PROSES TERJADI ISRA’ MI’RAJ DAN FATKHU MEKKAH
A.
Isra’ Mi’raj
Isra’ jika dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa
Arab yang berarti ‘berjalan di waktu malam’. Dan jika dilihat dari kitab-kitab
Islam yang biasanya digunakan, kata Isra’ berarti suatu perjalanan yang terjadi
pada Nabi Muhammad saw. dari Masjidil-Haram (Mekkah) ke Masjidil-Aqsa
(Palestina) pada waktu malam hari. Hal tersebut dapat dilihat dari surat
al-Isra’ ayat 1.[1]
Sedangkan Mi’raj menurut bahasa yaitu ‘tangga’ dan menurut istilah berarti
naiknya Nabi Muhammad ke alam ketinggian atau langit atas. [2]
Adapun arti kata Mi’raj yang biasanya terdapat pada kitab-kitab Islam yaitu
suatu perjalanan Nabi Muhammad saw. dari bumi ke langit tujuh atau langit yang
tinggi kemudian sampai ke Sidratul Muntaha yang mana Nabi menerima wahyu dari
Allah yang isinya untuk memerintahkan shalat lima waktu.[3]
Isra’ Mi’raj terjadi pada malam ke-27 Rajab yang
merupakan tahun ke-10 masa kenabian. Dan nabi Muhammad saw melakukan Isra’
Mi’raj tersebut dibantu dengan kendaraan yang disebut dengan buroq. Yang mana
buroq tersebut dapat berlari dengan cepat seperti kilat. [4]
Peristiwa Isra’ Mi’rajmenurut kitab-kitab Islamperistiwa
ini dimulai pada perjalanan Nabi dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa
dengan menggunakan kendaraan yang disebut dengan buroq. Yang mana buroq
tersebut digambarkan oleh Nabi bahwa buroq tersebut merupakan hewan tunggangan
yang besarnya diatas himar dan dibawah keledai, yang waktu itu telah merebahkan
tubuhnya untuk ditunggangi Nabi.[5]Pada
waktu itu Nabi telah melakukan shalat, kemudian beliau akan beristirahat. Akan
tetapi diwaktu istirahat beliau mendengar suara yang mana suara tersebut
berasal dari Malaikat Jibril. Dan diwaktu itu Malaikat Jibril berkata,” Pada
Malam ini kamu harus ikut dalam perjalanan dengan saya dengan menngunakan
kendaraan buroq. Dan kita akan melakukan perjalanan mengelilingi bagian dari
beberapa dunia”.[6]
Kemudian Nabi melakukan perjalanan yang ditemani oleh Malaikat Jibril untuk
melihat kebesaran Allah swt diantara bumi dan langit. Setelah melakukan
perjalanan ke Masjidil Aqsa, Malaikat Jibril mengajak Nabi melanjutkan
perjalanan ke Baitul Maqdis. Pertama, Nabi melakukan perjalanan ke langit yang
pertama, dan disana Nabi bertemu dengan Nabi Adam yang menyambut kedatangan dan
mendoakannya. Kemudian Nabi melanjutkan perjalanannya kelangit kedua, dan
disana beliau bertemu dengan dua putra khalah yaitu Nabi Yahya dan Isa ibn
Maryam. Mereka pun menyambut kedatangan dan mendoakannya. Setelah itu ke langit
ketiga, disana Nabi bertemu dengan Nabi Yusuf yang dianugrai wajah yang
rupawan. Beliau menyambut dan mendoakannya. Lalu, menuju ke langit keempat,
beliau bertemu dengan Nabi Idris. Beliau pun juga menyambut dan mendoaakannya.
Kemudian pada langit kelima, beliau bertemu dengan Nabi Harun yang menyambut
dan mendoakaannya. Setelah itu pada langit keenam Nabi bertemu dengan Nabi Musa
yang menyambut dengan baik dan mendoakaannya. Dan pada langit ketujuh Nabi
bertemu dengan Nabi Ibrahim yang duduk diatas kursi yang ada di depan Baitul
Makmur. Beliau juga menyambut dan mendoakan Nabi Muhammad. Dan yang terakhit
Nabi dibawa oleh Malaikat Jibril ke Sidratul Muntaha.[7]Yang
mana digambarkan oleh Nabi bahwa di sana sangat megah, cemerlang, dan agung.[8]
Sampai sinilah perjalanan Nabi berakhir. Dan disini Nabi mendengar suara qalam.
Dan Nabi menceritakan kepada kaumnya bahwa qalam tersebut intinya Allah
memberikan kewajiban kepada umatnya untuk shalat lima puluh. Setelah itu Nabi
kembali dan ketika melewati langit yang ada Nabi Musa, Nabi ditanyai oleh Musa
yang intinya apa yang telah diberikan Allah untuk Nabi dan umatnya. Kemudian
Nabi menjawab bahwa Allah memeirntahkan untuk menunaikan shalat lima puluh.
Tetapi Musa menyuruh Nabi untuk kembali ke atas dan meminta kepada Allah untuk
mengurangi rakaatnya, karena umat Nabi tidak akan sanggup melaksanakannya. Dan
itu dilakukan Nabi terus- menerus hingga akhirnya Nabi sudah merasa malu untuk
kembali dan meminta menguranginya. Dan akhirya diwajibkan atas umat Nabi shalat
lima waktu. Inilah peristiwa Isra’ Mi’raj yang menghasilkan perintah untuk
mewajibkan shalat lima waktu.[9]
B.
Peristiwa Fathu Makkah
Peristiwa pembebasan mekah atau Fathu Makkah terjadi pada
tahun ke-8 H. Pada waktu itu sudah banyak bangsa arab yang masuk Islam baik
dari utara maupun selatan jazirah. Waktu itu masih terdapat perjanjian
Hudaibiyah antara Nabi dan kaum Quraisy yang telah berjalan selama 2 tahun.
Akan tetapi kaum Quraisy melanggar perjanjian tersebt sehingga membuat Nabi
harus bertindak sesuatu. Dan saat itu
juga kaum Quraisy pun merasa bahwa mereka menjadi diasingkan, karena sudah
banyak para pembesarnya yang masuk Islam seperti Khalid ibn al-Walid. Dengan
begitu umat Islam menjadi kuat, dan tidak perlu berperang hingga menumpahkan
darah dalam menaklukkan Makkah. Kesempatan dalam menaklukkan Makkah tersebut terjadi
ketika ada peperangan antara Bani Bakr sekutu Quraisy melawan Bani Khuza’ah
yang memihak dan meminta bantuan kepada muslimin. Dalam peprangan tersebut Nabi
Muhammad mengeluarkan pasukannya kurang lebih 10.000 orang yang sudah patuh dan
tunduk kepada Nabi. Pada saat itu Nabi merasa bahwa beliau tidak perlu
benar-benar melakukan peperangan tersebut melainkan Nabi hanya menakut-nakuti
saja. Pasukan yang diperintah oleh Nabi berkemah didekat kota Makkah. Disana
Nabi di sambut oleh Abbas yang merupakan pamannya yang meragukan keislaman Nabi
dan Abu Sufyan yang sampai saat ini bersikeras dalam melawan Islam mengaku
tiada Tuhan selain Allah. Akan tetapi ketika itu Nabi Muhammad tidak
mengizinkan pemimpin kaum Quraisy untuk kembali ke Makkah sebelum mereka
melihat pasukan Nabi. Setelah melihatnya para pemimpin kaum Quraisy kembali ke
Makkah. Dan disana mereka menceritakan kepada pasukannya bahwa pasukan Islam
sangat banyak. Sehingga mereka merasa tidka kuat untuk melawannya.[10]
Nabi Muhammad saw. memberi perintah kepada pasukannya
untuk memasuki Makkad dengan melalui empat jurusan. Dan juru bicara Nabi
Muhammad mengumumkan kepada semua masyarakatnya bahwa barang siapa yang
memasuki rumah Abu Sufyan maka mereka sudah aman, barang siapa yang memasuki ke
rumahnya sendiri-sendiri dengan menutup pintunya maka mereka sudah aman, dan
barang siapa yang masuk masjid maka mereka juga termasuk sudah aman. Dengan
begitu maka Makkah telah dibebaskan dari kekafiran dan kemusyrikan serta patuh
dan tunduk atas kekuasaan Islam. Setelah itu kaum Muslimin melaksanakan thawaf
mengelilingi ka’bah dan menghancurkan berhala-berhala yang ada disekitar
ka’bah. Dan Nabi pun berkata kepada para bekas musuhnya yang intinya yaitu
tindakan apa yang pantas untuk mereka. Merekapun menjawab bahwa Nabi Muhammad
merupakan saudara mereka yang pemurah dan anak saudara mereka yang pemurah. Kemudian
Nabi Muhammad menjawabnya lagi dengan mempersilakan mereka semua pergi dan
bebaslah mereka. Sejak saai itu pun Mekah jadi terbebas. Inilah peristiwa yang
dinamakan dengan penaklukkan Makkah atau Fathu Makkah yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad. [11]
Daftar Pustaka
Chalil, Moenawar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Jakarta:
Gema Insani.
Harun, Abdus, Salam. 2003. Tahdzib Sirah Nabawiyah. Jakarta: Darul
Haq.
Indonesia, Kementrian Agama. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam.
Jakarta: Kementrian
Agama Republik Indonesia.
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Subhani, Ja’far. 2006. Sejarah Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Penerbit
Lentera.
Sunarto, Achmad. 1992. Tarjamah Nurul Yaqien. Semarang: CV. Asy
Syifa’.
PROSES TERJADI ISRA’ MI’RAJ DAN FATKHU MEKKAH
Oleh: Mella Zita A’yuni (16110074)
C.
Isra’ Mi’raj
Isra’ jika dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa
Arab yang berarti ‘berjalan di waktu malam’. Dan jika dilihat dari kitab-kitab
Islam yang biasanya digunakan, kata Isra’ berarti suatu perjalanan yang terjadi
pada Nabi Muhammad saw. dari Masjidil-Haram (Mekkah) ke Masjidil-Aqsa
(Palestina) pada waktu malam hari. Hal tersebut dapat dilihat dari surat
al-Isra’ ayat 1.[12]
Sedangkan Mi’raj menurut bahasa yaitu ‘tangga’ dan menurut istilah berarti
naiknya Nabi Muhammad ke alam ketinggian atau langit atas. [13]
Adapun arti kata Mi’raj yang biasanya terdapat pada kitab-kitab Islam yaitu
suatu perjalanan Nabi Muhammad saw. dari bumi ke langit tujuh atau langit yang
tinggi kemudian sampai ke Sidratul Muntaha yang mana Nabi menerima wahyu dari
Allah yang isinya untuk memerintahkan shalat lima waktu.[14]
Isra’ Mi’raj terjadi pada malam ke-27 Rajab yang
merupakan tahun ke-10 masa kenabian. Dan nabi Muhammad saw melakukan Isra’
Mi’raj tersebut dibantu dengan kendaraan yang disebut dengan buroq. Yang mana
buroq tersebut dapat berlari dengan cepat seperti kilat. [15]
Peristiwa Isra’ Mi’rajmenurut kitab-kitab Islamperistiwa
ini dimulai pada perjalanan Nabi dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa
dengan menggunakan kendaraan yang disebut dengan buroq. Yang mana buroq
tersebut digambarkan oleh Nabi bahwa buroq tersebut merupakan hewan tunggangan
yang besarnya diatas himar dan dibawah keledai, yang waktu itu telah merebahkan
tubuhnya untuk ditunggangi Nabi.[16]Pada
waktu itu Nabi telah melakukan shalat, kemudian beliau akan beristirahat. Akan
tetapi diwaktu istirahat beliau mendengar suara yang mana suara tersebut
berasal dari Malaikat Jibril. Dan diwaktu itu Malaikat Jibril berkata,” Pada
Malam ini kamu harus ikut dalam perjalanan dengan saya dengan menngunakan
kendaraan buroq. Dan kita akan melakukan perjalanan mengelilingi bagian dari
beberapa dunia”.[17]
Kemudian Nabi melakukan perjalanan yang ditemani oleh Malaikat Jibril untuk melihat
kebesaran Allah swt diantara bumi dan langit. Setelah melakukan perjalanan ke
Masjidil Aqsa, Malaikat Jibril mengajak Nabi melanjutkan perjalanan ke Baitul
Maqdis. Pertama, Nabi melakukan perjalanan ke langit yang pertama, dan disana
Nabi bertemu dengan Nabi Adam yang menyambut kedatangan dan mendoakannya.
Kemudian Nabi melanjutkan perjalanannya kelangit kedua, dan disana beliau
bertemu dengan dua putra khalah yaitu Nabi Yahya dan Isa ibn Maryam. Mereka pun
menyambut kedatangan dan mendoakannya. Setelah itu ke langit ketiga, disana
Nabi bertemu dengan Nabi Yusuf yang dianugrai wajah yang rupawan. Beliau
menyambut dan mendoakannya. Lalu, menuju ke langit keempat, beliau bertemu
dengan Nabi Idris. Beliau pun juga menyambut dan mendoaakannya. Kemudian pada
langit kelima, beliau bertemu dengan Nabi Harun yang menyambut dan
mendoakaannya. Setelah itu pada langit keenam Nabi bertemu dengan Nabi Musa
yang menyambut dengan baik dan mendoakaannya. Dan pada langit ketujuh Nabi
bertemu dengan Nabi Ibrahim yang duduk diatas kursi yang ada di depan Baitul
Makmur. Beliau juga menyambut dan mendoakan Nabi Muhammad. Dan yang terakhit
Nabi dibawa oleh Malaikat Jibril ke Sidratul Muntaha.[18]Yang
mana digambarkan oleh Nabi bahwa di sana sangat megah, cemerlang, dan agung.[19]
Sampai sinilah perjalanan Nabi berakhir. Dan disini Nabi mendengar suara qalam.
Dan Nabi menceritakan kepada kaumnya bahwa qalam tersebut intinya Allah
memberikan kewajiban kepada umatnya untuk shalat lima puluh. Setelah itu Nabi
kembali dan ketika melewati langit yang ada Nabi Musa, Nabi ditanyai oleh Musa
yang intinya apa yang telah diberikan Allah untuk Nabi dan umatnya. Kemudian
Nabi menjawab bahwa Allah memeirntahkan untuk menunaikan shalat lima puluh.
Tetapi Musa menyuruh Nabi untuk kembali ke atas dan meminta kepada Allah untuk
mengurangi rakaatnya, karena umat Nabi tidak akan sanggup melaksanakannya. Dan
itu dilakukan Nabi terus- menerus hingga akhirnya Nabi sudah merasa malu untuk
kembali dan meminta menguranginya. Dan akhirya diwajibkan atas umat Nabi shalat
lima waktu. Inilah peristiwa Isra’ Mi’raj yang menghasilkan perintah untuk
mewajibkan shalat lima waktu.[20]
D.
Peristiwa Fathu Makkah
Peristiwa pembebasan mekah atau Fathu Makkah terjadi pada
tahun ke-8 H. Pada waktu itu sudah banyak bangsa arab yang masuk Islam baik
dari utara maupun selatan jazirah. Waktu itu masih terdapat perjanjian
Hudaibiyah antara Nabi dan kaum Quraisy yang telah berjalan selama 2 tahun.
Akan tetapi kaum Quraisy melanggar perjanjian tersebt sehingga membuat Nabi
harus bertindak sesuatu. Dan saat itu
juga kaum Quraisy pun merasa bahwa mereka menjadi diasingkan, karena sudah
banyak para pembesarnya yang masuk Islam seperti Khalid ibn al-Walid. Dengan
begitu umat Islam menjadi kuat, dan tidak perlu berperang hingga menumpahkan darah
dalam menaklukkan Makkah. Kesempatan dalam menaklukkan Makkah tersebut terjadi
ketika ada peperangan antara Bani Bakr sekutu Quraisy melawan Bani Khuza’ah
yang memihak dan meminta bantuan kepada muslimin. Dalam peprangan tersebut Nabi
Muhammad mengeluarkan pasukannya kurang lebih 10.000 orang yang sudah patuh dan
tunduk kepada Nabi. Pada saat itu Nabi merasa bahwa beliau tidak perlu
benar-benar melakukan peperangan tersebut melainkan Nabi hanya menakut-nakuti
saja. Pasukan yang diperintah oleh Nabi berkemah didekat kota Makkah. Disana
Nabi di sambut oleh Abbas yang merupakan pamannya yang meragukan keislaman Nabi
dan Abu Sufyan yang sampai saat ini bersikeras dalam melawan Islam mengaku
tiada Tuhan selain Allah. Akan tetapi ketika itu Nabi Muhammad tidak
mengizinkan pemimpin kaum Quraisy untuk kembali ke Makkah sebelum mereka
melihat pasukan Nabi. Setelah melihatnya para pemimpin kaum Quraisy kembali ke
Makkah. Dan disana mereka menceritakan kepada pasukannya bahwa pasukan Islam
sangat banyak. Sehingga mereka merasa tidka kuat untuk melawannya.[21]
Nabi Muhammad saw. memberi perintah kepada pasukannya
untuk memasuki Makkad dengan melalui empat jurusan. Dan juru bicara Nabi
Muhammad mengumumkan kepada semua masyarakatnya bahwa barang siapa yang
memasuki rumah Abu Sufyan maka mereka sudah aman, barang siapa yang memasuki ke
rumahnya sendiri-sendiri dengan menutup pintunya maka mereka sudah aman, dan
barang siapa yang masuk masjid maka mereka juga termasuk sudah aman. Dengan
begitu maka Makkah telah dibebaskan dari kekafiran dan kemusyrikan serta patuh
dan tunduk atas kekuasaan Islam. Setelah itu kaum Muslimin melaksanakan thawaf
mengelilingi ka’bah dan menghancurkan berhala-berhala yang ada disekitar
ka’bah. Dan Nabi pun berkata kepada para bekas musuhnya yang intinya yaitu
tindakan apa yang pantas untuk mereka. Merekapun menjawab bahwa Nabi Muhammad
merupakan saudara mereka yang pemurah dan anak saudara mereka yang pemurah.
Kemudian Nabi Muhammad menjawabnya lagi dengan mempersilakan mereka semua pergi
dan bebaslah mereka. Sejak saai itu pun Mekah jadi terbebas. Inilah peristiwa
yang dinamakan dengan penaklukkan Makkah atau Fathu Makkah yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad. [22]
Daftar Pustaka
Chalil, Moenawar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Jakarta:
Gema Insani.
Harun, Abdus, Salam. 2003. Tahdzib Sirah Nabawiyah. Jakarta: Darul
Haq.
Indonesia, Kementrian Agama. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam.
Jakarta: Kementrian
Agama Republik Indonesia.
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Subhani, Ja’far. 2006. Sejarah Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Penerbit
Lentera.
Sunarto, Achmad. 1992. Tarjamah Nurul Yaqien. Semarang: CV. Asy
Syifa’.
[1]Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), hlm. 377.
[2]Achmad Sunarto, Tarjamah Nurul Yaqien, (Semarang: CV Asy Syifa’,
1992), hlm. 94.
[3]Moenawar Chalil, Ibid, hlm. 378.
[4]Kementrian Agama Indonesia, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014), hlm. 26.
[5]Abdus Salam, Tahdzib Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Muassasah Ar-
Risalah, 2003), hlm. 107.
[6]Ja’far Subhani, Sejarah Nabi Muhammad Saw, (Jakarta: Penerbit Lentera,
1984), hlm. 240.
[7]Achmad Sunarto, Tarjamah Nurul Yaqien, (Semarang: CV Asy Syifa’,
1992), hlm. 95.
[8]Ja’far Subhani, Ibid, hlm. 240.
[9]Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, (Jakarta: Gema
Insani, 2004), hlm. 382.
[10]Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997), hlm. 39.
[11]Ali Mufrodi, Ibid, hlm. 39.
[12]Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), hlm. 377.
[13]Achmad Sunarto, Tarjamah Nurul Yaqien, (Semarang: CV Asy Syifa’,
1992), hlm. 94.
[14]Moenawar Chalil, Ibid, hlm. 378.
[15]Kementrian Agama Indonesia, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014), hlm. 26.
[16]Abdus Salam, Tahdzib Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Muassasah Ar-
Risalah, 2003), hlm. 107.
[17]Ja’far Subhani, Sejarah Nabi Muhammad Saw, (Jakarta: Penerbit
Lentera, 1984), hlm. 240.
[18]Achmad Sunarto, Tarjamah Nurul Yaqien, (Semarang: CV Asy Syifa’,
1992), hlm. 95.
[19]Ja’far Subhani, Ibid, hlm. 240.
[20]Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, (Jakarta: Gema
Insani, 2004), hlm. 382.
[21]Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997), hlm. 39.
[22]Ali Mufrodi, Ibid, hlm. 39.
Komentar
Posting Komentar