DINASTI UMAMMAY(Sejarah Berdirinya, Peristiwa yang Melatarbelakangi, Tokoh yang Berperan, Pusat Pemerintahan , Penamanan Dinasti)
DINASTI UMAMMAY
(Sejarah Berdirinya, Peristiwa yang Melatarbelakangi,
Tokoh yang
Berperan, Pusat Pemerintahan , Penamanan Dinasti)
Penamaan dan Sejarah berdirinya Dinasti
Umayyah
Masa Dinasti Ummayah tercatat sebagai era paling cepat dalam perkembangan islam
setelah zaman Khulafa’ Al-Rasyhidin. Pada era ini merupakan masa
keemasan bagi perkembangan agama islam yang mana
berhasil mempersatukan sebagian
wilayah Cina hingga prancis yang berada di bawah naungan kekhilafaan islam yang di dukung juga dengan kemajuan ilmu dan teknologi dalam skala besar
hampir di segala bidang. Selain itu disebut masa keemasan
disebabkan karena pada masa ini hidup tiga generasi terbaik yakni para sahabat,
tabi’in dan tabi’i tabiin sebagaimana yang disabdakan nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wasalam.
خَيْرُ
النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik
manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi
berikutnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).[1]
Sejarah
Dinasti Umayyah berawal dengan
pembai’atan terhadap Muawiyah bin Abu Sufyan Radiyallahu Anhu pada tahun 41 H
dan berakhir dengan runtuhnya dinasti ini pada tahun 132 H, yaitu setelah
sebelumnya melalui berbagai periode gemilang dan kelemahan dalam bernegara.[2]
Sebelum Daulah Umayyah berdiri banyak terjadi
pertikaian di dalam kaum muslimin, puncaknya yakni dengan terbunuhnya Ali
Radiyallahu Anhu. Sementara itu, Pada tahun
terbunuhnya Ali Radiyallahu Anhu masyarakat Iraq membaiat Hasan bin Ali sebagai
khalifah pengganti Ali Radiyallahu Anhu. Namun hal inilah yang menjadi konflik pada kubu kaum muslimin sendiri dengan
berbagai tunduhan dan fitnah saat itu. fitnah yang tersebar ialah bahwa Muawiyah bin Abu Sufyan menyiapkan
pasukan untuk memeranginya. Namun dalam hal ini Muawiyah bin Abu Sufyan
berhati-hati dengan melakukan antisipasi terjadinya hal-hal yang tidak di
inginkan dalam kaum muslimin sehingga tidak terjadi penumpahan darah di antara
kaum muslimin sendiri seperti yang terjadi pada perang siffin. Untuk
mengantisipasi itu Muawiyah bin Abu Sufyan mengirimkan dua orang utusan terbaik yakni ‘Abdurrahman bin Samurah dan Abdullah bin ‘Amir bin
Kuraiz untuk mengadakan perdamaian.[3] Atas kehendak Allah Subhanahu
Wata’alla Hasan bin Ali menyetujui perdamaian tersebut dan turun dari kekhalifahannya
dan menyerahkan kepada Muawiyyah bin Abu Sufyan dengan harapan menghapus fitnah
yang terjadi didalam kaum muslimin serta mempersatukan kembali kaum muslimin.
Disamping itu, Muncul pertanyaan apakah Hasan
bin Ali menyerahkan kekhalifahanya kepada Muawiyyah ialah dengan terpaksa ?
Disini kita katakan bahwa Hasan bin Ali menyerahkan kekhalifaan kepada Muawiyyah
bukan dengan terpaksa melainkan untuk terwujudnya kembali perdamaian di dalam
umat islam dan menghindari berbagai pertikaian di dalamnya. Sebagaimna yang
demikian ini di riwayatkan dalam al-Hakim yang disahkan dan disetujui oleh
adz-Dzahabi dengan sanadnya sampai kepada Al-Hasan Radiyaallahu
Anhu bahwa beliau berkata " Sungguh
kekuatan arab ada pada tanganku, mereka siap memerangi orang yang aku ingin
perangi, mereka akan memberikan jaminan. Namun, aku meninggalkannya dalam rangka
mengharapkan wajah Allah subhanahu wata allla dan mencegah tertumpahnya darah
umat Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam."[4] Selanjutnya Muawiyah Radiyaallahu Anhu
dibaiat menjadi khalifah yang wilayah kekuasaannya ialah mencakup Syam, Iraq
dan seluruh negeri-negeri islam yang terjadi pada tahun 41 H. Tahun ini juga
merupakan tahun kegembiraan umat muslim karena dengan bersatunya kekuatan kaum
muslimin dibawah satu kendali pemerintahan sehingga hati kaum muslimin menjadi
satu.
Tokoh
yang berperan dalam Dinasti Umayyah
Para tokoh yang berperan dalam Dinasti Umayyah
salah satunya ialah Muawiyyah bin Abu Sufyan merupakan khalifah pertama pada bani Umayyah.
Muawiyyah bin abu sufyan memiliki nama lengkap Muawiyyah bin Abi Sufyan (Shakhr
bin Harb) Bin Umayyah bin’abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushai, Abu Abdirrahman
Al-Quraisy Al-Umawi. Ayah ialah Abu Sufyan dan ibunya Hindun bin Utbah.beliau
merupakan penulis wahyu dan meriwayatkan banyak hadis. Pada masa
pemerintahannya ia melakukan perluasan willayah kekuasan islam yang sebelumya
dilakukan oleh para Khulafa Ar-Rasyhidin. Adapun kesuksesan yang ia lakukan
dalam memperbaiki dan menata negara ialah dengan mengatur tukang pos.yang pada
akhirnya surat-surat pos yang masuk dapat sampai dengan cepat dan teratur.
Selain Muawiyyah bin Abu Sufyan para
tokoh yang berperan dalam dinasti Umayyah ialah khalifah-khalifah setelahnya
yang juga sangat berperan penting dalam memajukan dinasti Ummayah. Diantaranya.
Yazid bin Muawiyyah, Muawiyyah bin Yazid, Marwan bin Hakam, Abdul Malik bin
Marwan, Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz,
Yazid bin Abdul Malik, Hisyam bin Abdul Malik, Walid bin Yazid bin Abdul Malik,
Yazid bin Walid bin Abdul Malik, Ibrahin bin Walid bin Abdul Malik, Marwan bin
Muhammad. Dinasti ini berkuasa kurang lebih selama 90 tahun dari tahun 41-132 H
atau 661-750 M.[5]
Pemerintahan Dinasti Umayyah
Secara umum pemerintahan Dinasti Ummayah dibagi dalam beberapa
provinsi sesuai dengan sesuai dengan pembagiannya pada masa Bizantiun dan Persia.
Provinsi-provinsi itu adalah : (1) Suriah-Palestina; (2) Kufah, termasuk Irak;
(3) Basrah, yang meliputi Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Nejd dan
Yamamah; (4) Armenia; (5) Hijaz; (6) Karman dan wilayah di perbatasan India;
(7) Mesir; (8) Afrika Kecil; (9) Yaman dan kawasan Arab Selatan.[6]
Pada masa pemerintahan Muawiyyah ia menggabungkan beberapa provinsi-provinsi
tersebut seperti ia menggabungkan Basrah dan Kufah di bawah satu kekuasaan
yaitu Irak, yang meliputi Persia dan Arab bagian timur, dengan ibukotanya ialah
Kufah. Sehingga secara bertahap povinsi-provinsi yang ada itu digabung sehingga
tersisa lima provinsi yang masing-masing di pimpin oleh wakil Khalifah.
Pemerintah pada masa Dinasti Umayyah ini memiliki tiga tugas utama diantara
meliputi pengaturan administrasi publik, pengumpulan pajak, dan pengaturan
urusan-urusan keagamaan. Ketiga tugas tersebut dikendalikan oleh tiga orang
pejabat negara. Sementara itu, sumber pokok pemasukan negara sama seperi masa
Khulafa al-Rasyidun, ialah pajak. Disetiap provinsi, pajak diambil itu akan
dimanfaatkan untuk semua biaya admistrasi, belanja tahunan negara, gaji
pasukan, dan berbagai bentuk layanan yang diberikan kepada masyarakat dan
sisanya dimasukan kedalam kas negara.
Daftar Pustaka
Abdul
Aziz bin Ibrahim Al Umari.
Penaklukan Dalam Islam,
Terjemahan Oleh Abdul Basith Basamhah. 2013. Jakarta:
Darus Sunnah Press.
Jami’atul
Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah.
Tarikh Daulah Umawiyyah, Terjemahan Oleh Fathul Mujib. 2010. Sleman: Hikmah
Ahlus Sunnah.
Kementrian
Agama 2014. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam Masrasah Tsanawiyah VII. Jakarta: Kementrian
Agama Republik Indonesia.
Hadi, Nurfitri.
Ringkasan Sejarah Daulah
Umayyah: Bagian 1, Diakses dari
http://kisahmuslim.com/4727-ringkasan-sejarah-daulah-umayyah-bagian-1.html,
Pada tanggal 18 Februari 2018 Pukul 08:51
Philip K. Hitti. History of The Arabs. Terjemahan
Oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. 2010. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.
[3] Jami’atul Imam
Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah, Tarikh
Daulah Umawiyyah, Terjemahan Oleh Fathul Mujib, (Sleman: Hikmah Ahlus Sunnah, 2010),
hal. 12
[5] Kementrian
Agama 2014, Sejarah Kebudayaan Islam Masrasah Tsanawiyah VII,
(Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014), hal. 142
[6] Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R.
Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2010), hal. 280
Komentar
Posting Komentar