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Grup.
Komentar
Posting Komentar