Makalah Azmatkhan dan Walisongo

MAKALAH

AZMATKHAN
(Garis Keturunan Rasulullah Saw hingga sampai kepada Wali Songo dan Kerajaan-Kerajan Islam Nusantara serta Ulama’nya)

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas kelompok
 Mata Kuliah Manajemen Dakwah semester 6

Dosen Pengampu : Abdul Ghaffar, M.Pd.




Oleh Kelompok 3  :
Ali Hasan Assidiqi                  (16110048)
Siti Suwaibatul Islamiyah       (16110141)
Layli Nur Azizah                    (1611082)
M. Afif Izzudin                      (16110044)




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI-B)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan laporan observasi magang ini dengan tiada halangan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah mengajari kita mana yang haq dan mana yang bathil sehingga kita dapat berjalan lurus di jalan Allah seperti yang kita rasakan saat ini yaitu addinulislamwaliman.
Kami menyadari dalam penulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena yang mempunyai kesempurnaan hanyalah Allah Swt. Oleh karena itu kami mengharap kritik ataupun saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk menuju kesempurnaan dalam penulisan laporan ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah dengan tema Azmatkhan, antara lain :
1.      Bapak Dr. H. Agus Maimun, M.Pd selaku Dekan FITK UIN Maliki Malang
2.      Bapak Abdul Ghaffar, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah.
3.      Dan teman-teman yang membantu dalam makalah ini.
Semoga atas terselesaikannya makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, khususnya penulis yang telah membaca dan menulis secara langsung dan terstruktur tentang hal-hal yang menjadi tugas dan tanggung jawab kami.


Malang, 22 April 2019

                                                                                     Penyusun





DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.
A.    Latar Belakang.................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C.     Tujuan Masalah................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Azmatkhan...................................................................................... 3
B.     Asal usul Azmatkhan hingga ke nusantara....................................................... 3
C.     Hubungan Keluarga Azmatkhan terhadap Wali Songo dan Kerajaan Islam di Nusantara. 9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA           






BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini atau sekitar 10 tahunan banyak orang Indonesia dan  beberapa orang di wilayah Asia Tenggara lain, khususnya yang berkecimpung dalam dunia sejarah ataupun dunia Nasab (ilmu yang mempelajari garis keturunan) di Nusantara menambahkan bahasa asing dari keturunanya. Padahal dahulu orang yang memakai gelar dan nama asing tersebut bukanlah siapa-siapa dan bukan juga berasal dari negara yang identik dengan nama tersebut. Yang mereka ketahui bahwa orang-orang tersebut adalah asli orang Indonesia dan tidak ada sangkut pautnya dengan nama terbaru yang mereka sandang tersebut. Nama yang selalu menjadi pembicaraan hangat saat ini adalah Azmatkhan. Ketika nama ini muncul di tahun 2003, pada perkembangannya telah menimbulkan pembahasan yang selalu mengaitkannya. Sehingga banyak para pakar kembali mengemukakan pendapat dan apa yang diketahuinya. Salah satu pakarpun juga membahas perkembangan keturunan Rasulullah SAW yang ada di Nusantara (garis ketururnannya).
Nama azmatkhan sendiri memang sangat terasa baru dikenal dalam sejarah  bangsa ini. Namun kalau kita menyebut nama Walisongo dan beberapa Kesultanan Islam Nusantara seperti Kesultanan Demak, Banten, Cirebon, Palembang, tentu kita akan mengenalnya bahkan sering mendengarnya. Padahal antara nama Azmatkhan dan Walisongo serta Kesultanan-kesultanan yang disebut diatas ini sangat berhubungan erat, karena ternyata Azmatkhan adalah leluhur dari Walisongo dan juga beberapa Kesultanan tersebut. Apabila rajin mencari tentang tulisan  sejarah Azmatkhan, nama-nama tersebut sudah pernah muncul pada beberapa tulisan yang dibuat oleh beberapa Sejarawan Islam Nusantara dan juga beberapa Ahli Nasab yang konsen akan perkembangan Nasab di Nusantara ini, hanya saja mungkin tidak banyak orang yang menyadari atau mengetahui akan hal ini, kebanyakan lebih banyak “menikmati” sejarah Walisongo. Tulisan-tulisan itu bahkan sudah lebih dulu ada sebelum polemik tentang Azmatkhan muncul  dalam beberapa tahun ini. Oleh karena itu untuk mengetahui tentang Azmatkhan maka penulis akan memaparkan segala hal yang berkaitan dengan Azmatkhan mulai dari pengertian, sejarah, tokoh dan lainnya.

B.  Rumusan Masalah
          Dalam makalah ini, penulis ingin membahas secara mendalam dan detail dari sumber-sumber yang telah diakui tentang Azmatkhan yang disimpulkan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian Azmatkhan?
2.    Bagaimana asal-usul dari Azmatkhan hingga sampai pada nusantara?
3.    Dan bagaimana hubungan Keluarga Azmatkhan terhadap wali songo dan kerajaan Islam di Nusantara?

C.  Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, yaitu bertujuan sebagai suatu pengantar ilmu meliputi:
1.    Untuk mengetahui pengertian Azmatkhan.
2.    Untuk mengetahui asal-usul dari Azmatkhan hingga sampai pada nusantara.
3.    Untuk mengetahui hubungan kelaurga Azmatkhan terhadap wali songo dan kerajaan Islam di Nusantara.














BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Azmatkhan
Azmatkhan al-Husaini, adalah salah satu marga komunitas atau keturunan Hadramaut yang banyak tersebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Nama Azmatkhan berasal dari penggabungan dua kata dalam bahasa Urdu, Azmat yang berarti mulia atau terhormat dan Khan yang memiliki arti komandan, pemimpin, atau penguasa. Gelar "Khan" diberikan oleh bangsawan Nasirabad (keluarga yang istrinya di India) agar ia dianggap sebagai bangsawan setempat sebagaimana keluarga yang lain. Selain itu, mereka menyematkan gelar "Azmat" yang berarti "mulia" karena Abdul Malik berasal dari garis keturunan sayyid (keturunan yang mulia dari Rasulullah Saw)”. Penamaan gelar Azmatkhan di Indonesia ini dapat dilihat dari gelar misalnya Sayyid, Al Haddad dan lainnya yang masih ketururan dari keluarga besarnya. Selain itu penamaan keluarga Azmatkhan di Indonesia juga dapat dilihat dari gelar lain selain di atas yang semua ini berkaitan denga gelar kerajaan di Indonesia yang disebabkan untuk mempertahanan identitas Indonesia dan juga Azmatkhan secara bersamaan. Nama-nama anggota keluarga Azmatkhan memiliki gelar kerajaan turun temurun seperti Raden, Tubagus, Kemas, atau Nyimas. Sedangkan keluarga Azmatkhan yang merupakan leluhur Walisongo  adalah dari Qabilah Ba'Alawi. Jadi pada intinya azmatkhan adalah keluarga mulia dan dihormati.

B.  Asal Usul Azmatkhan hingga ke Nusantara
Sejarah Keturunan Rasulullah SAW khususnya keluarga besar Alawiyyin yang ada di Hadramaut Yaman, nama Azmatkhan sebenarnya telah  masuk sebagai salah satu cabang keturunan dari Al Imam Alwi Al Mubtakir bin Al Imam Ubaidhillah Shohibul Aradh bin Imam Ahmad Al Muhajir Al Husaini dan itu tercatat dibeberapa kitab rujukan nasab yang digunakan oleh beberapa lembaha nasab di Nusantara ini seperti Kitab Syamsu Zahirah dan Khidmatul Asyirah.
Pada tahun 569 – 575  Hijriah wilayah Hadramaut Yaman pernah mengalami berbagai pergolakan politik dan kekuasaan. Pada masa itu suasana sangat mencekam, apalagi setelah ditahlukkannya Kota Tarim oleh pasukan Turansyah Al Ayyubi. Pasukan Turansyah yang dipimpin oleh Usman bin Ali Al Zanjiliat Tikriti yang haus akan darah, telah banyak membunuh para ulama dan fuqaha yang ada di kota Tarim. Salah satu tokoh yang diincar untuk dibunuh adalah Imam Alwi Ammul Faqih bin Imam Muhammad Shohib Mirbath. Beliau adalah satu ulama besar di Tarim pada masa itu, beliau adalah seorang yang alim, kaya dan dermawan. Imam Alwi Ammul Faqih adalah paman Al Faqih Muqoddam atau Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath. Al Faqih Muqoddam adalah salah satu Imam Besar dan Pemuka  dari Keluarga Besar Alawiyyin yang namanya banyak disebut-sebut hingga kini oleh banyak keturunannya.
            Dalam keterangan tentang Imam Alwi Ammul Faqih ini, menurut Sayyid Bahruddin bin Sayyid Abdurrozaq Azmatkhan dan Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan (2014) ayah dari Al-Imam Abdul Malik Azmatkhan adalah Al-Imam Alwi ‘Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Marbath dan lahir di Tarim.  Beliau adalah seorang ulama besar, pemimpin Kaum Arifin, Hafizhul Qur’an, selalu menjaga lidahnya dari kata-kata yang tidak bermanfaat, dermawan, cinta kepada fakir miskin dan memuliakannya, banyak senyum. Imam Alwi bin Muhammad Shohib Marbath dididik oleh ayahnya dan belajar kepada beberapa ulama, di antaranya Syaikh Salim Bafadhal, As-Sayid Salim bin Basri, Syaikh Ali bin Ibrahim al-Khatib. Beliau wafat pada hari Senin bulan Dzulqaidah tahun 613 Hijriyah di Tarim dan dimakamkan diperkuburan Zanbal Tarim Hadramaut Yaman. Sayyid Abdul Malik berimigrasi dari Hadhramaut ke India pada abad ke-14 Masehi, lebih awal dari para imigran lain dari Hadhramaut. Sayyid Abdul Malik kemudian menikahi putri bangsawan Nasirabad dan mendapatkan gelar "Azmat Khan". Gelar "Khan" diberikan oleh bangsawan Nasirabad agar ia dianggap sebagai bangsawan setempat sebagaimana keluarga yang lain.
            Pada masa Imam Alwi Ammul Faqih ini, menurut Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf ((1964:1) mempunyai beberapa anak yang menjadi penerusnya yaitu:
1.    Abdul Malik (Imam Abdul Malik Azmatkhan). Beliau merupakan pemilik gelar utama dari Azmatkhan).
2.    Abdullah (Al Imam Al Amir Abdullah bin Al Imam Al Amir Abdul Malik Azmatkhan). Beliau merupakan orang terhormat, dan memiliki anak 6. Dan dari beberapa anaknya yang ketururnannya menyebar di Nusantara adalah Abdul Qadir bin Abdullah (keturunannya ada di Malaka, Malaysia, Indonesia) dan Ahmad Syah Jalaluddin (Leluhur Walisongo, keturunannya menyebar di Indonesia, Malaysia,Thailand, Singapore, Vietnam, Laos, India, Pakistan, Banglades, Yaman) dan ini nanti akan menurunkan keturunan yang sampai kepada Sunan Kalijaga.
3.    Abdurrahman (As-Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin  bin Abdullah bin Abdul MalikAzmatkhan). Beliau adalah anak kedua, dan puteranya yang memiliki andil terhadap nusantara adalah Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra yang merupakan anak pertama (keturunannya menyebar di Indonesia, Malaysia, dan AsiaTenggara, Wafat di Wajo, Sulawesi Selatan).
4.    Ahmad (As-Sayyid Maulana Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra ). Dari keempat tersebut, yang menjadi fokus adalah anak terakhir yang mempunyai keturunan paling banyak dan berpengaruh terhadap Islam di Nusantara.

As-Sayyid Maulana Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra (Anak Keempat)
Dalam catatan Sayyid Bahruddin bin Sayyid Abdurrozaq Azmatkhan & Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan (2014) Sayyid Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra adalah Raja/Sultan Ke-4 Kesultanan Islam Nasarabad India Lama, sekaligus muballigh yang bekeliling hingga ke Nusantara. Beliau dilahirkan pada tahun 1270 M di negeri Nasarabad, dan wafat di Wajo tahun 1453 M. Jadi usianya 183 tahun. Beliaulah yang menjadi pelopor keluarga besar Azmatkhan yang berhijrah ke wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Sebagai seorang Ahlul Bait tentu beliau ini memiliki Gen “Hijrah”.  Kalau dulu buyutnya berhijrah dari HadramautYaman ke India, maka kini salah satu cicitnya Hijrah dari India (Asia Selatan) menuju Nusantara (Asia Tenggara).
Tujuan utama dalam melakukan hijrah adalah dakwah Islamiah, kalaupun pada masa itu sering terjadi ketidak stabilan dalam dunia politik kekuasaan di wilayah India, dan hal itu hanya merupakan salah satu sekian alasan saja yang menyebabkan keluarga besar Sayyid Husein Jamaluddin berhijrah. Sedangkan secara garis besar inti hijrahnya keluarga besar Azmatkhan atau Alawiyyin itu demi melakukan dakwah Islamiah.
            Dalam catatan Tun Suzanna dan Haji Muzaffar Dato HjMuhammad (2006:115) Sayyid Husein Jamaluddin Akbar Jumadhil Kubro adalah salah seorang pelopor atau Grand Syaikh yang banyak menurunkan banyak mubaligh, wali-wali terkemuka dan juga para pendiri Kesultanan-kesultanan Ahlul Bait di Nusantara, diantaranya Walisongo, Kelantan, Champa, Patani dan kerajaan-kerajaan di Jawa. Sepanjang misi dakwahnya Sayyid Husein Jamaluddin  telah berhasil memainkan penting dalam penyebaran agama Islam di beberapa bagian wilayah Nusantara, khususnya diIndonesia dan Tanah Melayu.
            Dalam catatan Sayyid Bahruddin bin Sayyid Abdurrozaq Azmatkhan & Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan (2014)  Sayyid Husein Jamaluddin telah melakukan pernikahan dengan 9 orang (pada tahun yang berbeda-beda dan latar belakang berbeda), yaitu :
1.    Amira Fathimah binti Amir Husain bin Muhammad Taraghay (Pendiri Dinasti Timuriyyah, Raja Uzbekistan, Samarkand), (Menikah tahun 1295 M), melahirkan 5 anak. yaitu: Ibrahim Zainuddin Al-AkbarAs-Samarqandiy (Ibrahim Asmoro) saat berdakwah di Samarqand (yaitu antara tahun 1295 M-1308 M), Ibrahim Zainuddin Asmaraqandi lahir tahun 1297 M. kemudian lahir putra-putra yang lain yaitu: Pangeran Pebahar As-Samarqandiy (lahir di Samarkan 1300 M), Fadhal As-Samarqandiy (Sunan Lembayung) (lahir di Samarqand tahun 1302 M), Sunan Kramasari As-Samarqandiy (Sayyid Sembahan Dewa Agung) (lahir di Samarkand pada tahun 1305 M), Syekh Yusuf Shiddiq As-Samarqandiy (lahir diSamarkand pada tahun 1307 M). Beliau Ibrahim Zainuddin adalah ayah dari sunan Ampel yang menikah dengan puteri Champa dan beliau (Ibrahim Zainuddin) adalah leluhur Sunan Cipancar Garut yang merupakan kakek Sunan Kudus, Sunan Bonang,Sunan Derajat.
2.    Puteri Nizamul Muluk bin Sultan Nizamul Muluk dari Delhi (India) (menikah tahun 1309 M), Pernikahan ini dilakukan saat Maulana Husain Jamaluddin kembali dari dakwahnya dari Samarkand ke India, dari isteri ini memiliki 3 anak yaitu: Maulana Muhammad Jumadil Kubra (lahir di Nasarabad India,tahun 1311 M), Maulana Muhammad ‘Ali Akbar (lahir di Nasarabad, tahun 1312 M), Maulana Muhammad Al-Baqir (Syekh Subaqir, Lahir di Nasarabad India, tahun 1314 M), Syaikh Maulana Wali Islam (lahir di Nasarabad, tahun 1317 M)
3.    Lalla Fathimah binti Hasan bin Abdullah Al-Maghribi Al-Hasani (Morocco) (Menikah tahun 1319 M), pernikahan ini dilakukan Husain Jamaluddin saat adanya hubungan diplomatik antara Kesultanan India dengan Kerajaan Marokko, dari pernikahan ini memiliki 1 anak yaitu: Maulana Muhammad Al-Maghribi atau sunan gersik (lahir di Maghrib (Morocco), tahun 1321 M).
4.    Fathimah binti Hasan At-Turabi bin ‘Ali bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam Al-Hadrami Al-Husaini (menikah tahun 1323 M) melahirkan seorang anak laki-laki bernama Maulana Ibrahim Al-Hadrami Azmatkhan (leluhurAzmatkhan di Yaman) lahir di Hadramaut pada tahun 1325 M.
5.    Puteri Linang Cahaya binti Raja Sang Tawal/ SultanBaqi Syah/ Sultan Baqiuddin Syah (Malaysia)/ Raja Langka suka (menikah pada tahun 1350 M), melahirkan 1 anak, yaitu: Puteri Siti Aisyah (Putri Ratna Kusuma) (lahir pada tahun 1351 M) yang kemudian menjadi isteri Syeikh Khalid AlIdrus (Adipati Jepara).
6.    Puteri Ramawati binti Sultan Zainal Abidin I Diraja Champa (Menikah tahun 1355 M) memiliki 1 anak laki-laki, yang diberi nama Ibrahim Zainuddin Asghar Champa yang bergelar Sultan Zainal Abidin II Diraja Champa (lahir di Champa, tahun 1357 M)
7.    Puteri Syahirah atau Puteri Selindung Bulan (Putri Saadong II) binti Sultan Baki Shah ibni al-Marhum Sultan Mahmud, Raja of Chermin dari Kelantan Malaysia (menikah tahun 1390M), melahirkan 2 anak. yaitu Sayyid ‘Ali Nurul Alam bin Husain Jamadi al-Kubra, alias Patih Arya Gajah Mada (Ali Nurul Alam). Perdana Mantri of Kelantan-Majapahit II menjabat antara 1432-1467 M (lahir pada tahun 1402 M) dan Sayyid Muhammad Kebungsuan alias (Prabhu Anum/Udayaning-Rat/Bhra Wijaya) lahir pada tahun 1410 M. Patih Arya Gajah Mada (Ali nurul alam) ini mempunyai 3 anak yaitu Tuk Masjid (Wan Hussain bin Ali) yang diangkat menjadi Patih di Majapahit. Lalu Maulana Syarif Abdullah (Raja Champa 1471-1478) yang menikahi Nyimas Rara Santang (anak Raja Pajaran yaitu Prabu Siliwangi) dan dari ini lahirlah 2 anak laki-laki yaitu: Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) dan sultan Abu Abdullah (Raja Champa dan Kelantan Malaysia). Dan anak ke 3 adalah Wan Demli Alimuddin bin Burulalam (Patih dan Laksamana Kerajaan Majapahit). Keturunan-keturunan Patih Arya Gajah Mada  ini melahirkan Kesultanan Demak, Banten, Cirebon, Kelantan, Patani, Malaka dan beberapa Kesultanan Lokal lainnya. Sedangkan Adik dari Nurul Alam ini adalah Prabu Anom Wijaya alias Brawijaya mempunyai keturunan Ki Ageng Pengging (Sayyid Ali) yang merupakan ayah dari Jaka Tingkir Raja Pajang, memiliki keturunan-keturunan seperti: KH Hasyim Asy’ari, Gus Dur, KH Sahal Mahfud, Syekh Ahmad Mutamakkin dan masih banyak ribuan ulama lainnya.
8.    Puteri Jauhar binti Raja Johor Malaysia, menikah tahun 1399 M melahirkan 2 anak. yaitu ‘Abdul Malik (lahir di Johor, 1404 M) dan Sultan Berkat Zainul Alam (lahir di Johor, tahun 1406 M).
9.    Pada tahun 1411 Sayyid Husain Jamaluddin Jumadil Kubra menikah dengan Putri Raja Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna (Raja Gowa Sulawesi Selatan), dan melahirkan beberapa anak, yaitu : 1. Sayyid Hasan Jumadil Kubra lahir tahun1413 M (Menjadi Syekh Mufti Kesultanan Gowa, tahun 1453 M, bertepatan dengan wafatnya Sayyid Husain Jamaluddin Jumadil Kubra, dan wafat tahun 1591 M,berusia 138 tahun). 2. Sayyid Husain Jumadil Kubra Al-Asghar, lahir tahun 1443M.
Sayyid Hasan Jumadil Kubra bin Sayyid HusainJamaluddin Jumadil Kubra (Anak pertama), menikah dengan Sepupunya yaitu Puteri TunggalHalimah binti I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (Raja Gowa, berkuasa1590 -1593), melahirkan:
a.    Sultan Gowa Islam Pertama (I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna),
b.    Sultan Gowa Islam Kedua (I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna).
c.    Sultan Gowa Islam Ketiga (I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla’pangkana), bergelar Sultan Hasanuddin alias Ayam Jantan Dari Timur, (Pahlawan Nasional).Dan keturunannya sampai sekarang terdata di Kitab Al-Mausu’ah Li Ansabi Al-ImamAl-Husaini.
Adapun Sayyid Husain Jumadil Kubra Al-Asghar (Anak ke 2),lahir tahun 1443 M, Pada tahun 1473 M menikah dengan Puteri Wajo binti LaTadampare Puangrimaggalatung (Raja Wajo), pada tahun 1483 M melahirkan putera bernama Sulaiman alias Dato Sulaiman (Qadhi & Mufti Kesultanan WajoPertama). Dato Sulaiman ini keturunannya banyak di Wajo dan di Pasuruan dan Bangil, Jawa timur.
Sayyid Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra Azmatkhan meninggal dunia tahun 1453 M dan dimakamkan dihadapan masjid beliau di Jalan Masjid Tua, Desa Teroja, Kacamatan Manjeuleng, Kabupaten Wajo, Propensi Sulawesi Selatan. Dalam gambaran yang mudah, susunan keturunan dari keluarga besar Azmatkhan ini telah kami buat menjadi sebuah diagram nasab yang kami miliki. Bahkan pada satu buku yang kami miliki yang disusun oleh Idrus (1995:21) sejarah keturunan Sayyid Abdul Malik telah disusun dengan tulisan bahasa arab dalam bentuk skema nasab keluarga besar Sayyid Abdul Malik Azmatkhan.

C.  Hubungan Keluarga Azmatkhan dalam Wali Songo dan Kerajaan Islam di Nusantara.
Syekh Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra, beliau tercatat memiliki isteri sembilan orang (pada tahun yang berbeda-beda). Dalam hal ini jika misal kita kaitkan dengan tokoh penyebar agama Islam di Nusantara atau Indonesia ada 4 istri yang memiliki peran paling banyak. Empat istri ini melahirkan keturunan penyebar Islam di Indonesia. Berikut nama-namanya:
1.    Istri pertama yaitu Amira Fathimah binti Amir Husain bin Muhammad Taraghay (Pendiri Dinasti Timuriyyah, Raja Uzbekistan, Samarkand), (Menikah tahun 1295 M di Samarkand), dan punya anak Ibrahim Zainuddin atau Ibrahim Asmoro (Ibrahim ini menikah dengan Putri Champa) dan mempunyai anak Sunan Ampel. Dan beliau (Ibrahim Zainuddin ayah Sunan Ampel) adalah leluhur Sunan Cipancar Garut yang merupakan kakek dari Sunan Kudus. Dan Sunan Bonang,Sunan Derajat dan Sunan Muria adalah putera Sunan Ampel.
2.    Istri ketiga yaitu Lalla Fathimah binti Hasan bin Abdullah Al-Maghribi Al-Hasani (Morocco) (Menikah tahun 1319 M), pernikahan ini dilakukan Husain Jamaluddin saat adanya hubungan diplomatik antara Kesultanan India dengan Kerajaan Marokko, dari pernikahan ini memiliki 1 anak yaitu: Maulana Muhammad Al-Maghribi atau dikenal juga Maulana Malik Ibrahim Magribi (lahir di Maghrib (Morocco), tahun 1321 M) yang merupakan Sunan Gersik penyebar Islam di Jawa.
3.    Istri ke tujuh yang bernama Puteri Selindung Bulan atau Puteri Syahirah yang melahirkan anak bernama Patih Arya Gajah Mada (Ali Nurul Alam) dan Prabu Anom Jijaya alias Brawijaya. Perdana Mantri of Kelantan-Majapahit II menjabat antara 1432-1467 M (lahir pada tahun 1402 M dan wafat di Champa tahun 1467 M). Patih Arya Gajah Mada (Ali nurul alam) ini adalah saudara tiri Sunan Gersik dan Paman dari Sunan Ampel. Ali Nurul alam mempunyai 3 anak yaitu Tuk Masjid (Wan Hussain bin Ali) yang diangkat menjadi Patih di Majapahit. Lalu Maulana Syarif Abdullah (Raja Champa 1471-1478) yang menikahi Nyimas Rara Santang (anak Raja Pajaran yaitu Prabu Siliwangi) dan dari ini lahirlah 2 anak laki-laki yaitu: Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) dan sultan Abu Abdullah (Raja Champa dan Kelantan Malaysia). Dan anak ke 3 adalah Wan Demli Alimuddin bin Burulalam (Patih dan Laksamana Kerajaan Majapahit). Keturunan-keturunan Patih Arya Gajah Mada  ini melahirkan Kesultanan Demak, Banten, Cirebon, Kelantan, Patani, Malaka dan beberapa Kesultanan Lokal lainnya.
Sedangkan Adik dari Nurul Alam ini adalah Prabu Anom Wijaya alias Brawijaya mempunyai keturunan Ki Ageng Pengging (Sayyid Ali) yang merupakan ayah dari Jaka Tingkir Raja Pajang, memiliki keturunan-keturunan seperti: KH Hasyim Asy’ari, Gus Dur, KH Sahal Mahfud, Syekh Ahmad Mutamakkin dan masih banyak ribuan ulama lainnya.
4.    Dan istri ke sembilan yang bernama Putri Raja Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna (Raja Gowa Sulawesi Selatan), dan melahirkan beberapa anak, yaitu: Sayyid Hasan Jumadil Kubra lahir tahun1413 M (Menjadi Syekh Mufti Kesultanan Gowa, tahun 1453 M, bertepatan dengan wafatnya Sayyid Husain Jamaluddin Jumadil Kubra, dan wafat tahun 1591 M,berusia 138 tahun). Sayyid Husain Jumadil Kubra Al-Asghar, lahir tahun 1443M. Dan Sayyid Hasan Jumadil Kubra bin Sayyid Husain Jamaluddin Jumadil Kubra (Anak pertama), menikah dengan Sepupunya yaitu Puteri Tunggal Halimah binti I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (Raja Gowa, berkuasa1590 -1593), melahirkan:
a.    Sultan Gowa Islam Pertama (I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna).
b.    Sultan Gowa Islam Kedua (I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna).
c.    Sultan Gowa Islam Ketiga (I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla’pangkana), bergelar Sultan Hasanuddin Alias Ayam Jantan Dari Timur, (Pahlawan Nasional). Dan keturunannya sampai sekarang terdata di Kitab Al-Mausu’ah Li Ansabi Al-ImamAl-Husaini.
          Jadi dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa tokoh penyebar Islam di Nusantara utamanya di jawa baik dari walisongo dan juga kerajaan-kerajaan Islam adalah semua dari mereka berasal dari keturunan Azmatkhan dari Syekh Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra yang merupakan seorang ulama’ terkenal dan juga keturunan dari Baginda Nabi Besar Muhammad Saw.

SILSILAH AZMATKHAN SAMPAI PADA RASULULLAH

1.  Muhammad Rasulullah SAW
4. Sayyyidina Ali Zaenal Abidin
5. Sayyidina Muhammad AlBaqir Ra

8. Al Imam Muhammad An-Naqib

2. Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra RA

3. Sayyidina Husein As-Shibti Ra

9. Al Imam Isa Arrumi
12.  Al Imam Alwi Al Mubtakir
13.  Al Imam Muhammad Maula Ash-Shouma’ah

6. Sayyidina JakfarAs-Shodiq Ra

7. Al Imam Ali Al Uraidhi

10.  Al Imam Ahmad Al Muhajir

11.  Al Imam Ubaidhillah Shohibul Aradh

14.  Al Imam Alwi Shohib Baitu Jubair/Alwi Atsani

16.  Al Imam Muhammad Shohib Mirbath

18.  4 Anak (Gelar Azmatkhan)

15.  Al Imam Ali Kholi’ Qosam

17.  Al Imam Alwi Ammul Faqih

 




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.             Azmatkhan al-Husaini, adalah salah satu marga komunitas atau keturunan Hadramaut yang banyak tersebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Nama Azmatkhan berasal dari penggabungan dua kata dalam bahasa Urdu, Azmat yang berarti mulia atau terhormat dan Khan yang memiliki arti komandan, pemimpin, atau penguasa. Mereka merupakan keturunan dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Alawi Ammul Faqih, keturunan Husain bin Ali (Cucu Rasulullah Saw)
2.             Pada tahun 569 – 575  Hijriah wilayah Hadramaut Yaman pernah mengalami berbagai pergolakan politik dan kekuasaan. Pada masa itu suasana sangat mencekam, apalagi setelah ditahlukkannya Kota Tarim oleh pasukan Turansyah Al Ayyubi. Pasukan Turansyah yang dipimpin oleh Usman bin Ali Al Zanjiliat Tikriti yang haus akan darah, telah banyak membunuh para ulama dan fuqaha yang ada di kota Tarim. Salah satu tokoh yang diincar untuk dibunuh adalah Imam Alwi Ammul Faqih bin Imam Muhammad Shohib Mirbath. Karena diincarnya tersebut maka beliau pergi ke India atau Gujarat abad ke 14 Masehi dan menikah dengan putri bangsawan Nasirabad dan mendapatkan gelar "Azmat Khan".
3.             Tokoh penyebar Islam di Nusantara utamanya di jawa baik dari walisongo dan juga kerajaan-kerajaan Islam adalah semua dari mereka berasal dari keturunan Azmatkhan dari Syekh Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra yang merupakan seorang ulama’ terkenal dan juga keturunan dari Baginda Nabi Besar Muhammad Saw. Contohnya: sunan ampel, Sunan Kudus, Sunan Bonang,Sunan Derajat, sunan gersik, Sunan Gunung Jati dan lainnya yang kemudian menyambung kepada kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Kudus, Goa Talo dan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Alwi (bin Thahir). 2001. Sejarah Masuknya Islam di Timur, Jakarta: Lentera.
Alwi, Idrus. 2002. Sejarah, Silsilah dan Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW Di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India dan Afrika, Jakarta: Sara Publishing
Dita Kafabillah. 2018. Nama Marga sebagai Identitas Budaya Masyakat Etnis Arab.
          Jurnal Litera, Vol 17 No 2 Juli 2018.
Yakub dkk, 2015, Sejarah Peradaban Islam Pendekatan Periodesasi, Medan: Perdana Publishing.
Nabilah. 2019. Tradidisi pernikahan kaum Alawiyin: studi komparatif antara hadramaut dan Indonesia. Diambil dari respository.uinjkt.ac.id


Komentar

  1. According to Stanford Medical, It is really the SINGLE reason this country's women live 10 years longer and weigh on average 19 kilos lighter than we do.

    (And really, it is not related to genetics or some secret diet and absolutely EVERYTHING about "how" they are eating.)

    P.S, I said "HOW", not "WHAT"...

    TAP this link to uncover if this quick questionnaire can help you find out your true weight loss potential

    BalasHapus

Posting Komentar