STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
(Makkah-Madinah)
A. Di Kota Makkah
Nabi
Muhammad SAW memulai berdakwah ketika beliau diangkat menjadi rosul, yang
dimana Allah SWT memerintahkan nabi yang terdapat dalam Al Quran surah Al
Mudatsir ayat 1-7.[1]
Isinya memberitahukan kepada nabi bahwasanya beliau harus memulai dakwahnya
dengan cara menyiarkan kebaikan-kebaikan kepada umat manusia.
Setelah
menerima perintah dari Allah untuk berdakwah, nabi Muhammad mulai melakukan
dakwahnya dengan cara diam-diam atau sembunyi-sembunyi. Cara berdakwah dengan
diam-diam atau sembunyi-sembunyi ini sesuai dengan perintah Allah dalam Al
Quran surah Asy Syuara’ ayat 214.[2]
Isinya adalah untuk melakukan dakwah kepada saudara-saudara dekatnya dengan
mengajarkan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Dakwah
Nabi Muhammad SAW ini dilakukan dirumah sahabat yang bernama Al Arqam bin Abil
Arqam Al Makhzumi. Dakwah ini diikuti oleh kerabat-kerabat dekat nabi yaitu
Siti Khadijah (istri nabi), Ali bin Abi Thalib, Zaid Bin Haritsah, Abu Bakar
bin Abi Qufahah (namanya seblum masuk islam), Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Abdurahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah At
Timi, dan kerabat-kerabat lainnya. Orang-orang tersebut disebut sebagai Assabiqunal
Awalun atau orang-orang yang pertama kali masuk islam.
Kemudian
turun wahyu yang memerintahkan nabi untuk melakukan dakwah secara
terang-terangan yaitu dalam Al Quran surah Al Hijr ayat 94:
فَاصْدَعْ بِمَا
تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
artinya
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musrik”.
Dengan
demikian nabi memulai dakwahnya secara terang-terangan dan pertama kali
dilakukan di bukit Shofa yang disampaikan kepada para penduduk sekitar serta
kaum Quraisy. Dakwah beliau sasaran utamanya adalah para orang-orang yang
tertindas, yang membutuhkan bantuan-bantuan akan perlindungan sosial. Ketika
melakukan dakwah beliau ditentang keras oleh para kaum Quraisy yang menolak
tenatang ajarannya yang dianggap mengajarkan kesesatan. Penolakan keras
ajarannya ini dilakukan pamannya sendiri diantaranya adalah Abu Lahab, yang
dimana kejadian tersebut diabadikan oleh Allah dalam surah Al Lahab.
Dakwah
beliau secara terang-terangan dilakukan selama kurang lebih 10 tahun, yang
dimana pengikut ajarannya sudah bertambah. Ketika dakwah secara
sembunyi-sembuyi pengikutnya hanya para kerabat dekat beliau, akan tetapi
setelah dakwah secara terang-terangan pengikutnya bertambah menjadi sekitar 40
orang. Perjuangan beliau dalam dakwah secara terang-terangan tidak mengenal
lelah dan putus asa, walaupun banyak orang yang menentang keras tentang
ajarannya. Sehingga perjuangan beliau ini membawa keberhasilan yang nyata
samapai saat ini yaitu ajaran beliau semakin banyak yang mengikuti dan terbukti
akan kebenaran ajaran yang beliau lakukan.
Nabi
Muhammad SAW dalam dakwahnya di kota Makkah baik sembunyi-sembunyi atau terang-terangan
adalah untuk mengajarkan tentang tauhid (keesaan tuhan), menegaskan bahwa akan
adanya hari kiamat sebagai hari pembalasan, mengajarkan akhlak-akhlak terpuji
dan meninggalkan akhlak-akhlak tercela, mengajarkan kesamaan derajat sesama
manusia dan yang dapat membedakannya hanyalah iman dan taqwa.
B. Di Kota Madinah
Dakwah
nabi Muhammad SAW di kota Madinah dimulai ketika beliau hijrah ke Madinah yaitu
pada tanggal 12 Robi’ul Awal atau bertepatan pada tanggal 17 september 662 M.
Beliau melakukan dakwah ini kurang lebih sekitar 10 tahun, yang dimana
dakwahnya ini lebih berhasil daripada periode dakwah sebelumnya. Keberhasilan
dakwah ini merupakan buah hasil dari strategi dakwah yang dilakukan oleh nabi
dan para sahabatnya. Akan tetapi juga ada faktor-faktor internal yang melatar
belakangi keberhasilan dakwah nabi, diantaranya yang pertama, para penduduk
merupakan orang yang paling dekat dengan agama samawi. Kedua, kelompok
orang-orang yahudi yang mengancam para penduduk tentang akan adanya seorang
nabi baru dan barang siapa yang mengikutinya akan diusir oleh kelompok yahudi.
Ketiga, adanya pertikaian antara suku Aus dan Khazraj yang dimana pada waktu
itu kelompok yang memasuki islam akan menjadi lebih kuat dari kelompok lain.[3]
Strategi
yang digunakan nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya di Madinah ini adalah stategi
Turn around yaitu memperkuat kondisi internal umat islam dan meminimalisir akan
ancaman dari kaum yahudi. Ada beberapa keputusan sangat tepat yang dibuat oleh
nabi dalam dakwahnya di kota Madinah yaitu antara lain adalah membangun masjid
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor, melakukan perjanjian dengan orang
non muslim yang menghasilkan piagam Madinah.[4]
Pertama,
tentang pembangunan masjid yang dilakukan karena untuk melebarkan syiar islam.
Masjid memiliki peranan yang sangat penting dalam islam, yang dimana masjid
digunakan sebagai tempat ibadah serta tempat untuk belajar atau madrasah dan
juga sebagai tempat majlis dakwah Rosululloh. Kedua, mempersatukan kaum
Muhajirin dengan Anshor atau biasa disebut dengan Ukhuwah Islamiyah. Rodululloh
mempersatukan kedua kaum ini di rumah Anas bin Malik, yang dimana kemudian kaum
Anshor menerima dengan lapang dada kaum Muhajirin dan juga kedua kaum ini
saling membantu dalam hal apapun baik harta benda, rumah dan yang lainnya.[5]
Ketiga,
membuat perjanjian dengan para orang non muslim yang dimana menghasilkan sebuah
piagam Madinah. Perjanjian ini dibuat untuk menyelaraskan hubungan antara orang
muslim dengan orang non muslim. Isi dari piagam Madinah diantaranya adalah
pertama, semua kelompok yang menandatangani piagam merupakan suatu bangsa.
Kedua, jika kelompok lain diserang musuh, maka kelompok lain wajib membantunya.
Ketiga, masing-masing kelompok tidak diperkenankan membuat perjanjian dengan
oarng Quraisy. Keempat, masing-masing kelompok bebas menjalankan agamanya tanpa
campur tangan agama lain. Kelima, sesama penduduk Madinah wajib saling membantu
dalam hal apapun. Keenam, nabi Muhammad merupakan pemimpin dan juga
menyelesaikan masalah yang timbul dari antar kelompok di Madinah.[6]
Setelah
tatanan masyarakat Madinah terwujud, rosululloh kembali membuat strategi baru
yakni untuk menetapkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial. Hal tersebut
beliau lakukan agar tidak timbul kekerasan antar suku ataupun penindasan antar
sesama manusia. Ataupun juga untuk mewujudkan tatanan pemerintahan yang baik
dan demokratis tidak memihak pada salah satu pihak, lebih mengutamakan
musyawarah dalam penyelesaian masalah. Penyelesaian masalah dengan musyawarah juga
diperintahkan langsung oleh Allah kepada Rosululloh yang terdapat pada Al Quran
surah Asy Syuara ayat 38 :
…..”وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ”
Artinya:
“…..Sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka dan
mereka menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka”.
Nabi
Muhammad SAW juga membuat tentang asas-asas masyarakat islam, yang dimana hal
ini dapat melahirkan sebuah peradaban baru di dunia khususnya dunia islam.
Asas-asas tersebut meliputi Al Ikha (persaudaraan), Al Musawah (persamaan), At
Tasamuh (toleransi), At Taawun (tolong menolong), dan Al Adalah keadilan.
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia,
Kementrian Agama.2014. Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 7. Jakarta:
Kementrian
Agama
Republik Indonesia.
Indonesia,
Kementrian Agama.2014. Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 10. Jakarta:
Kementrian
Agama
Republik Indonesia.
Ummu Salamah
Ali. Peradaban Islam Madinah. Jurnal Kalimah Volume 15 nomer 2,2017.
Walid Fajar
Antariksa. Penerapan Manajemen Strategi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW.
E-jurnal.
Azhar. Sejarah
Dakwah Nabi Muhammad pada Masyarakat Madinah. JUSPI: Jurnal Sejarah
Peradaban Islam volume 1 nomer
2. 2017.
Khoiro Ummatin.
Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah Terhadap Budaya Lokal. Jurnal
Dakwah Volume xv
Nomer 1. 2014.
[1]
Kementrian Agama Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam kelas 7, (Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014) h. 23
[2]
Kementrian Agama Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam kelas 10, (Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014) h. 18
[3]
Ummu Salamah Ali, Peradaban Islam Madinah, Jurnal Kalimah Volume 15 Nomer
2, 2017, h.196
[4]
Walid Fajar Antariksa, Penerapan Manajemen Strategi dalam Dakwah Nabi Muhammad
SAW
[5]
Azhar, Sejarah Dakwah Nabi Muhammad pada Masyarakat Madinah, JUSPI: Jurnal
Sejarah Peradaban Islam Volume 1 Nomer 2, 2017, h.260
[6]
Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah Terhadap Budaya Lokal,
Jurnal Dakwah Volume xv Nomer 1, 2014, h.197-198
Komentar
Posting Komentar