Artikel_RAHASIA DIBALIK KESUKSESAN MUHAMMAD AL-FATIH DAN PASUKANNYA DALAM MENAHLUKKAN KONSTATINOPEL


RAHASIA DIBALIK KESUKSESAN MUHAMMAD AL-FATIH  DAN PASUKANNYA DALAM MENAHLUKKAN KONSTATINOPEL
Oleh: Ali Hasan Assidiqi[1]
Nabi Muhammad Saw berkata: “Kota Konstatinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan” (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335)
Pernahkah kita mendengar atau membaca tentang salah satu sejarah Islam terbesar dahulu tentang adanya pemimpin terbaik dizamannya?. Beliau adalah Muhammad Al-Fatih sang penahluk Konstatinopel yang merupakan pemimpin terbaik karena mampu menaklukkan Konstatinopel dengan perjuangan dan niat yang mulia. Di saat semua pemimpin dizamannya mencoba menahlukkan, tapi kandas dalam perjuangan tak mampu menembus dinding pertahanan dan perjalanan untuk merebutnya.
Dalam kisahnya sebelum kejadian terjadi Nabi Muhammad Saw dalam haditsnya sebagaimana  riwayat Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335 berkata: “Kota Konstatinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan”. Tentu untuk menjawab hadits tersebut tidak mudah sebab dalam perjalanan sejarah bahwa tercatat terdapat 11 kali percobaan yang dilakukan oleh para tokoh pemimpin Islam untuk bisa menaklukkan Kota Konstatinopel  yang merupakan Kota paling kuat di dunia pada masanya yang dikuasai oleh Romawi Timur dan dibangun pada Tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium tak mampu dilewatinya bahkan termasuk yang paling semangat memimpin adalah Abu Ayyub Al-Anshari. Dimana kuburannya ditemukan di dekat Benteng Konstatinopel menjadi bukti atas semangatnya tersebut.
Medan yang ditempuh untuk melewatinya adalah medan yang sulit dikarenakan laut yang merupakan jalan menuju benteng tentara romawi dilengkapi pagar rantai yang membentang dan ditambah jalur darat yang curam dan terdapat banyak pepohonan yang besar dan lebat. Dalam perjalanan ini Muhammad Al-Fatih selaku pemimpin tak mudah menaklukan dimana pada awalnya ia pun tak mampu menaklukannya. Namun berkat kegigihan kecerdikan dan taatnya dalam beribadah tak menjadikannya pudar dalam merebut Kota Konstatinopel yang sudah  berkuasa 11 Abad. Beliau terus berfikir dan meminta petunjuk sehingga pada akhirnya beliau mempunyai stategi dengan melapisi 70 Kapal dengan minyak dan Mengandenginya yang mana pengepungan dilakukan berhari-hari mampu menembus pertahanan dan juga mampu mengalahkan orang-orang Bizantium Romawi. Uniknya dalam catatan sejarah bahwa dalam peperangan ini terdapat suatu fenomena unik yakni terjadinya shalat jumat  terbesar dalam sejarah Islam yang dilakukan menuju Konstatinopel saat hendak berperang yang mana jamaahnya membentang sepanjang 4 km dari pantai Marmara hingga Selat Golden Hom di utara.
Rahasia kesuksesan beliau dan seluruh pasukannya dalam menaklukan Kota Konstatinopel sebagaimana kisah singkat diatas tentu taka akan luput dari beberapa hal yang patut untuk kita tirukan. Dan kunci atau rahasia dari sejarah dan hadits Rasullulah diatas bukan semata-mata hanya terletak pada strategi berperang, tetatapi juga terletak pada sisi ibadah dan keimanan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dengan adanya beberapa informasi dari berbagai sumber bahwa Muhammad Al-Fatih dan seluruh pasukannya yang mengikuti perang tak pernah lepas dari dua sisi yakni Ibadah kepada Allah dan kepada sesama manusia.
Dalam Ibadah kepada Allah, selain Muhammad Al-Fatih adalah seorang tahfidz yang mampu menghafal 30 Juz Al-Qur’an dan juga menguasai berbagai ilmu agama dan umum diusianya yang 14 Tahun beliau ternyata juga orang yang suka Shalat wajib tepat waktu dan tidak pernah meninggalkan shalat sunnah termasuk shalat sunnah sebelum atau sesudah shalat wajib (Sunnah Rawatib). Begitupula dengan seluruh pasukannya sebagaimaa kutipan dalam buku Sejarah Muhammad Al Fatih yang dibuat dalam dialog komunikasi bahwa Muhammad Al-Fatih pernah bertanya kepada pasukannya setelah menaklukan Kota Konstatinopel dengan perkataan “adakah dari kalian yang meninggalkan shalat wajib?” dan dijawab oleh pasukannya secara serentak “tidak ada, kami selalu shalat wajib tepat waktu’. Kemudian Al-Fatih bertanya kembali “adakah dari kalian yang meninggalkan shalat sunnah rawatib setiap shalat wajib”. Maka seluruh pasukannya kembali menjawab “tidak ada, kami mengerjakan shalat sunnah termasuk rawatib setiap kali kami shalat wajib”. Dan pertanyaan terakhir dari Al-Fatih “dalam sesempit apapun kalian masih melakukannya?” maka pasukannya kembali menjawab “ya”. Sehingga dengan rasa sedih bercampur bahagia beliau berterimakasih kepada Allah dengan melakukan sujud syukur disertai sujud taubat dikarenakan beliau merasa pasukannya lebih baik daripada beliau dalam hal ibadah walaupun dalam perjalanannya beliaupun juga tak pernah meninggalkan shalat wajib dan sunnnahya.
Selain hal itu dalam urusan ibadah terhadap sesama manusia juga ditunjukkan oleh Muhammad Al-Fatih dan pasukannya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana Muhammad Al-Fatih selesai mengalahkan dan mendapatkan Kota Konstatinopel yang menjadikannya negara Islam beliau terhadap penduduk yang beragama non Islam terutama anak-anak, wanita, orangtua yang tidak berkeinginan perang dilindungi. Bahkan saking lembutnya hati beliau terhadap manusia dimana disaat beliau memasuki salah satu tempat Ibadah umat non Muslim banyak dari mereka ketakutan karena Romawi Konstatinopel sudah dikalahkan. Dengan cara yang sopan beliau mendatangi salah satu ibu yang mempunyai anak lalu beliau menanyakan kepada ibu tersebut tentang keadaannya, nama dan lainnya. dengan hal tersebut orang mulai tersenyum dan pada akhirnya beliau mengatakan “aku tak akan menyakiti kalian selama kalian tidak menyakiti atau berkeinginan untuk menghalangi kami dalam berdakwah. Kalian tetap diperizinkan mengikuti agama yang diyakini asalkan tak ingin melakukan perang. dengan cara tersebut maka wajah ketakutan dari mereka akhirnya reda dan bahkan setelah beberapa lama kejadian tersebut banyak dari mereka memeluk Islam.
Bukan hanya itu dalam Ibadah yang ditunjukkan kepada sesama manusia juga beliau lakukan dengan cara mengunjungi sanak saudara dan bahkan gurunya yang saat itu berada jauh dengannya yang bernama Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq (Guru yang menjadikan beliau (Al-Fatih) menjadi seorang yang cerdas dan taat agama dengan cara mendidiknya yang lembut dan tegas). Beliau datang bukan sekedar berterimakasih namun beliau ingin terus belajar dan menuntut Ilmu Agama serta berkeinginan menetap bersama gurunya belajar untuk menghindari kedunian yang berlebih. Tetapi keinginan terakhir ini beliau gurunya menolak dikarenakan banyak rakyat yang membutuhkannya sehingga dipersilahkan tetap memimpin sampai akhir. Sungguh hal ini merupkan karakter dan pribadi yang baik yang patut dicontoh oleh setiap pemimpin dan juga seluruh orang muslim.
Begitupula para prajurit yang mana dalam hal ibadah terhadap sesama manusia beliau tunjukkan dengan cinta damai dan toleransi untuk tak melakukan kekerasan kepada siapapun yang berniatan memusuhi dirinya atau Islam. Dan bahkan dalam hal Ibadah ini setelah perang ini selesai dan kembali perang menaklukkan kota lain para prajurit ini tetap tangguh dalam Ibadah baik kepada Allah dan sesama manusia tetap ditunjukkan. Shalat wajib dijaga dan shalat sunnah dikerjakan, quran tetap menjadi pedoman serta berbuat baik kepada sesama manusia itu yang menjadi inti dari pendirian dan keistiqomahan para prajurit dan juga Muhammad Al-Fatih. Sehingga dengan adanya tersebut keridhaan Allah pun meridhai disetiap usahanya. Dan hal inilah yang menjadi landasan hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa Muhammada Al-Fatih dan pasukannya adalah pemimpim dan para prajurit terbaik. Oleh karena itu dapat kita simpulkan dalam petikan cerita dan rahasia diatas bahwa Ibadah menjadi pedoman utama dalam hal apapun. Semakin kita meningkatkan Ibadah kita dan semakin Istiqomah maka Allah akan meridhai setiap langkah dan perbuatan baik kita termasuk mengabulkan seluruh hajat yang dinginkannya. Itulah rahasia dari kesuksesan Muhammad Al-Fatih dan Pasukannya yang patut kita contoh dan diteladani dalam kehidupan kita saat ini. Cintai dan bacalah quran. Laksankan dan jangan tinggalkan shalat wajib dan sunnah. Banyak berbuat baiklah kepada sesama manusia.




[1] Penulis adalah Staff Redaksi dan Santri PP. Anwarul Huda Malang, Ketua Komunitas Pecinta Al-Qur’an (komiq) Malang dan Ketua Gubuk Inspirasi Malang dan Mahasiswa Jurusan PAI.


ARTIKEL INI TERBIIT DI BULETIN ISLAMI JUMAT 7 FEBRUARI 2020 DI BULETIN AL-ANWAR MALANG

Komentar