ISLAM PERIODE MODERNISASI
Periode modern merupakan zaman kebangkitan Islam. Umat Islam
mengalamikemunduran dalam bidang pendidikan, perkembangan IPTEK, sosial dan
bidang-bidang lain terkait dengan politik dan budaya pada masa pertengahan abad.
Periode ini dikenal dengan zaman pembaharuan. Kata “pembaharuan”identik dengan
modernisasi yang lahir di dunia Barat.[1]
Gerakan Modern Islam atau yang biasa disebut dengan Pembaharuan dalam
Islam menjadi permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam pada masa ini.
Kemunduran Kerajaan Usmani yang merupakan pemangku khilafah Islam, setelah abad
ke 17, yang telah melahirkan kebangkitan Islam dikalangan Arab yang dipinggiran
imperium. Yang diantaranya yaitu gerakan Wahabi, merupakan sebuah gerakan reformis puritanis (Salafiyyah).[2]Gerakan
ini menjadi sarana untuk menyiapkan jembatan kearah pembaruan Islam abad ke-20
yang bersifat intelektual.
Jamaluddin Al-Afghani merupakan tokoh yang sangat terkenal dalam gerakan
pembaharuan ini. Ia mengajarkan solidaritas antar sesama umat Islam dan
pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan kembali kepada Islam dalam
suasana yang secara ilmiah dimodernisasi. Gerakan yang lahir di Timur Tengah
telah memberi pengaruh besar dalam gerakan kebangkitan Islam, salah satunya di
Indonesia.[3]
Tokoh-tokoh utama lain dalam pembaharu islam terdiri dari Jalaluddin
Al-Afghani (1839-1897), Muhammad Abduh (1849-), dan Rasyid Ridla (1865-).
Pembaharu ini muncul disaat umat Islam sadar bahwa mereka jauh tertingga; dari
bangsa Eropa (dalam hal ini diidentikkan dengan umat nasrani) dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pemikiran ini muncul saat masa senja imperium Ottoman di Turki. Turki
terkenal dengan pintu masuk menuju Eropa. Maka dari itu mereka pasti tahu
perkembangan yang sedang berlangsung di Eropa. Oleh karena itu, latar belakang
dari (kesadaran) pembaharuan karena kontak langsung yang terjadi antara
masyarakat muslim (Ottoman) dengan masyarakat Nasrani (Eropa). Sehingga dapat
digaris bawahi bahwa umat islam harus memperbaiki dan kalangan umat Islam yang
progresif menganggap bahwa Islam berada pada masa kegelapannya.
Tujuan dalam pembaharuan Islam yaitu untuk membawa umat Islam kepada
kemajuan. Karena pada periode pertengahan ini umat Islam tertinggal jauh di
belakang peradaban Barat. Salah satunya adalah ekspedisi Napoleon Bonaparte di
Mesir yang berakhir tahu 1801 M dan membuka mata dunia Islam. Kaum muslimin di
Turki dan Mesir mengetahui akan kemunduran dan kelemahan umat Islam, baik dalam
kemajuan dan kekuatan Barat.
Mesir merupakan salah satu tempat lahirnya manusia, sebelum orang
mengenal sejarah tertulis. Peradaban ini berkembang sekitar 5000 hingga 3100
SM. Meskipun hanya dalam waktu tiga tahun dari tahun 1798-1801 M, Napoleon
menguasi Mesir dan pengaruh yang ditinggalkan sangat besar dalam kehidupan
bangsa Mesir. Seperti dua
set alat percetakan ( alat cetak Bahasa Arab dan Bahasa Latin ). Disamping itu
pula 600 orang sipil yang diantaranya terdapat 167 pakar ilmuan-ilmuan yang
ahli dalam berbagai disiplin ilmu.
Sebuah lembaga pendidikan yaitu Institut de Egypte yang di dalamnya
terdapat empat bidang pengetahuan yaitu; ilmu pasti, ilmu alam, ekonomi, politik dan seni sastra. Institut de
Egypte juga boleh dikunjungi oleh mayarakat Mesir yang ingin menimba ilmu. Dari
Institut inilah terjadi persentuhan budaya atau peradaban dan agama.
Masyarakat Mesir yang menganut agama
Islam pertama kalinya dapat berkontak langsung dengan orang Eropa. Institut de
Egypte juga memiliki peralatan modern yang canggih seperti mikroskop, teleskop
atau alat percobaan lainnya serta ketekunan dan kesungguhan kerja orang
Perancis, merupakan hal yang asing dan menakjubkan bagi masyarakat Mesir pada
masa itu.
Sedangkan pada zaman modern ini,
keadaan menjadi berlawanan. Justru umat Islam yang ingin belajar dari Barat karena
kemajuan bangsa Barat dalam ilmu pengetahuan, IPTEKdan peradabannya. Potret
”keluguan”sekaligus ketertinggalan umat muslim sebagai dimaksud jelas
menyerukan bangkitnya kesadaran bahwa keadaan umat Islam sudah demikian
tertinggal jauh di belakang peradaban Barat. Hubungan Islam dengan Barat sangat
berlainan antara hubungan Islam dengan
Barat ketika periode klasik.[4]
Dengan demikian, muncullah apa yang
disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Para
pemuka Islam kembali mengeluarkan pemikirannya bagaimana caranya membuat umat
Islam kembali maju sebagaimana pada periode klasik. Artinya mereka berusaha
menggerakkan umat Islam untuk memperbaharui kehidupan serta mendorong mereka
untuk mengusir dominasi kekuatan asing di negeri-negeri Islam.
Selanjutnya, aspek pendukung bagi
perkembangan peradaban Islam modern dan kontemporer di kawasan Timur Tengah dan
Kawasan Timur, diantaranya adalah aspek budaya, aspek sosial, aspek ekonomi,
dan aspek politik. Diantara negara-negara yang mengalami perkembangan peradaban
dalam kategori modern dan kontemporer adalah Turki, India, Iran dan kawasan
sekitarnya.
· Baghdad
Kota Baghdad
didirikan oleh khalifah Abbasiyyah II, al-Manshur (754-755 M), pada tahun 762
M. Selanjutnya, aspek pendukung bagi perkembangan peradaban Islam modern dan
kontemporer di kawasan Timur Tengah dan Kawasan Timur, diantaranya adalah aspek
budaya, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek politik. Diantara negara-negara
yang mengalami perkembangan peradaban dalam kategori modern dan kontemporer
adalah Turki, India, Iran dan kawasan sekitarnya.
· Kairo (Mesir)
Kota Kairo dibangun pada tanggal 17
Sya’ban 358 H/ 969 M oleh panglima perang dinasti Fathimiyah, Jawhar al-Siqili,
atas perintah khalifah Fathimiyah,al-Mu’izz li Dienillah (953-975 M), sebagai
ibu kota kerajaan dinasti tersebut. Wilayah kekuasaan dinasti Fathimiyah
meliputi Afrika Utara, Sicilia, dan Syiria. Berdirinya kota Kairo sebagai ibu
kota kerajaan dinasti ini membuat Baghdad mendapat saingan. Setelah pembangunan
kota Kairo selesai lengkap dengan istanamya, al-Siqili mendirikan masjid
al-Azhar pada 17 Ramadhan 359 H (970 M). Masjid ini berkembang menjadi sebuah
universitas besar sampai sekarang masih berdiri megah.
· Ishfahan (Persia)
Ishfahan adalah kota terkenal di Persia, pernah
menjadi ibu kota kerajaan Safawiyah. Persia memiliki ciri-ciri kebudayaan
seperti arsitektur dan kesenian yang sangat khas sehingga mampu digunakan
sebagai alat dalam penyebaran serta pengembangan agama Islam pada periode Islam
modern dan kontemporer. Pengelompokkan keagamaan di Persia banyak mendapat
perhatian dari pihak Arab karena sistematika pengelompokkannya sangat baik dan
praktis dengan menggunakan dua corak kehidupan, Syiah dan Sunni.
· Turki
Pada tahun 2000 muncul cendikiawan muslim yang bernama
Harun Yahya yang mampu melakukan perlawanan terhadap
sekularisme melalui beberapa pemikiran dan dalam bidang yang lain. Ini
merupakan fenomena baru bagi penduduk Turki dalam abad modern dan kontemporer.[5]
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun. 1975. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Munir, Samsul
Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
Amzah.
Yatim,Badri.1993.
Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sani,Abdul.1998.
Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan
Modern Dalam Islam. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Khalil,
Muhammad.2016. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta:Kementrian
Agama.
[1]Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Amzah, 2009), hlm. 45
[2]Harun
Nasution, Pembaharuan dalam Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 23
[3]Dr.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm.
257
[4]Abdul
Sani, Lintas Sejarah Pemikiran
Perkembangan Modern Dalam Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),
hlm. 27
[5]Muhammad
Khalil, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta:Kementrian
Agama, 2016), hlm 188-193
Komentar
Posting Komentar