Tips Cara Membuat Puisi dan 3 Karya sastrawan (Gus Mus, Chairul Anwar dan Taufiq Ismail)

KUMPULAN PUISI DARI 3 SASTRAWAN

“KARYA GUS MUS CHAIRUL ANWAR
DAN TAUFIQ ISMAIL SERTA DILENGKAPI TEORI DASAR BELAJAR MENULIS PUISI”



 

























Puisi dibuat oleh para sastrawan terekenal di seluruh pelosok negeri
Buku kumpulan puisi ini memang sengaja dibuat bukan semata mata ingin mencopas namun ditujukan kepada siapapun yang ingin belajar membuat puisi.
Memang tidak ada buku panduan khusus, namun dari beberapa contoh ini kita menemukan inspirasi dan ide bagi kita untuk membuat puisi yang memiliki makna positif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut dikarenakan dalam suatu teori bahwa orang yang mempelajari langsung daripada terpaku pada bahan lebih baik ia yang mempelajari langsung, namun tidak lupa dengan teori dasarnya.

Oleh: Ali Hasan Assidiqi

Blog pribadi: Alihasanassidiqi.blogspot.com
Ig: Alihasanassidiqi


Dibuat di Malang, Jawa Timur, Indonesia Tahun 2018
MALANG 23 JULI 2018
TEORI MEMBUAT PUISI

A.  Pengertian menulis Puisi menurut para ahli
            Menuurt Waluyo (2005: 1) menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra yang dipadatkan, disingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Dan menurut Schmitt dan Viala (1982: 116) menyatakan bahwa masyarakat Yunani puisi sebagai seni menciptakan bahasa yang berbeda dari pemakaian bahasa sehari-hari.

B. Aturan Menulis Puisi
            Dalam puisi modern, hampir tidak ada aturan baku dalam penulisan puisi. Tidak seperti puisi-puisi lama. Pantun misahnya. Setiap bait terdiri dari empat baris, bersajak AB AB atau AA AA, baris pertama kedua sampiran dan baris ketiga keempat isi. Puisi modern merupakan puisi yang bebas. Tidak terikat oleh aturan. Hanya saja, sejalan dengan pengertian yang kita bahas tadi, kalimat atau kata-kata dalam puisi harus dipadatkan dan disingkat. Ya, kalau panjang nanti bisa jadi cerpen. Hehe. 

C. Manfaat Menulis Puisi
            Sebenarnya banyak sekali manfaat menulis puisi. Di sini akan kita bahas beberapa poin saja.
1. Sarana mengungkapkan diri. Puisi adalah sarana bagi kita untuk mengekspresikan diri atau mencurahkan isi hati dengan bahasa kiasan atau bahasa yang indah. Bukan dengan bahasa yang vulgar dan apa adanya. Bukan pula dengan bahasa ilmiah.
2. Melibatkan diri aktif dalam kegiatan sastra. Sangat jelas, menulis puisi merupakan salah satu jalan bagi kita untuk bersastra.
3. Meningkatkan kreatifitas diri. Kegiatan menulis, termasuk menulis puisi, merupakan kegiatan kreatif. Karena di dalamnya menuntut kreativitas seseorang untuk menuangkan ide-idenya dalam bentuk kata-kata yang berbeda atau kata-kata yang indah. Atau lebih tepatnya, kata-kata kiasan yang dirangkai menjadi sebuah puisi.

D. Syarat Menulis Puisi
            Tidak berbeda dengan karya sastra yang lain, menulis puisi pun ada syarat-syaratnya. Syaratnya apa saja? Yuk, simak.
1. Menentukan tema. Sudah menjadi hal mutlak bahwa karya sastra harus memiliki tema. Tema adalah pondasi dari sebuah tulisan, baik karya sastra maupun nonsastra. Dan puisi, yang termasuk dalam deretan karya sastra, jelas-jelas mengharuskan hadirnya tema di dalamnya.
2. Pemilihan diksi. Ini yang sedikit membedakan dengan karya tulis yang lain. Dalam menulis puisi kita harus sangat memerhatikan diksinya. Hal itu akan sangat berpengaruh terhadap pembaca. Bila diksinya bagus, maka akan enak dibaca atau diperdengarkan. Namun, bila sebaliknya, pembaca atau pendengar tidak akan nyaman.
3.
Memaksimalkan majas. Penggunaan majas akan membuat kalimat dalam puisi sarat makna. Dengan begitu pembaca tidak perlu terkekang dengan makna yang dikehendaki penulis, tetapi bisa memaknai dengan makna yang lain.
4.
Pengimajinasian. Kita harus mampu mengimajinasikan yang seluruh indera kita rasakan menjadi kalimat-kalimat.

E. Teori Menulis Puisi
            Menulis puisi adalah suatu keterampilan berbahasa dalam menuangkan ide, gagasan, dan pikirannya dalam bentuk bahasa tulis dengan memerhatikan keterikatan pada unsur-unsur puisi. Menulis puisi juga merupakan kegiatan produktif yang menghasilkan karya sastra.

F. Metode Menulis Puisi
            Seperti yang sudah kita bahas di atas, puisi merupakan karya sastra yang bebas. Tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu. Hal itu sudah jelas meniscayakan metode menulis puisi juga bebas. Dalam artian, sangat banyak metode yang dapat digunakan dalam menulis puisi.
            Ada salah satu metode yang menarik dalam menulis puisi, yaitu metode akrostik. Kelanjutan dari metode ini adalah lahirnya puisi akrostik. Puisi akrostik adalah puisi yang menggunakan huruf dalam sebuah kata untuk memulai setiap baris dalam puisi. Semua baris dalam puisi menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang penting. Puisi akrostik berbeda dengan puisi yang lain, karena huruf-huruf pertama setiap baris mengeja sebuah kata atau kalimat secara vertikal.
            Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh puisi berikut.
Terang Bulan
Tersingkap seuntai cahaya
Entah hendak disampaikan ke siapa
Riak-riak ombak bumi menebas gundukan pasir
Anggun terbangun istana berakhir getir
Nanar mata menatap seberkas syair
Gundah gulana berteman kilat dan petir
Bah! Setan-setan kau pelihara
Ungkapkan bait-bait terkesima
Lantunkan dosa tak lagi terjamah
Arak-arakan menggiring manusia
Neraka Jahannam telah lama menyala

G. Tata Cara Menulis Puisi
            Sudah paham teori-teori tentang puisi? Kita lanjutkan ke tata cara menulis puisi.
1.
Ide. Ide merupakan ruh dalam dunia kepenulisan, termasuk puisi. Kita harus peka dan menggali informasi sebanyak-banyaknya dari mana saja untuk mendapatkan ide. 
2. Filterisasi. Kita menyaring segenap informasi atau ide yang kita dapatkan lalu mulai kita menentukan ide yang mana yang layak atau mampu kita tuliskan.
3.
Menulis. Langkah yang sangat penting dalam menulis puisi yaitu melakukan. Tulis saja puisi sesukanya. 
4. Revisi. Setelah usai menulis, alangkah bijak bila kita mengoreksi atau merevisi tulisan kita. Di sinilah kita mulai mengganti diksi-diksi yang kurang baik dengan diksi-diksi yang baik dan tepat, sehingga lebih memperindah puisi kita.






H. Langkah-langkah Menulis Puisi
1. Menentukan ide. Seperti sudah kita bahas, ide merupakan ruh dalam dunia kepenulisan, termasuk menulis puisi. Maka hal pertama yang harus dilakukan dalam menulis puisi adalah mencari ide.
2. Memasukkan imajinasi. Imajinasi yang baik akan menghasilkan puisi yang baik pula. Imajinasi identik dengan pencitraan alat indera kita.
3. Tema yang tepat. Laksana ide, tema juga merupakan ruh dalam menulis puisi. Maka, menentukan tema yang tepat sebelum menulis puisi adalah hal yang mutlak
4. Buat judul yang menarik. Tidak bisa dipungkiri bila judul sangat memengaruhi minat baca. Semakin menarik judul, maka minat pembaca untuk membaca karya (puisi) kita semakin besar.
5. Menggunakan kata-kata indah. Hakikatnya puisi adalah rangkaian kata-kata yang indah. Maka, menulis puisi harus menggunakan kata-kata yang indah. Caranya? Perbanyak membaca, perbanyak kosakata. Dan yang paling penting, perbanyak berlatih.
6.
Buat lirik yang menarik. Bila sekilas memandang, puisi hampir mirip dengan syair. Lirik yang menarik akan menghasilkan suasana puisi yang menenangkan hati.
7.
Perwajahan atau topografi. Perwajahan dalam puisi tidak berbentuk paragraf, seperti prosa. Perwajahan dalam puisi berbentuk bait. Yang mana bait-bait itu mengandung makna dari penulisnya sendiri.
8. Gunakan majas. Sangat penting bagi kita untuk pandai-pandai menggunakan majas dalam menulis puisi. Penggunaan majas akan lebih memperindah puisi kita.

I. Yang Harus Diperhatikan dalam Menulis Puisi
Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam menulis puisi.
1. Persamaan konsonan.
2. Persamaan vokal.
3. Persamaan bunyi pada awal larik.
4. Persamaan bunyi pada tengah larik.
5. Persamaan bunyi pada akhir larik.

J. Mengubah Puisi menjadi Prosa
            Mengubah puisi menjadi prosa? Bisakah? Bisa. Dan ini sudah terjadi. Dalam dunia sastra perubahan puisi menjadi prosa atau bentuk sastra lain dinamakan parafrase. Atau lebih mudah dengan sebutan memprosakan puisi.
            Ada dua metode parafrase puisi, yaitu:
a. Parafrase terikat, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
b.
Parafrase bebas, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita membaca puisi tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan, kemudian menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.

K. Tips Menulis Puisi
            Berikut kita sajikan tips menulis puisi.
a. Memilih tema yang diminati. Sebelum menulis, pilihlah tema yang paling diminati. Karena dengan meminati tema itu, kita akan lebih menikmati menulis puisi.
b.
Memilih diksi yang tepat. Puisi adalah rangkaian kalimat yang indah, maka harus dipilih kata-kata yang indah.
c. Membangun suasana. Maksudnya, kita membuat suasana yang akan kita tuangkan dalam bentuk puisi. Semakin baik suasana yang kita bangun, maka semakin baik pula puisi yang dilahirkan.
d. Bawa perasaan. Puisi hakikatnya adalah ungkapan perasaan. Maka, salah satu hal penting dalam menulis puisi adalah membawa perasaan dalam menulisnya. 

DAFTAR PUSTAKA

Hasani, Aceng. 2005. Ihwal Menulis. Banten: Untirta Press.
Pradopo, Rahmat Djiko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Gani, Erizal. 2014. Kiat Pembacaan Puisi. Bandung : Pustaka Reka Cipta.


PUISI GUS MUS
Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”

Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana

Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
-1987-


Dalam Kereta

Bukanya aneh bukannya dalam kereta aku kembali teringat
Apakah karena gemuruh yang melintas disini
Aku kembali teringat perjalanan kita yang singkat bukan karena jarak yang dekat
Tapi jarak terlipat oleh keasikan kita yang nikmat
Tidak seperti biasa, kita begitu menjadi kanak-kanak
Bahkan kadang-kadang norak
Tak terganggu stasiun berteriak-teriak dan suara kereta yang bergerak-gerak
Bukannya aneh kita menikmati kesendirian dalam keramaian
Stasiun demi stasiun terlewati tanpa kita sadari
Sampai kita kembali menjadi diri kita lagi
Kau dimana sekarang sayang
Lalu apa yang ada disini (dada) yang terus bergemuruh ini


Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat

Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori?
Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau sempat memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja
Kapan kau sempat menikmati hidup?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup?

Kalau kau sibuk dengan kursimu saja
Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?
Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja
Kapan kau menyadari joroknya?
Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja
Kapan orang lain memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja
Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja
Kapan kau pintar?

Kalau kau sibuk mencela orang lain saja
Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya?
Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja
Kapan kau menyadari celamu sendri?
Kalau kau sibuk bertikai saja
Kapan kau sempat merenungi sebab pertkaian?
Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya?

Kalau kau sibuk bermain cinta saja
Kapan kau sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau sibuk merenung arti cinta saja
Kapan kau bercinta?

Kalau kau sibuk berkutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan kutbah?
Kalau kau sibuk dengan kebijakan kutbah saja
Kapan kau akan mengamalkannya?
Kalau kau sibuk berdzikir saja
Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?
Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja
Kapan kau kan mengenalnya?
Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan bicaramu?
Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja
Kapan kau mengerti arti bicara?
Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja
Kapan kau sempat berpuisi?
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau akan memuisi?

(Kalau kau sibuk dengan kulit saja
Kapan kau sempat menyentuh isinya?

Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja
Kapan kau sampai intinya?
Kalau kau sibuk dengan intinya saja
Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja
Kapan kau bersatu denganNya?)
“Kalau kau sibuk bertanya saja
Kapan kau mendengar jawaban!”









Aku Merindukanmu, O, Muhammadku


Aku merindukanmu, o, Muhammadku
Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah
Menatap mataku yang tak berdaya
Sementara tangan-tangan perkasa
Terus mempermainkan kelemahan
Airmataku pun mengalir mengikuti panjang jalan
Mencari-cari tangan
Lembut-wibawamu

Dari dada-dada tipis papan
Terus kudengar suara serutan
Derita mengiris berkepanjangan
Dan kepongahan tingkah-meningkah
Telingaku pun kutelengkan
Berharap sesekali mendengar
Merdu-menghibur suaramu

Aku merindukanmu, o. Muhammadku
Ribuan tangan gurita keserakahan
Menjulur-julur kesana kemari
Mencari mangsa memakan korban
Melilit bumi meretas harapan
Aku pun dengan sisa-sisa suaraku
Mencoba memanggil-manggilmu


O, Muhammadku, O, Muhammadku!
Dimana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Qur'an dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Aku pun meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku

Aku merindukanmu, O, Muhammadku
Sekian banyak Abu jahal Abu Lahab
Menitis ke sekian banyak umatmu
O, Muhammadku - selawat dan salam bagimu -
bagaimana melawan gelombang kebodohan
Dan kecongkaan yang telah tergayakan
Bagaimana memerangi
Umat sendiri? O, Muhammadku

Aku merindukanmu, o, Muhammadku

PUISI CHAIRUL ANWAR

Aku

Kalau sampai waktuku
Aku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Aku Berkaca

Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Ku dengar seru menderu
Dalam hatiku
Apa hanya angin lalu?
Lagi lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah..!!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak ku kenal..!!!
Selamat tinggal…!!


Senja Di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali.
Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam
Ada juga kelepak elang menyinggung muram
Desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan
Tidak bergerak dan kini tanah air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendirian.
Berjalan menyisir semenanjung
Masih pengap harap
Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap


PUISI TAUFIQ ISMAIL

Takut ‘66, Takut ‘98

Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa.
1998

London, Abad Sembilan Belas
1
Pada ronde ke-99 yang berdarah-darah
Petinju Simon Byrne selesai sudah
Dia mati memuaskan penontonnya

Tinju maut Si Tuli James Burke
Diacung-acungkan wasit
Para penonton berteriak gembira
Polisi Inggeris datang bertugas
Peraturan langsung menjerat kedua tangannya
Tapi anehnya dia dibebaskan, tak lama
Inilah ejekan pada undang-undang
Walau pun ada manusia masih terlarang
Putusan pengadilan bisa diperjual-belikan

2
Lalu tengoklah berbondong-bondong penonton
Naik kereta api dari Setasiun Jambatan London
Menuju tempat rahasia, 25 mil jauhnya
Inilah pertandingan pertama antarbangsa
Tom Sayers juara Britania
Diadu John Heenan jagoan Amerika
Sastrawan Dickens dan Thackeray menonton juga
Sesudah 42 putaran adu manusia
Keduanya berdarah-darah, lebam, habis daya
Tak berketentuan wasit apa keputusannya
Para penonton berteriak dalam histeria
Mengacung-acungkan tinju ke udara
Polisi melakukan interupsi
Para juri dipisuhi, wasit dimaki-maki
Penonton-penonton tak puas jadi buas
Mereka lalu bertinju sesama mereka
Mereka bergigitan seperti serigala
Melolong bagai gorila
Pertunjukan jadi lengkap
Dan lumayan biadab

3
Itulah adegan abad sembilan belas
Asal-usul adu manusia yang kita tidak tahu
Tapi ujungnya kita tiru-tiru
Sebagai bangsa minder apa saja dari Eropa dan Amerika
Seperti kawanan bebek diturut dan ditirukan saja
Sudah jelas ini adu manusia mereka bilang olahraga
Seperti kambing mengembik kita setuju pula
Inilah budaya tanpa pikir kita jiplak begitu saja

Dari abad 19 orang masuk ke abad 20
Di awal abad, adu manusia di sana dilarang undang-undang
Tapi pemilik modal si orang kaya membeli undang-undang
Disobek dicincang itu dokumen undang-undang
Sebagai sampah hukum masuk keranjang
Adu manusia jadi tidak lagi terlarang
Lengkaplah bagian biadab budaya barat
Yang garang, bringasan dan tamak pada uang
Menjalar ke negeri sini, ditiru dan diulang-ulang
Sudahlah minder, ditambah gebleg, kita tak kepalang

4
Pada hari ini akhir abad dua puluh
Kakiku satu sudah masuk abad dua puluh satu
Kita ketemu
Kau ajak aku balik ke abad sembilan belas
Lho tapi, kita ‘kan mau menembus abad 21
Kenapa kau bujuk aku balik ke abad 19 lagi
Mana aku mau

Tapi kau berkeras balik kanan juga
Kau tetap mau ditipu, adu manusia itu olahraga
Kau menanam bibit kekerasan dan kebringasan
Sudah berapa puluh tahun jangka waktunya
Kau sudah panen lama kau mana tahu itu
Bibitmu tumbuh, menyebar dan membesar
Karena kau rabun mana bisa itu kau baca
Ke masyarakatmu tak pernah kau berkaca
Dan kau berkeras balik kanan juga

Kau tak tahu sudah kusiapkan tali rafia biru
Diam-diam kuikat kedua pergelangan tanganmu
Kuseret kau masuk abad 21
Masih saja kau berteriak tak tahu malu
“Tidak mau! Tidak mau!”
Tengoklah anak-anak yang berpikir itu
Mereka terheran-heran melihat kamu.
1989

Komentar

Posting Komentar