SEJARAH ISLAM DI INDONESIA
1. Teori
Masuk
a. Teori Gujarat
Teori
Gujarat ini diprakarsai dan dipopulerkan oleh Snouck Hurgronje. Snouck Hurgronjemengatakan agama Islam baru masuk
ke Nusantarasekitar ke-13 M yang dipelopori oleh pedagang-pedagangyang berasal
dari Cambay, Gujarat, India. Salah seorang ilmuwan BaratPijnappeljuga mengaitkan asal mula Islam di Indonesia dari daerah
Gujarat dan Malabar.Ada Sejarawan dari Belanda yang sepakat bahwa Islam di Indonesia
datang dari Gujarat.Alasannya,bahwa batu nisan makam Raja Malik al-Saleh yang
merupakan sorang raja kerajaan Samudera PasaiAceh tertulis angka tahun
686H/1297 M dengan menggunakan nisan yang berasal dari Gujarat, India. Selain
itu, batu nisan yang terdapat di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa
Timur, juga menunjukkan hal yang sama.
b. Teori Arab
Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia
langsung dari Makkah (Arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad ke-7. Salah
satu Sejarawan yang mendukung teori ini ialah Prof. Hamka. Iaberkata bahwa Islam datang ke Indonesia sekitar abad
1 Hijriah atau abad ke 7-8 M di bawa dari Arab dengan hasil bukti jalur
perdagangan yang ramai dan bersifat Internasional yang dimulai dari Malaka hingga
menghubungkan Dinasti Tang di China Asia Timur, Sriwijaya di Asia Tenggara, dan
Bani Umayyah di Asia Barat.
c. Teori Persia
Pencetus
teori Persia ini adalah Hoesein
Djajaningrat. Teori ini lebih menonjolkan pada aspek kebudayaan nya yang
hidup dalam masyarakat Islam Indonesia yang dianggap memilikikesamaan dengan
Persia, diantaranya: Adanya peringatan‘Asyura atau 10 Muharram diSumatra Barat, peringatan tersebut
disebut dengan upacara Tabuik/ Tabut. Di Jawa ada pembuatan Bubur Syuro. Lalu,
penemuan makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik. Adanya perkampungan
Leren/Leran di Giri, daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu pendukung
teori ini, yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Djayadiningrat.
d. Teori China
Pada
masa Hindu-Budha, etnis Tiongkok atau China telah berbaur dengan masyarakat
Indonesia melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di China
pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Dalam buku Arus
ChinaIslamJawa, Sumanto al-Qurtuby mengatakan bahwa dari sumber luar negeri masa Dinasti Tang abad
ke 618-960 M di daerah Quanzhou, Zhang-zhao, Kanton, dan sekitar pesisir China
bagian selatan, terdapat beberapa pemukiman penduduk Islam.
2. Pro
dan Kontra
Salah satu
pemegang ‘’Teori India’’ adalah Pijnappel,mengatakan bahwa Islam datang
ke Indonesiaberasal dari pantai barat Gujarat dan Malabar. Moquette jugaberpendapat bahwa tempat asal Islam di Nusantara
adalah Gujarat India yang didasarkan pada pengamatan terhadap bentuk batu nisan
di Pasai yang berangka 17 Dzulhijjah 831 Hijriah / 27 September 1428. Moquette
berhasil menemukan makam di Pasai, kecamatan Samudra, Aceh Utara, yang memuat
nama Malik al-Shaleh yang wafat pada bulan Ramadan 696 H Atau 1297 M.[1]Dia
juga mengamati bentuk batu nisan pada makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik,
Jawa Timur. Ternyata bentuk batu nisan di kedua tempat tersebut sama dengan
batu nisan di Cambay, Gujarat di pesisir selatan India.Moquette memberi kesimpulan bahwa menurutnya sebab mengambil batu
nisan dari daerah Gujarat, maka masyarakat MelayuIndonesia secara tidak
langsung juga meniru Islam dari daerah Gujarat tersebut.[2]Teori
Gujarat dipandang mempunyai kelemahan oleh Morisson.
Dikatakannya, jika Islam Indonesia disebarkan oleh orang-orang Gujarat pastilah
Islam telah menjadi agama yang mapan sebelum 698 H / 1297 M sebelum kematian
Malik al-Shalih. Atas dasar tersebut Morisson
menyimpulkan bahwa Islam Indonesia bukan berasal dari Gujarat, tetapi
dibawa para pendakwah Muslim dari pantai Coromandel pada akhir abad ke-13. Thomas W. Arnold juga mengatakan bahwa
Islam dibawa keNusantara antara lain berasal dari Coromandel dan Malabar.
Arnold menyatakan bahwa data sejarah pertama tentang penerimaan Islam di
Indonesia adalah tahun 1111 M.[3]
Mazhab Syafi’i yang mayoritas diikuti oleh mayoritas Muslim di Nusantara
merupakan mazhab yang dominan di wilayah Coromandel dan Malabar.Kemudian, Keyzer juga menganggap bahwa Islam di
Nusantara berasal dari Mesir berdasarkan atas kesamaan mazhab yang dianut oleh
kaum Muslim di kedua wilayah itu, persisnya mazhab Syafi’i.[4]
3.
Saluran Islamisasi
a.
Perdagangan
Saluran
islamisasi melalui perdagangan dapat kita lihat pada aktivitas perdagangan sekitar
abad ke 7 Msampai 16 M. Berdasarkan fakta sejarah sesuai data dan informasi
dariTome’Pires, mengatakan seorang
musafir yangberasal dari Portugis menceritakan tentang penyebaran Islam sekitar
tahun 1512 hingga 1515 Masehi yakni diKalimantan, Sumatera, Jawa, sampai Maluku.
b.
Perkawinan
Pedagang-pedagang
muslimtertarik ingin menikahiperempuan Indonesia. Akan tetapi, mereka
mensyaratkan agar para perempuan tersebut harus memeluk Islam sebagai prasyarat
sebelummelakukan pernikahan. Contohnya adalah pernikahan Raja Brawijaya V
dengan Putri Campa, Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila.
c. Pendidikan
Salah
satu lembaga pendidikan pada masa awal penyebaran Islam adalah pesantren.
Mulanya, pesantren atau dayah atau surau adalah tempat untuk kegiatan keagamaan
lalu berkembang menjadi suatu lembaga tempat kegiatan pendidikan. Menurut catatan
Howard M. Federspiell,menuju
abad ke-12 pusat-pusat pendidikan di Palembang, Aceh, Gowa dan Jawa Timur,
pesantren atau surau banyak menghasilkan tulisan-tulisan penting yang menarik
bagi santri untuk kegiatan belajar. Lembaga pendidikan pesantren yang tumbuh
pada masa awal Islam adalah Pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel
Denta, Surabaya, dan Pesantren Giri yang didirikan oleh Sunan Giri.
d. Tasawuf
Para
pelaku tasawuf atau sufi umumnya adalah pengembara. Merekamengajar dan mendidik
penduduk atau masyarakat lokal mengenai berbagai hal secara sukarela. Supaya
ajaran Islam yang disampaikan mudah masuk ke dalam pikiran penduduk lokal para
tasawuf atau sufi menggunakan bentuk ajaran tasawuf. Tokoh sufi tersebut adalah
Sunan Panggung dari Jawa, Syaikh Lemah Abang, sertaHamzah Fansury dari Aceh.
e. Kesenian dan Budaya
Para tokoh
penyebar Islam seperti Walisongo mengajarkan
Islam menurut bahasa dan adat istiadat masyarakat setempat. Misalnya, Sunan
Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Setiap tampil Sunan Kalijaga tidakpernah meminta
bayaran sama sekali dalam pertunjukan seni wayangnya, tetapi ia mengajak para
penonton untuk mengucapkan kalimat syahadat. Selain wayang, bentuk kesenian
lain yang dijadikan media islamisasi adalah sastra (hikayat, babad, dan
sebagainya), seniarsitektur (seperti terlihat pada bentuk masjid-masjid
peninggalan para ulama atau Wali Songo).[5]
DAFTAR
PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 2002. Islam Nusantara: Jaringan
Global dan Lokal.Bandung: Mizan.
Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban
Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu.
Hidayat,Komaruddin, dkk. 2006. Menjadi
Indonesia 13 Abad Eksistensi Islam di
Bumi Nusantara.Bandung: Mizan.
Huda, Nor. 2007. Islam Nusantara (Sejarah Islam
Intelektual Islam di Indonesia). Sleman: Ar-Ruzz Media.
Khalil,Muhammad. 2016. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah Kelas XII. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.
[1]Hasan Muarif, Ambary. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan
Historis Islam Indonesia. (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1998) hlm. 20.
[2] Azyumardi, Azra. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal
(Bandung: Mizan, 2002) hlm. 25.
[3] Komaruddin, Hidayat, dkk. Menjadi Indonesia 13 Abad Eksistensi Islam
di Bumi Nusantara. (Bandung: Mizan, 2006) hlm. 77.
[4]Nor, Huda.Islam Nusantara (Sejarah Islam Intelektual Islam di Indonesia).
(Sleman: Ar-Ruzz Media, 2007) hlm. 36.
[5]Muhammad, Khalil S.S.,M.Si. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah Kelas XII (Jakarta:Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016) hlm. 29-37.
Komentar
Posting Komentar