Makalah Firqah Firqah Dalam Islam (Teosofi)


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmad, hidayah, dan inayah-Nya Kepada kami, sehingga kami dapat mnyelesaikan makalah tentang firqoh-firqoh dalam islam.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih atas kepada semua anggota yang telah membantu dalam membuat makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dalam segi susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber inspirasi terhadap pembaca.



                                                                                          Tim penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
Pada  garis besarnya, teologi islam membahas sejarah, ajaran, dan perkembangan firqah-firqah, atau sekte-sekte dalam ilmu kalam. Diantaranya ialah firqah Jabariyah dan Qadariyah. Mengenai firqah-firqah tersebut,akan dibahas latar belakang timbulnya pokok-pokok ajaran secara perkembangannya. Masing-masing firqah tersebut, ternyata masih bercabang-cabang lagi dalam jumlah yang cukup banyak.  
Perlu dijelaskan bahwa akhir-akhir ini di bumi Nusantara, telah kebanjiran paham-paham keagamaan yang dirasakan merisaukan dan mengganggu kemapanan. Paham transnasionalisme ini diusung dari kawasan timur tengah oleh kelompok fundamentalisme. Yang merupakan “sayap kanan”. Dan kelompok liberalisme yang merupakan sayap kiri. Keduanya telah melahirkan “militansi”, hanya mereka berbeda dalam gaya gerakannya.
Seperti halnya yang terjadi di negara-negara islam kawasan timur tengah, maka di indonesia pada era kebangkitan kembali perhatian terfhadap agama, yang mana telah melahirkan paham-paham dan kelompok keagamaan yang ekstrim. Kelompok ini secara perlahan-lahan tetapi pasti dapat merebut simpati khaayak di tengah kebingungan umat menghadapi perubahan sosial, politik, ekonomi, budaya, dll.
A.       Latar Belakang
Di tengah hiruk pikuk muncunya gerakan keagamaan di tanah air ini, banyak firqah-firqah dalam islam yang berhasil meraih simpati umat yang sedang kebingungan, dan rindu kepada nilai-nilai spiritual yang islami, menurut yusuf qardhawi, dari sudut pandang yang mirip deengan diatas, konflik bernuansa agam bisa terjadi akibat ekstrimisme agama yang menggiringnmereka untuk m,emaksa orang lain baik dalam bentk terosrisme, intelektual, dan tuduhan penganut bid’ah (mengada-ada), kafir, fasiq (menyimpang), murtad, dsb.
      B .  Rumusan  Masalah
1.  Apa yang dimaksud dengan aliran Jabariyah dan Qadariyah
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya firqah-firqah dalam islam?
3.  Bagaimana cara menyikapi akan munculnya firqah-firqah dalam islam?

C.    Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi aliran Jabariyah dan Qadariyah
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya firqah-firqah dalam islam
3.  Untuk mengetahui cara menyikapi munculnya firqah-firqah dalam islam
                                                  
BAB II
PEMBAHASAN
1.      JABARIYAH

Paham jabariyah lahir di Khurasan, iran, pada paruh pertama abad kedua H/ke 8 M, yang dipelopori oleh ja’ad bin dirham (w.124 H/742 M), seorangv yang disebut-sebut sebagai orang pertama yang menyatakan kemakhlukan al-quran dan mengingkari adanya sifat-sifat tuhan. Karen apandangannya dianggap menyimpang, Ja’ad dituduh sebagai mulhid (menyimpangdari ajaran agama yang benar) dan bahkan zindiq (menyembunyikan kekafiran). Ja’ad mati terbunuh pada akhir masa pemerintahan bani Umayyah. Dan yang disebut-sebut sebagai pembunuhnya adalah Salim bin Ahwaz Al-Mazini.
Pandangan Ja’ad dikembangkan oleh murid-murid terdekatnya, terutama Jahm bin Abi Safwan (w. 131 H/ 749 M). Jahm memiliki andil besar dalam pembentukan dan pengembangan paham Jabariyah ini. Oleh sebab itu, tidak heran jika aliran kalam ini lazim pula disebut alirah Jahmiyah.[1]
Secara etimologi, Al-jabariyah berasal dari kata jabr atau ijbar yang diambil dari kata jabara yang berarti memaksa. Adapun menurut istilah dalam teologi Islam, Jabariyah adalah nama yang diberikan kepada sekte dalam Islam yang berpandangan bahwa manusia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu.
Menurut Jabariyah, perbuatan manusia bukanlah perbuatan manusia sendiri, melainkan ciptaan Tuhan yang dilaksanakan melalui organ fisik manusia. Dalam paham ini, manusia diciptakan dalam keadaan terbelenggu (majbur)[2], tidak mempunyai kebebasan untuk berikhtiar, dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apapun. Dalam pandangan aliran jabariyah, manusia tidak ubahnya seperti kapas yang melayang-layang di udara, terbang kemanapun ia diterpa angin, tidak memiliki kemauan, dan kekuatan untuk mempertahankan diri.
Bibit-bibit faham Jabariyah ini sebenarnya ada dalam praktek kehidupan masyarakat arab sebelum Islam. Menurut Harun Nasution, bangsa arab hidup sederhana dan masih jauh dari ilmu pengetahuan. Mereka terpaksa menyesuaikan hidup dengan nuansa padang pasir yang tandus dan gersang. Dalam kondisi demikian mereka tdak melihat adanya jalan untuk merubah keadaan. Mereka merasa dirinya lemah. Dalam prespektif sejarah teologi, Jabariyah merupakan kelompok sempalan dari Murjiah.[3]
Menurut para ahli sejarah teologi, Ja’ad bin Dirham adalah orang pertama yang memunculkan ajaran pokok Jabariyah. Dialah yang mula-mula menyatakan kemakhlukan Al-Qur’an dan mengingkari sifat-sifat Allah.[4]
Adapun dalam pembagiannya, Jabariyah terpecah menjadi 2 golongan, yaitu:
1.      Jabariyah Ekstrem
Terdapat dua tokoh yang melatar belakangi munculnya golongan ini, yaitu:
a.       Al- Jahamiyyah
Didirikan oleh Jahm bin shafwan dan ja’ad bin dirham.
Ajaran sekte jahmiyah yang terpenting ialah al barii ta’alaa (Allah SWT tuhan maha pencipta lagi maha tinggi). Allah SWT tidak boleh disifatkan dengan sifat yang dimiliki makhluknya, seperti sifat “Hidup” (hayy) dan “mengetahui” (aliim), karena penyifatan seperti itu mengandung pengertian penyerupaan tuhan dengan makhluknya, padahal penyerupaan sepert itu tidak mungkin terjadi. Tuhan harus disifatkan dengan sifat yang tidak dimiliki oleh makhluknya, seperti sifat Maha kuasa, pembuat, dan pencipta. Sifat-sifat demikian, menurut aliran ini tidak dimiliki oleh satupun makhluk tuhan. Mirip dengan murji’ah ekstrem, Jahmiyah juga berpendirian bahawa orang yang mengenal tuhan dengan baik, (ma’rifah) tidak dapat disebut kafir. Walaupun kemudian ia menyimpang dari ajaran agamanya (mulhid). Karena pengetahuan dan pengenalan terhadap tuhan (al-ilm wa al-ma’rifah)[5]tidak hilang begitu saja, karen a pengingkarannya terhadap sifat-sifat tuhan. Doktrin-doktrin dari pemikiran dua tokoh diatas  diantaranya:
1.      Jahm bin shafwan:
             Jahm ibn safwan digelar  oleh Abu Makhroj. Ia adalah seorang pemimpin bani Rasib dari Azd. Ia pandai berbicara dan seorang orator, karena kepandaiannya berbicara serta kefasihannya, al-Harist ibn Saarij al Tamimi pada waktu berada di khurasan mengangkatnya sebagai juru tulis dan seorang muballigh. Disamping sebagai muballigh ia juga sebagai seorang ahli debat. Akhir hayatnya ia dibunuh oleh Muslim ibn ahwaz  al Mazimi pada akhir masa bani marwan (127 H/744 M)[6]. Adapun paham-pahamnya dalam teologi islam adalah:
·         Surga dan neraka adalah baru, ia akan rusak, karena tidak ada satupun yang kekal selain Allah, adanya ungkapan al-khulud[7]di dalam al-quran, hanya menggambarkan lamanya, bukan kekalnya.
·         Iman adalah Ma’rifat, sedangkan  kufur adalah al-Jahlu. Oleh sebab itu, orang orang yahudi yang mengetahui sifat-sifat nabi juga mukmin.
·         Tuhan tidak dapat disifati dengan sifat-sifat yang dimiliki makhluknya, karena dengan mensifatinya akan menimbulkan persamaan (tasbih).
·         Kalam Allah itu baru, bukan qadim dan tidak kekal.
2.      Ja’ad bin dirham:
        Ja’ad adalah putera dari Dirham, seorang tuan dari bani al-Hakam. Sebagai pelopor jabariyah, Ja’ad bin dirham dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang selalu membicarakan tentang teologi, ia bertempat tinggal di Damaskus, yang pada mulanya sebagai basis agam kristen, dan latar belakang inilah salah satu faktor penyebab timbulnya paham jabariyah di kalangan kaum muslimin. Adapun paham-pahamnya dalam teologi islam yaitu:
·         Al quran itu adalah makhluk, artinya bahwa al-quran itu diciptakan Allah, dan jika ia diciptakan, berarti baru, dan jika ia baru, berarti ia bukan merupakan kalam Allah.
·         Allah tidak mempunyai sifat serupa dengan makhluk dan menyatakan adanya takdir.
·         Manusia terpaksa oleh Allah dalam hal segala-galanya atau majbur. Manusia tidak bebas berbuat, perbuatannya hanya kiasan belaka.[8]

2.      Jabariyah Moderat:
Jabariyah moderat terhbagi menjadi 2 sekte, yaitu:
a.       An-Najjariyah
Tokoh dalam sekte ini yaitu al-Husain ibn muhammad al-Najjar, dengan ajarannya yaitu:
·         Tuhan mennciptakan segala perbuatan manusia, namun manusia juga memiliki peran dalam mewujudkan perbuatan yang dilakukanya.
·         Kalamullah bersifat baru.
·         Orang yang  berakal, sebelum turunnya wahyu dengan Nazhar dan Istidhal.
·         Manusia tidak dapat melihat tuhan di akhirat.

b.      Ad-Dirariyyah
Tokoh dalam sekte ini yaitu Dirar ibn Amr, dengan ajarannya yaitu:
·         Manusia turut andil dalam menciptakan segala perbuatannya, tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dan inilah yang diamksud dengan kasb.[9]
·         Manusia dapat melihat Allah di akhirat dengan indera keenam.
·         Tidak adanya sifat-sifat tuhan.
·         Perbuatan manusia diciptakan tuhan. Manusia adalah muqtashid.
*      Adapun dalil dalil yang membawa kepada paham Jabariyah, antara lain:
·  [10]مَاكَانُو لِيُؤمِنُوآ اِلآّ اَنْ يَشَاءَ اللهُ
“Mereka sebenarnya tidak akan percaya, sekiranya Allah tidak menghendaki.”
·  [11],وَاللهُ خَلَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
“Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.”
·  [12]وَمَا اَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِى الَارْضِ وَلاَفِى اَنْفُسِكُمْ اِلاَ فِى كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ اَنْ نَبْرَأَهَا
“tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah (ditentukan) di dalam buku sebelem kami wujudkan.”
·    [13]وَمَأ رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللهَ رَمَى
“bukanlah engkau yang melontar ketika engkau melontar (musuh), tetapi Allah lah yang Melontar (mereka).
·  [14]وَمَا تَشآءُونَ اِلاَّ اَنْ يَشَآءَ اللهُ
tidaklah kamu menghendaki, kecuali Allah yang menghendaki”
            2. QADARIAH
Qadariah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al-juhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy. Ma’bad adalah seorang taba’i yang dapat dipercaya dan sholeh yang pernah berguru kepada Hasan Al-Bisri. Akan tetapi, penguasa pada waktu itu menganggapnya terlibat dalam kegiatan politik praktis yang memusuhi penguasa (dinasti umayyah) dan menyokong para penentang pemerintahan. Akibatnya, ia dihukum mati oleh al-Hajjaj (95 H-714 M), gubernur Sijistan. Diantara pendapatnya yang sampai kepada kita, tidak ada yang patut disebutkan, kecuali karena ia membicarakan tentang  kekuasaan dan kemampuan. Seakan akan ia mengingkari pemikiran qadha yang dipergunakan oleh para penguasa sebagai alasan agar segala kekuasaan mereka dapat diterima, sebab atas nama ide qadha itulah orang orang yang telah ditakdirkan (al-mahkumun) melakukan maksiat dan dosa. Ia menolak adanya penetapan hukum taklif, bahkan mengingkari takdir yang dapat menegasikan kebebasan.[15]
Tokoh lain yang juga mengembangkan aliran qadariyah yaitu Ghailan ad-Dimasyqi, (sekitar abad ke 8 M), anak salah seorang hamba ustman bin affan yang bernama Marwan. Ghailan dikenal sebagai tabi’in yang alim, zuhud, dan gemar berdakwah agar orang mengesakan Allah SWT dan merenungkan keadilannya. Tetapi Ghailan juga dihukum mati oleh penguasa, yakni khalifah Hisyam bin abdul malik setelah tangan dan kakinya lebih dahulu dipotong.[16]
 Menurut pengertian terminologi, Qadariah adalah aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak dintervensi tangan Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya; ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa Qadariah digunakan untuk nama aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
Seharusnya sebutan Qadariyah diberkan pada aliran yang berpendapat bahwa qadar menentukan segala tingkah laku manusia, baik yang bagus maupun jahat. Namun, sebutan tersebut telah melekat kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak. Menurut ahmad amin, sebutan ini diberikan kepada para pengikut paham Qadariyah oleh lawan mereka, dengan merujuk pada hadist yang menimbulkan kesan negatif  bagi nama qadariyah. Hadist itu berbunyi:
اَلْقَدَرِيَّةُ مَجُوسٌ هَذِهِ الاُمَّةِ
Artinya:
            “Kaum Qadariyah adalah majusinya umat ini.”[17]

Doktrin-doktrin Pokok Qadariah

Dalam kitab Al-Minal wa An-Nihal, masalah Qadariah disatukan pembahasannya dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah
sehingga perbedaan antara kedua aliran ini kurang jelas. Orang sering menamakan Qadariah dengan Mu’tazilah karena mereka sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan tuhan.
Salah seorang pemuka Qadariah An-Nazzam, mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya. Selagi hidup manusia mempunyai daya, ia berkuasa atas segala perbuatannya. Pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia dalam hal ini mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun bebuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan-kebaikan yang dilakukannya dan berhak memperoleh hukuman atas kejahatan-kejahatan yang diperbuatnya. Dalam kaitan ini, apabila seseorang diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak diakhirat berdasarkan pilihan pribadinya, bukan oleh takdir Tuhan. Sungguh tidak pantas manusia menerima siksaan atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya.[18]
Paham takdir dalam pandangan Qadariah bukan dalam pengertian takdir yang umum dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatan-perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan semenjak ajal terhadap dirinya. Dalam paham Qadariah, takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya berlaku untuk alam semesta beserta seluruh isinya semenjak ajal, yaitu hukum yang dalam istilah Al-Quran adalah sunatullah.[19]
*      Adapun beberapa dalil yang membawa pada paham qadariyah diantaranya:
l     [20]قُلِ الحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فمَنْ شَاءَ فَلْيُؤمِنْ ؤَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
 “katakanlah, kebenaran datang dari Tuhanmu, siapa yang mau, percayalah ia, siapa yang mau janganlah ia percaya.”
l        [21]اِعْمِلُوا مَا شِئتُم اِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
buatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya ia melihat apa yang kamu perbuat.”
l     [22]اَوَلَمَّا اَصَأبَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ اَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ اَنَّى هَذا قُلْ هُوَ مِن عِندِ اَنفُسِكُمْ

“bagaimana apabila bencana menimpa diri kamu sedang kamu lelah menimpakan bencana yang berlipat ganda (pada kaum musyrik di Badar) kamu bertanya : “darimana datangnya ini?” jawablah : “dari kamu sendiri.”


l     [23]اِنَّ الله لاَ يُغَيِّرُ مَأ بِقَومٍ حَتَّى يُغَيِّرُ مَا بِاَنْفُسِهِمْ
“Tuhan tidak, mengubah apa yang ada pada suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.





















                                                                 

BAB III
 KESIMPULAN

            Pada dasarnya, qadariyah dan jabariyah merupakan dua aliran yang saling bertentangan walaupun mereka sama-sama berpegang pada Al-Quran dan merupakan aliran-aliran yang sesuai dengan  konteks politik yang terjadi. Hal ini membuktikan betapa terbukanya kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat dalam islam.
            Dalam aliran Qadariyah, mereka berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan untuk memanifestasikan perbuatan-perbuatannya.dan mereka juga meyakini bahwa segala perilaku manusia tidak diintervensi oleh takdir tuhan.
            Sedangkan dalam aliran jabariyah, mereka berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak perbuatannya. manusia tidak memiliki daya, dan dalam perbuatan-perbuatannya adalah paksaan baginya. Manusia tidak ubahnya seperti kapas yang melayang-layang di udara, terbang kemanapun ia diterpa angin, tidak memiliki kemauan, dan kekuatan untuk mempertahankan diri.












DAFTAR PUSTAKA
Nasution,Harun, Teologi Islam, Universitas Indonesia;2002.
Muniron, Ilmu Kalam, STAIN Jember Press, Jember;2015.
Rozak,Abdul,Ilmu Kalam, Pustaka setia, Bandung;2012.
Rahman,Taufik,Ilmun Kalam, Pustaka setia, Bandung; 2014.
Nasir,Sahilun,Pemikiran Kalam, Rajawali Press, Jakarta;2012.
Abd.Mu’in, dan Taib Thahir, Ilmu Kalam, Widjaya, Jakarta, 1964.
Rozak,Abdul,dan Rosihon Anwar,Ilmu Kalam,Pustaka setia, Bandung; 2007.
Rusli,Ris’an,Teologi Islam,Prenadamedia Group, Jakarta; 2015.
Madkour,Ibrahim,Aliran dan Teori Filsafat Islam,Bumi Aksara, Jakarta; 2004.
Dahlan,Abd.Aziz,dkk,Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta;2001.













[1] Dahlan,abd.aziz, ensiklopedi tematis dunia islam, 348.
[2] Ibid, hlm. 349.
[3]Dr. Muniron, Ilmu Kalam, 66-67.
[4]Dr. Muniron, Ilmu Kalam, 68.
[5] Dahlan,abd.Aziz, Op.cit, hlm.350.
[6] Rusli, ris’an, Teologi islam, hlm. 35
[7] Ibid, hlm. 36.
[8] Ibid, hlm. 34.
[9] Harun Nasution, teologi islam, hlm.36 .
[10]Al-an’am, (6) – 112
[11]As-Shaffat (37) - 96
[12] Al-Hadid, (57) - 22
[13] Al-Anfal, (8) - 17
[14] Al-Insan (76) - 30
[15] Madkour,ibrohim aliran dan teori filsafat islam, hlm. 154.
[16] Op.cit, hlm. 353.
[17] Razak abdul, dan Rasihun anwar, ilmu kalam, hlm.70.
[18]  Prof. Dr. H. Abdul rozaq, Ilmu Kalam, 90-91.
[19] Prof. Dr. H. Abdul Rozaq, Ilmu Kalam, 91.
[20] Al-Kahf, (18) - 29
[21] Fusshilat, (41) - 40
[22] Al-Imran, (3) - 164
[23] Al-Hadid, (57) - 22

Komentar

  1. Water Hack Burns 2 lb of Fat OVERNIGHT

    More than 160k women and men are utilizing a simple and SECRET "water hack" to lose 2lbs each and every night as they sleep.

    It's effective and works with everybody.

    This is how you can do it yourself:

    1) Grab a clear glass and fill it up with water half glass

    2) Proceed to follow this amazing HACK

    you'll be 2lbs thinner the very next day!

    BalasHapus

Posting Komentar