KERAJAAN ISLAM


KERAJAAN ISLAM



            Membahas tentang kerajaan, kerajaan yang ada di Indoesia yang bercorakan Islam diantaranya sebagai berikut :
1.      Kerajaan Samudra Pasai.
            Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara berdasarkan bukti-bukti arkelologis yang ada. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut aceh, lokasinya kira-kira termasuk wilayah kabupaten Lhokseumawe Aceh Utara sekarang. Kerajaan ini didirikan oleh Maurah Selu dengan gelar Sultan Malik As-Shaleh(1285-1297). Dalam Hikayat raja-raja pasai, Sultan Malik shaleh adalah raja muslim pertama, hal ini diketahui dari batu nisan beliau, yang bertahun 696H/1297 M. Dalam hikayat tersebut menjelaskan tentang bagimana asal usul Sultan Malik As-Saleh yang awalnya bernama maurah selu kemudian di Islamkan oleh Syaikh Ismail, yang kemudian samudra pasai berganti nama menjadi Samudra Dar al-Islam.[1]
            Samudra Pasai selain menjadi pusat perdagangan, kerajaan ini juga menjadi pusat pengembangan islam. Raja yang bernama Mahmud malik Zahir adalah orang yang taat beribadah dan sering melakukan kajian al-Quran bersama dengan para alim ulama. Perdagangan, pembentukan kerajaan dan islamisasi merupakan proses yang saling beriringan. Dimana para pedagang muslim selalu didampingi oleh para guru dan pendakwah. Sekaligus mendapat dukungan dari penguasa, sehingga membuat para pedangan tersebut selain sebagai para pelaku ekonomi, juga sekaligus berperan sebagai seorang guru dan pendakwah.
            Berikut ini raja-raja yang pernah memerintah diantaranya adalah Sultan Malik Adh-Zhahir (1297-1326 M), Sultan Mahmud Malik Azh Zhahir(1326-1345 M), Sultan Manshur Malik Ahz-Zhahir(1345-1346 M), Sultan Ahmad Malik Azh-Zhahir(1383-1405 M), sultan Zainal Abidin Malik Ahz-Zhair(1383-1405M), Sultan Nahrasiyah(1405 M), Sultan Abu Zaid Malik Azh-Zhahir(1455 M), Sultan Mahmud Malik Azh-Zhahir(1455-1477 M), Sultan Zainal Abidin(1477-1500 M), Sultan Abdullah Malik Azh-Zhahir(1500-1513 M), dan Sultan Zainal Abidin(1513-1524 M).[2]
2.      Kerajaan Aceh Darussalam.
           Kerajaan ini lokasinya terletak di daerah kabupaten Aceh besar sekarang. Menurut Anas Machmud, kerajaan ini berdiri sejak abad 15 M di atas reruntuhan kerajaan lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497M). Sedangkan menurut H.J.de Graaf kerajaan ini terdiri dari dua kerajaan kecil yang menyatu yaitu Lamuri dan Aceh Dar Al-Kamal dan raja pertamanya adalah Ali Mughayat Syah pada tahun 1524 M. [3]
           Ali Mughayat Syah meluaskan wilayah kekuasaanya ke daerah pidie, dan kemudian ke daerah pasai pada 1524 M. Kerajaan aceh mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1608-1637M. Pada masanya, wilayah kekuasaan aceh berada diseluruh pelabuhan dipesisir timur dan barat sumatra. Dari aceh, Tanah Goyo yang berbatasan di Islamkan, termasuk minangkabau. Hanya orang-orang batak kafir yang berusaha menangkis datangnya kekuatan islam.[4] Setelah kesultanan digantikan oleh Sultan Iskandar Thani, aceh berada dalam kedamaian dan kesejahteraan, dimana syariat Islam ditegakkan, namun sistem pemerintahan Sultan Iskandar Thani berbeda dengan raja sebelumnya dimana dia lebih liberal, lembut dan adil.[5]
           Setelah datangnya para ulama-ulama tokoh tasawuf, aceh menjadi pusat dan pengembang Islam. Dimana di tangan merekalah lahir berbagai karya tentang Islam dan tasawuf yang sebagian karyanya masih bisa kita temukan sampai sekarang.
3.      Kerajaan Demak
           Kerajaan di jawa berdiri sejalan dengan pertumbuhan kerajaan Islam yang berada di sumatera. Kerajaan ini merupakan babak penting dalam proses islamisasi di Jawa.[6] Kerajaan demak didirikan oleh Raden Fatah pada tahun 1478, beliau salah seorang murid Sunan Kudus yang ulung, sehingga Sunan Kuduslah yang selalu mendampinginya. Maka dibangunlah angkatan perang dimana bukan hanya sebagai penjaga dan pengayom negara, melainkan juga untuk mewujudkan cita-cita agama Islam yang telah dirintis oleh Wali Songo. Kemudian sultan demak digantikan oleh Adipati Yunus setelah Raden Fatah meninggal pada tahun 1518, namun Adipati Yunus hanya berkuasa selama 3 tahun. kemudian digantikan oleh Sultan Trenggana (1521-1564), dibawah pimpinannya lah demak menjadi pusat penyebaran dan pengembangan Islam di jawa. Pada masa Sultan Trenggono ini datanglah Fattahillah, yaitu seorang ulama yang terkemuka di pasai. Kemudian Fatahdillah dinikahkan dengan adiknya. Setelah menjadi iparnya maka Fatahdillah diutus untuk mengislamkan jawa barat dan berhasil menguasai sunda kelapa.[7]
4.      Kerajaan Pajang
            Kerajaan Pajang merupakan kerajaan yang dipandang sebagai pewaris dari kerajaan Demak, letaknya di daerah Kartasura sekarang. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak dipedalaman pulau jawa. Raja pertamanya adalah Jaka Tingkir yang berasal dari pengging pada tahun 1549, dilereng gunung merapi. Kemudian Jaka Tingkir di beri gelar Sultan Adi Wijaya setelah menjadi raja yang berpengaruh di pulau jawa.  Pada tahun 1581, ia diakui sebagai Sultan Agama Islam dari raja-raja terpenting dijawa timur. Pada pemerintahan Adiwijaya inilah secara lambat laun kesastraan dan kesenian yang sudah maju didemak dan jepara menjadi dikenal dipedalaman jawa. Setelah Adiwijaya wafat pada 1587, kemudian kesultanan digantikan oleh menantunya yang bernama Ari Pangiri, sementara anaknya yang bernama Benawa dijadikan penguasa di jipang. Namun karna Benawa tidak senang dengan lingkungannya yang asing, sehingga meminta senopati Mataram untuk melengserkan raja pajang, setelah usaha tersebut berhasil. Kemudian Benawa menjadi raja Pajang namun berada dibawah perlingdungan Mataram. Sejak itu kerajaan pajang menjadi seutuhnya dibawah kerajaan Mataram.[8]
5.      Kerajaan Mataram
            Kerajaan Mataram adalah kerajaan yang wilayahnya dihadiahkan oleh sultan Adiwijaya kepada Ki Gede Pemanahan, ditangan Ki Gede lah mataram mulai menuju kemajuan. Kemudian pada tahun 1575 kerajaan diteruskan oleh anaknya yang bernama Sutawijaya dikarenakan Ki Gede Pemanahan meninggal. Wilayah yang berhasil dikuasai oleh Sutawijaya adalah wilayah Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Kemudian setelah Sutawijaya meninggal pada tahun 1601 kemudian kerajaan diambil alih oleh Martapura. Namun karena Martapura sering sakit-sakitan akhrinya ia memberikan kekuasaanya kepada kakaknya yaitu Raden Mas Rangsang yang diberi gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopatio Ing Ngalaga Ngabdurrahman, ia memerintah dari tahun 1613-1645. pada pemerintahannyalah kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan[9].
6.      Kerajaan Cirebon
            Kerajaan islam pertama di Jawa Barat adalah kerajaan Cirebon. Didirikan oleh Sunan gunung Jati, yang dihormati oleh raja-raja jawa sebagai Walisongo.  Dari daerah sinilah Sunan Gunungjati mengembangkan ajaran Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat. kemudian ia digantikan oleh cicitnya yaitu pangeran ratu setelah ia wafat. Pangeran Ratu meninggal pada 1650, kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Girilaya.  Sepeninggalnya raja, Cirebon diperintah oleh dua putranya yaitu Martawijaya dan Kartawijaya.[10]
7.      Kerajaan Banten
            Setelah banten ditaklukkan pada 1525 M oleh Sunan Gunungjati. Maka kekuasaanya ia berikan kepada anaknya yang bernama Sultan Hasanuddin, kemudian dia menikah dengan putri Demak dan diresmikan menjadi Penembahan Banten pada tahun 1552 M. Kemudian ia meluaskan wilayah islam  ke daerah Lampung dan daerah sekitarnya di Sumatra Selatan, Dan memerdekakan Banten ketika kekuasaan Demak beralih ke Pajang. Inilah yang menjadi sebab dianggapnya sebagai raja Islam pertama di Banten. Setelah ia wafat, kedudukannya digantikan oleh Yusuf putranya. Yusuf berhasil menaklukkan Pakuan sehingga banyak dari bangsawan sunda yang masuk Islam. Setelah yusuf meninggal, posisinya digantikan oleh putranya yang masih muda belia yaitu Maulana Muhammad, dan meningal pada usia 25 tahun karna gugur dari peperangan terhadap raja palembang. Setelah itu digantikan oleh putranya yang masih berusia 5 bulan yaitu Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Dan baru resmi memegang kekuasaan pada tahun 1626. Dialah sultan pertama diberi gelar sultan yang sebenarnya.
8.      Kerajaan Sulawesi
            Kerajaan gowa-telo, biasa juga disebut dengan kerajaan Makassar. Daerahnya terletak di semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi. Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai pusat perdagangan laut, Kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan ternate yang telah menerima Islam dari Gresik atau Giri. Dan mengadakan perjanjian persahabatan di bawah pemerintahan Babullah. Namun ternate gagal dalam mengajak penguasan Gowa-Tello untuk masuk islam. Agama islam mulai masuk ke kerajaan ini ketika Datu’ RI Bandar datang ke kerajaan Tallo. Raja pertama yang menganut ajaran islam adalah Alauddin (1591-1639). Abdul Qadir Khatib adalah mubalig dari Minangkabau yang berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam.  Pada masa Sultan Hasannudinlah kerajaan ini mencapai puncaknya yaitu pada 1653-1669. Daerah kekuasaan Makassar luas, dan menguasai seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur. [11]

DAFTAR PUSTAKA
Syaifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ami, Samsul Munir. 2016.  Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Yatim, Badri. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Wali Pers.
Darmawijaya. 2010. Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Kementrian Agama. 2015. Buku siswa sejarah kebudayaan islam kelas 9. Jakarta: Kementerian Agama.


[1] Dr. H. Saifullah, SA. MA, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010, hlim. 26
[2] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMZAH, 2016,  hlm. 332
[3] Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers,2013, hlm.208-209
[4] Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 210
[5] Kementerian Agama, Buku siswa sejarah kebudayaan islam kelas 9, Jakarta: Kementerian Agama, 2015, hlm. 20
[6] Dr. H. Saifullah, SA. MA, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, hlim. 30
[7] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Pusat al-Kautsar,2010, hlm. 64-66
[8] Dr.Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 212-214
[9] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, hlm. 69-71
[10] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMZAH, 2016,  hlm. 338
[11] Kementrian Agama, Buku siswa sejarah kebudayaan islam kelas 9, Jakarta:Kementerian Agama,2015 hlm. 22

Komentar