AL-QURAN
DAN HISTORISITASNYA
(STUDI
AL-QURAN DAN HADIST)
ALI
HASAN ASSIDIQI
Mahasiswa-Mahasiswi PAI-B UIN Maliki Malang
Abstract
The
Quran is a scripture written by Allah S.W.T to Prophet Muhammad S.A.W. through
the intermediaries of the angel Gabriel to be conveyed to all Muslims, the Holy
Quran is a revelation from Allah evidenced by some Qur'anic verses and some of
the scholars' opinion, the Qur'anic writings evolve according to the times of
development at the time of Prophet Muhammad, Abu Bakar , Utsman bin Affan,
written on the skin, fronds, and stone but still not so well-known as
shuhuf-shuhuf until it grew in the time of Abu Bakr by being compiled into
"Mushaf", during Utsman bin Affan, the emergence of "Mushaf
Utsmani" which Mushaf is a correction of some shuhuf which initially made
a dispute because of Qira'at difference or way of reading. The following
article will show about the Ta'riful Quran (Quran understanding), Qur'anic
proof as revelation from Allah, and The codification of the Qur'anic writing at
the time of Prophet Muhammad, Abu Bakr, Utsman bin Affan.
Kata Kunci: Historisitas,
Al-Quran, Pengertian, Kodifikasi, Bukti.
A. Pendahuluan
Al-Quran
adalah kitab suci agama islam. Umat islam percaya bahwa Al-Quran merupakan
puncak dan penutup Wahyu Allah yang di peruntukkan bagi setiap manusia, dan
bagian dari rukun iman yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W , melalui
perantara Malaikat Jibril. Al-Quran juga memiliki multi fungsi dan selalu
mempunyai hubungan yang pasti dalam fenomena-fenomena kehidupan,hal ini
diantaranya mukjizat ,akidah,ibadah,mu’amalah ,akhlak,hukum,sejarah,dan dasar-dasar
sains. Kitab suci yang diturunkan pertama kepana Nabi Muhammad S.A.W adalah
dinamai Al-Kitab dan Al-Quran (bacaan yang sempurna),walaupun penerima dan
masyarakat pertama yang di temui nya tidak mengenal baca-tulis.ini
semua,dimaksudkan ,agar mereka dan generasi penerus akan membacanya. Fungsi
utama Al-Kitab atau Al-Quran yaitu sebagai petunjuk .Hal ini tidak dapat
terlaksana tanpa membaca dan memahaminya.[1]
Sejak masa turunnya Al-Quran dalam bahasa Nabi
dari kalangan bangsa Arab, kaum muslimin dari golongan sahabat ,tabi’in,ulama
dan qurra’ amat memperhatikan dengan serius :suatu perhatian yang tidak ada
taranya di bandingkan dengan kitab samawi manapun. Sebagai bukti nyata ialah
banyaknya kitab yang di karang berkenaan dengan ilmu Al-Quran sejak dari masa
kurun waktu islam terdahulu oleh para qurra’, mufassir ,dan ulama. Sampai hari
ini pun ulama masih terus menerus membahas dari bermacam- macam aspek dalam Al-Quran.[2]
Nabi
S.A.W adalah seorang ummi yang mana beliau tidak dapat menulis maupun
tidak dapat membaca, lantas bagaimana Rasulallah mengajarkan ayat-ayat Al-Quran
pada para sahabat ? Setelah Rasulallah menghafal ayat atau surah Al-Quran.
Rasul S.A.W. menyampaikan kepada manusia, membacakannya kepada para sahabat
agar mereka menghafalkannya. Hal ini diungkapkan oleh hadist-hadist yang
dirawikan oleh tokoh-tokoh hadist terpercaya yang kitab-kitab mereka menjadi
rujukan kaum muslimin.[3]
B. Pengertian
Al-Quran
Secara
etimologi (bahasa) Al-Quran Berarti bacaan karena makna tersebut di ambil dari
kata “قرآءة”
atau “قرآن”
, yaitu bentuk mashdar dari kata “قرأ”. Sedangkan secara terminologi Al-Quran
sudah banyak di berikan pengertian oleh para mufassir.
Ali
Ash-Shobuni menyatakan bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang
mu’jiz,diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang tertulis
dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang
membacanya, diawali dari Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Naas.
Imam Al-Zarqoni memberikan pengertian bahwa
Al-Quran adalah lafaz yang di turunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, diawali
dengan Surah Al-Fatihah dan di akhiri dengan Surah An-Naas.[4]
Makna Al-Quran menurut Rektor IAIN Sultan
Syarif Qosim adalah Al-Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia yang menghendaki
kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak. Seluruh ajaran
Islam pada prinsipnya telah tertuang dalam kitab suci ini. Isinya sangat universal,
sesuai untuk segala zaman dan makan. Namun demikian, pemahaman
terhadap isi yang di kandungnya tidaklah semudah orang memahami isi buku-buku
selainnya. Oleh karena itu, bagi yang ingin memahaminya lebih mendalam sangat
diharuskan memiliki metode-metode yang relevan dan tepat untuk memahaminya.
Sehingga pesan Illahi itu dapat dicerna secara baik dan dapat di maksimalkan
dalam hidup dan kehidupan manusia.
Menurut istilah ahli agama (‘uruf
Syara’), ialah : “Nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi nya
Muhammad S.A.W. yang ditulis dalam mashaf[5].
Demikianlah menurut ‘uruf, menurut makna yang populer, dalam kalangan ummat.
Al-Quran menurut pendapat ahli Kalam,
ialah yang di tunjuki oleh yang di baca itu, yakni : “Kalam azali yang berdiri
pada dzat Allah yang senantiasa bergerak (tak pernah diam) dan tak pernah
ditimpa sesuatu bencana”.
Al-Alusy
dalam Ruhul Ma’ani berkata : Para Mutakallimin memberi nama Al-Quran kepada
kalimat-kalimat yang gaib yang Azali, sejak dari awal Al-Fatihah hingga akhir
An-Naas, yaitu lafadz-lafadz yang terlepas dari sifat kebendaan, baik secara
dirasa, dikhayali, ataupun lain-lain,yang tersusun pada sifat allah yang Qadim.
Sebagian Muta’akhirin menambahkan
bahwa : “Al-Quran adalah yang kita beribadat dan mentilawatkannya. Ringkasanya,
dapat kita katakan bahwa : “Al-Quran itu
adalah wahyu Illahi yang di turunkan kepada Muhammad S.A.W., yang telah di
sampaikan kepada kita sebagai ummatnya dengan jalan mutawatir, yang di hukum
kafir bagi orang yang mengingkarinya.[6]
Al-Quran
mempunyai beberapa nama, dinyatakan pula bahwa “Kalam Tuhan” yang di turunkan
dan di wahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W[7].
tidak hanya dinamai “Al-Quran”,tetapi juga dinamai dengan :
a. “Al-Kitab”
Lafadz “ Al-Kitab” lebih banyak di
pakai dalam Al-Mashaf. Dia adalah muradhif bagi lafadz “Al-Quran”.
b. “Al-Furqan”
Di kutip dari Surah Al-Furqan ayat
1, bahwasanya Allah S.W.T. menurunkan surah
ini tidak lain agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam semesta.
c. “Adz-Dzikr”
Dikutip dari surah Al-Anbiya’ ayat
21, bahwasanya Allah S.W.T. Menurunkan
Al-Quran sebagai pengingat bagi orang-orang musyrik terdahulu agar tidak
menyembah selain Allah S.W.T.
Mengapa Al-quran dinamai dengan
Al-Quran, Adz-Dzikr, Al-Kitab , Raisul Mufassirin Al Imam Ibn
Jarir At-Thabary telah menjelaskan dalam tafsir besarnya “Jami’ul Bayan” sebab
Al-Quran dinamai dengan Al-Quran dan dengan nama yang empat tersebut.[8] Berfirman
Allah S.W.T. :
“ Kami Wahyukan
kepada engkau sebaik-baik kisah dengan wahyu yang Kami turunkan kepada engkau ,
yakni “Al-Quran” ini, sesungguhnya engkau sebelum itu adalah orang-orang yang
lalai”. (Q.A.3.S 12 : Yusuf).
“ Maha
bahagialah Allah yang telah menurunkan “Al-Furqan” kepada hamba Nya supaya ia
menjadi “Nadzir” bagi alam semesta”. (Q.A. 1.S. 25: Al-Furqan).
“ Segala puji
bagi hanya kepunyaan Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya “Al-Kitab” dan
tidak Ia jadikan baginya kebohongan”. (Q.A. 1.S. 18: AL-Kahf).
“ Bahwasanya
Kami hanya kepunyaan Allah yang telah menurunkan kepada “Adz-Dzikr” dan
bahwasanya kami sungguhakan memeliharanya”.(Q.A. 9.S. 15 Al-Hijr)
Dapat
disimpulkan dari pengertian di atas, mengapa Al-Quran dinamai dengan Al-Quran,
Al-Quran dinamai dengan Al-Quran karena ia “dibaca”, dinamai dengan Al-Furqan
karena sebagai “pencerai” yang benar dan yang salah, dinamai dengan Al-Kitab
karena ia “ditulis”, dan dinamai dengan Adz-Dzikr karena ia “suatu peringatan”
dari Allah pada para hambaNya .
Hakikat Al-Quran,
Menurut para Ulama Mu’tazilah, bahwasanya Al-Quran ialah: huruf-huruf dan suara
yang dijadikan Allah, yang setelah berwujud lalu hilang dan lenyap. Menurut
Al-Ghazali dalam Al-Mustashfa: “Hakikat Al-Quran ialah: Kalam yang berdiri pada
dzat Allah, yaitu: suatu sifat yang Qadim diantara sifat-sifatNya. Dan kalam
itu lafadz yang musytarak, dipergunakan untuk lafadz yang menunjuk kepada
makna, sebagaimana di pergunakan untuk makna yang telah di tunjuk oleh lafadz.[9]
Tentang sumber-sumber Al-Quran,
Keyakinan ilahiah wahyu-wahyu yang di terima Muhammad merupakan keyakinan
standart dalam teologi islam. Tanpa keyakinan tersebut,tidak ada seorang muslim
pun yang mengklaim dirinya sebagai seorang muslim.Tetapi, keyakinan tersebut
telah mendapat tantangan serius ketika di proklamasikan pertama kali oleh
Al-Quran dan berlanjut hingga dewasa ini di kalangan tertentu pengamat islam
yang Non-Muslim.
Al-Quran sendiri tidak menyembunyikan
oposisi yang serius terhadap Nabi, tetapi justru merekam rentetan peristiwa tersebut tanpa
memutar balikan sebuah pandangan negatif para oposan kontemporer Nabi mengenai
asal-usul genetik atau sumber wahyu yang di terimanya, termasuk ejekan dan
celaan musuh Nabi[10].
Sebagaimana terlihat, para penantang Muhammad memang berbeda untuk setiap
kasusnya. Tetapi, dalam berbagai jawaban tersebut, kitab suci ini selalu
menekankan asal usul ilahiahnya: Wahyu yang di terima Muhammad itu bersumber
dari Tuhan semesta alam.[11]
Nuzulul Quran, Al-Quran adalah Kitab
Samawi yang terakhir di turunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha Agung
kepada Nabi Muhammad S.A.W. sebagai rosul terakhir. Turunnya Al-Quran itu sudah
jelas dan pasti berdasarkan dalil naqli dan aqli. Adapun dalil aqli itu ialah
dari segi-segi kemukjizatan yang di kandung oleh kitab ini yang menantang manusia
dan Jin untuk mendatangkan tandingan Al-Quran tetapi secara mutlak mereka tidak
mampu padahal tantangan terus berlaku hingga hari kiamat.[12] Berfirman
Allah S.W.T. :
انّآانزلناه
في ليلة القدر°
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya(Al-Quran) pada
malam kemuliaan (Lailatul Qadr)”
Turunnya Al-Quran yang pertama kalinya adalah pada malam Laylatul
Qadar merupakan pemberitahuan bagi Nabi dan para malaikat, Turunnya Al-Quran
kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab terdahulu, sangat mengagetkan
orang dan menimbulkan pengetahuan terhadapnya.Oleh karena itu, wahyu turun
berangsur-angsur untuk menguatkan hati nabi dan menghiburnya serta mengikuti
peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan
mencukupkan Nikmat-Nya.[13]
Akan tetapi, lahir (zahir) dari ayat
tersebut bertentangan dengan kejadian nyata Nabi Muhammad, yang mana Al-Quran
turun selama 23 tahun,oleh karenanya para ulama mempunya 2 madzhab pokok,
yaitu:
1.Madzhab Pertama, yaitu
pendapat Ibn Abbas dan para ulama yang lain serta yang di jadikan pegangan para
ulama lainya. Yang dimaksud dengan turunnya Al-Quran dalam ayat di atas adalah
turunnya Quran sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia agar para malaikat
menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al-Quran diturunkan kepada rasul kita Muhammad S.A.W. secara
bertahap selama dua puluh tiga tahun. Sesuai dengan peristiwa dan kejadian
sejak ia di utus hingga sampai wafatnya. Beliau tinggal di Mekkah sesudah
diutus selama 13 tahun dan sesudah hijrah tinggal di madinah selama 10 tahun.
Ibn Abbas berkata “ Rasulullah S.A.W. Diutus pada usia 40 tahun. Ia tinggal di
mekkah selama 13 tahun, pada waktu itulah wahyu terus turun kepadanya, kemudian
ia di perintah hijrah selama 10 tahun, dan beliau wafat pada usia 63 tahun. [14]
2.Madzhab Kedua, yaitu yang
diriwayatkan oleh Sya’bi [15],yang
di maksud turunnya Al-Quran dalam salah satu ayat diatas adalah permulaan
turunya Al-Quran pada rasulallah S.A.W. permulaan turunnya Quran dimulai pada
malam lailatul Qadar di bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang di berkahi.
Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan
kejadian dan peristiwa selama kurang lebih 23 tahun. Dengan demikian, Quran
hanya satu cara turun, yaitu dengan cara yang berangsur-angsur atau secara
bertahap, dalam firman Allah S.W.T :
وقرآنا
فرقناه لتقرءه على الناس على مكث ونلزلناه تنزيلا°
Artinya : “Dan
Quran (kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya
kepada manusia perlahan-lahan dan kami
menurunkannya secara bertahap.” (al-Isra’/17: 106)
Dengan demikian, maka pendapat yang
kuat ialah bahwa Al-Quranul Karim itu dua kali di turunkan:
Pertama: Di turunkan secara
sekaligus pada malam lailatul qadar ke Baitul ‘Izzah di langit dunia.
Kedua: Di turunkan dari langit
dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama 23 tahun.
C. Bukti
Al-Quran adalah Wahyu
Wahyu adalah
isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui
pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan
terkadang melalui saluran mata semata, dan terkadang pula melalui
isyarat dengan sebagian anggota badan. Al wahy atau wahyu adalah kata
masdar, dan materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu:
tersembunyi dan cepat, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa wahyu adalah
pemberitahuan yang ,tersembunyi dan cepat khusus di beritahukan kepada orang
yang di beritahu tanpa di ketahui orang lain.[16]
Wahyu menurut istilah, ialah: nama
bagi sesuatu yang dicampakkan dengan cara cepat dari Allah kedalam dada
Nabi-nabiNya. Disebut dalam kitab Al-Masyariq, bahwa wahyu itu pada misalnya: “
Sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat”.[17] Tentang
diturunkanya wahyu Al-Quran dapat dilihat pada ayat 185 surah Al-Baqarah :
شهر
رمضان اللّذى انزل فيه القران هدى لنّاس وبيّنت مّن الهدى والفرقان°
Artinya:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya di turunkan (Permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil).”
Salah satu bukti bahwa Al-Quran adalah
wahyu dari Allah adalah tidak ada kitab lain yang dapat menandingi isinya,
keindahan makna-nya dan sumber tolak ukur dalam setiap kehidupan, dapat di
buktikan dengan tantangan Allah dalam surah Al-Baqarah 23 :
وإن كنتم في ريب ممّا نزلّنا على عبدنا فأتوابسورة مّن مّثله وادعوا
شهداء كم مّن دون الله إن كنتم صادكين°
Artinya : “Dan
jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal Al-Quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu memang orang yang benar.”
Dalam ayat tersebut Allah S.W.T.
Menantang siapa pun yang untuk membuat karya layaknya Al-Quran, dari segi
keindahan bahasa, keunggulan ilmiah yang terkandung di dalamnya, serta tata
bahasanya, mengapa demikian ? Kalau saja Al-Quran yang membuat adalah manusia,
tentunya Al-Quran pasti ada tandingannya, akan tetapi jika tidak ada, dapat
kita simpulkan bahwa memang Al-Quran adalah wahyu Allah yang sempurna, di
turunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad di Gua hira.
Ibn Asythah dalam Kitabul Mashahif,
bersumber dari Ubaid bin Umair, berkata: Jibril datang kepada Nabi S.A.W
membawa sehelai kain sutera,lalu berkata: “Bacalah!” Nabi menjawab, “Aku
tak bisa membaca.” Kemudian ia (Jibril) berkata. “Bacalah dengan menyebut
nama Tuhanmu.” Mereka berpendapat bahwa wahyu ini turun pertama turun dari
langit. Az-zuhri meriwayatkan, bahwa Nabi S.A.W sedang berada di Gua Hira
ketika di datangi malaikat dengan membawa kain sutera bertuliskan :
إقرأ
با سم ربك الذي خلق ° خلق لإنسان من علق° إقرأ وربك لأ كرم ° الذي علم با لقلم
°علم الإنسان ما لم يعلم°
Penerimaan wahyu Al-Quran ada di luar
jangkauan nalar manusia. Selama 14 abad yang silam tak ada seorang rasul yang
muncul, dan dalam memahami fenomena wahyu kita semata-mata merujuk pada laporan
authentic dari Nabi Muhammad dan orang-orang kepercayaan yang
menyaksikan kehidupan beliau sebagai cermin tentang apa yang dialami oleh
nabi-nabi sebelumnya dalam menerima komunikasi ketuhanan.[18]
Ustadz Farid Wadji mendefinisikan
tujuan-tujuan dalam Al-Quran dengan mengatakan: “
Al-Quran adalah Wahyu Ilahi yang diturunkan oleh Ruhul Amin yaitu Malaikat
Jibril kedalam hati Rasulallah S.W.T agar menjadi peringatan dan kabar gembira
bagi seluruh umat manusia. Dan keyakinan kita, wahai kaum muslimin,- ialah
bahwa Al-Quran itu adalah kitab yang mencakup berbagai macam hukum dan prinsip
yang beraneka ragam: ia mencakup intisari kitab samawi terdahulu dan ia membawa
aturan yang paling agung demi kesempurnaan kehidupan dunia dan akhirat.[19]
Wahyu yang di terima Muhammad memiliki
asal-usul Illahiah, seperti yang telah di tunjukkan di bagian yang lalu, selalu dijelaskan dalam Quran ayat :
° إنْ هُوَ إلَّى وَحْيٌ يُوْحى° وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَا
Artinya: “Dan
tidaklah (Muhammad) berbicara mengikuti hawa nafsunya. Sungguh (ucapannya) itu
tidak lain adalah wahyu yang di wahyukan”.[20]
Sementara di dalam sejumlah bagian
Al-Quran yang lain Muhammad di perintahkan mengikuti apa-apa yang di wahyukan
Tuhan kepadanya (6:50,106; 7:203; 10.109; 33:2; 46:9; 43:43; dll.). Ia tidak
mengharamkan makanan apapun kecuali bangkai,darah,daging babi atau binatang
yang di sembelih atas nama selain Allah- karena tidak menemukan larangan
semacam itu eksis di dalam wahyu yang di wahyukan kepadanya (6:145) .[21]
Pada ayat lainya, terdapat juga bukti
bahwa Al-Quran, yaitu dalam surat Al-Anfal 41:
إن كنتم بالله وما أنزلنا على عبدنا يوم
الفران يوم التقى الجمعن °
Artinya: “ Jika kamu beriman kepada Allah dan
kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqan yaitu
di hari bertemunya dua pasukan”
Itulah bulan ketika Muhammad S.A.W
beri’tikaf di Gua Hira, menjauhkan diri dari khalayak untuk berpuasa dan
beribadah. Adapun tentang kepastian malam dimulainya wahyu itu tanggal 17
Ramadhan,karena “bertemunya dua pasukan besar ”[22],ialah
pada tanggal tersebut ,tahun kedua Hijrah. Yang dimaksud dengan dua pasukan
besar adalah kaum muslimin dan kaum musyrikin di Badr.Jadi ayat diatas
mengisyaratkan kepada dua hari besar, pada suatu diantara kedua hari tersebut
Allah memuliakan Muhammad S.A.W memuliakan kaum muslmin dan kemenangan di
berikan-Nya. Diriwayatkan oleh Abu Ja’far bin Jarir Ath-Thabary dalam tafsirnya,dengan
sanad dari Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib a.s. yang berkata “Lailatul
Furqan adalah hari bertemunya dua pasukan besar pada tanggal 17 Ramadhan”.[23]
C. Sejarah
Penulisan dan Kodifikasi Al-Quran (Nabi Muhammad, Abu bakar, dan Utsman)
Selama
Berabad-abad, kaum muslim telah menunjukkan kesungguhan untuk melestarikan dan
menyampaikan Al-Quran sebagaimana di wahyukan kepada Nabi Muhammad. Kaum muslim
menggunakan semua sarana pelestari dan komunikasi yang mungkin : kulit, kertas,
dan tinta, papan dan kapur, media cetak,kaset dan juga internet. Al-Quran telah
diajarkan dan di pelajari secara rahasia maupun terang-terang an, di
rumah-rumah, di masjid-masjid besar, di taman kanak-kanak,dan juga di madrasah.
Tapi, pada akhirnya dalam setiap generasi ada banyak muslim yang mengabdikan
diri secara tulus untuk mengatasi masalah
berat berupa menghafal Al-Quran dan menguasai bacaannya, teks sakral ini
terus dilestarikan secara utuh, diriwayatkan secara akurat, dan di agungkan
ditengah masyarakat muslim.[24]
1.Pada Zaman
Nabi Muhammad S.A.W
Rasulallah telah mengangkat para
penulis wahyu Al-Quran dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali, Mu’awiyah,
‘Ubai bin Ka’b dan Zaid bin Sabit.Bila ayat turun, ia memerintahkan mereka
menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah,sehingga
penulisan pada lembaran itu membantu penghafalan dalam hati.[25]Para
penulis Al-Quran menulis ayat-ayat pada pelepah, batu dan sobekan kain, dan
kadang-kadang diatas kulit atau tulang, yang biasa dilakukan orang-orang Arab
pada waktu itu. Semua itu mereka beri nama shuhuf. Shuhuf-shuhuf itu di
tulis dan di simpan di rumah Rasulallah S.A.W. Muhammad bin Ishaq dalam Al-Fihrits
mengatakan: “Pada zaman Rasulallah S.A.W Al-Quran ditulis dihadapan beliau
diatas kepingan batu, pelepah dan tulang-tulang unta.” Dalam suatu riwayat lain yang bersumber dari
Ali bin Ibrahim, dari Abi Bakar al-Hadhrami bahwa Abu Abdillah Ja’far bin
Muhammad a.s. berkata: Rasulallah pernah berkata kepada Ali: “Hai Ali,Al-Quran
ada di belakang tempat tidurku ,di
shuhuf, sutera, kertas(lembaran atau kain lainnya). Ambillah, kemudian
kumpulkan, jangan di sia-siakan seperti orang Yahudi menyia-nyiakan Taurat.”
Ali menuju ke tempat tersebut dan membungkusnya dengan kain kuning.[26]
Diwaktu Rasulallah Wafat, seluruh
Al-Quran itu baru di tulis belum di atas kertas. Ada yang ditulis diatas
pelepah kurma ada yang diatas kulit, ada yang diatas kain, ada yang diatas
tulang, dan ada pula yang di atas punggung unta. Disimpan di dalam hati
sekalian orang muslim pada waktu itu. Di waktu Rasulallah masih hidup,
tiap-tiap ayat yang turun kepadanya itu dihafalnya. Juga di hafal oleh
orang-orang Islam yang lainya.Sehingga hafalan itu melekat di hati Rasulallah
dan umat islam pada waktu itu.[27]
Adapun nama penulis wahyu Al-Quran
(Kuttab) yang terkenal : Abu bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali ,’Amir ibn Fuhairah (
Salah satu penulis surat nabi yang dikirimkan kepada beberapa raja), Ubay Ibn
Ka’ab (Penulis dari kaum Anshar,dan paling banyak menulis wahyu), Tsabit Ibn
Qais Ibn Syammas, Zaid Ibn Tsabit, Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan, Yazid(saudara
daripada Mu’awiyah), Al Mughirah Ibn Syu’bah, Az Zubair Ibn Al ‘Auwam, Khalid
Ibn Walid,Al ‘Ala Al Hadrhramy, ‘Amir Ibn ‘Ash,Muhammad Ibn Maslamah.
2. Pada Zaman
Abu Bakar
Abu Bakar menjalankan urusan islam
setelah Rasulallah. Ia dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa besarberkenaan
dengan kemurtadan sebagian orang Arab.Karena itu Abu bakar segera menyiapkan
pasukan untuk memeranginya, diantaranya terdapat juga Hafidz dan Qurra’.[28]
Abu Bakar menyiapkan satu pasukan tentara terdiri dari 4000 pengendara kuda,
yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Pasukan Khalid berangkat untuk menggempur
mereka. Dan banyak pula sahabat yang gugur.Diantara sahabat yang gugur, salah
satunya adalah Zaid ibnul Khattab, saudara ‘Umar. Sebanyak 700 penghafal
Al-Quran yang syahid. Setelah ummat islam mengeraskan tekanan nya, pertolongan
Allah pun datang.[29]
Melihat banyak sahabat Al-Quran yang
gugur, maka timbulah hasrat ‘Umar ibn Khattab untuk meminta Abu Bakar agar
Al-Quran itu dikumpulkan, karena khawatir akan hilang berangsur-angsur, kalau
di hafal saja, karena para hafidz semakain berkurang. Abu bakar mulanya menolak
ajakan ‘Umar tesebut, namun setelah Allah membukakan pintu hati Abu Bakar ,Abu
Bakar menyetujui nya,. Dan selanjutnya Abu Bakar mendatangi Zaid ibn Tsabit ,
memerintah Zaid , mengingat kedudukannya dalam qira’at, penulisan, pemahaman
dan kecerdasannya serta kehadirannya dalam pembacaan Al-Quran yang terakhir
kali, Abu Bakar menceritakan tentang kekhawatirannya ‘Umar. [30]Zaid
berkata “ Demi Allah ,Kalaulah aku di bebani untuk memindahakan suatu gunung,
tidaklah lebih berat daripada aku diperintahkan untuk mengumpulkan Al-Quran.”
Dan Abu bakar menjawab “Demi Allah ,ini satu kebaikan.
Setelah Abu Bakar mengulangi
permintaannya beberapa kali, luluhlah hati Zaid ,dan Zaid pun memulai
mengumpulkan Al-Quran yang tertulis pada pelepah-pelepah,kepingan-kepingan
batu, dan yang dihafal oleh para sahabat. Dari riwayat tersebut, terlihat
jelaslah bahwa Abu Bakar bertindak hal tersebut karena belum pernah di lakukan
oleh Rasulalallah S.A.W. Demikian pula Zaid, Ia juga tidak mau bertindak apa
yang belum pernah di lakukan Rasulallah,karena takut dikatakan bid’ah terhadap
masalah agama.Di dalam kitab Al-Itqan, dengan mengutip buku Al-Maghazi
karya Musa bin Uqbah dari Ibnu Syihab,
katanya: “ Ketika peristiwa Al-Yamamah menimbulkan banyak korban ,Abu Bakar perihatin
dan khawatir akan hilangnya ayat-ayat Al-Quran. Kemudian para sahabat saling
berdatangan dengan membawa ayat Al-Quran kepada Abu Bakar, sehingga terkumpulah
lembaran-lembaran.Karena itulah Abu Bakar disebut sebagai orang yang pertama
kali mengumpulkan Al-Quran.Lalu Umar memanggil orang-orang Madinah yang merasa
menerima Al-Quran dari Rasulallah, Abu Bakar berkata pada Umar dan Zaid :
“Duduklah kalian diantara pintu masjid. Siapa saja yang datang membawa ayat
Al-Quran serta dua orang saksi, segeralah catat.Kedua saksi tersebut bertujuan
agar memberi kesaksian bahwa ayat Al-Quran yang di bawa oleh setiap orang
adalah benar seperti yang di baca ulang di hadapan Nabi pada tahun wafat beliau
dan di tulis sepengatahuan beliau.”[31]
Kita sudah mengetahui bahwa Quran
sudah tercatat pada masa Nabi Muhammad, namun bentuknya masih berserakan dalam
pelepah kurma, kulit dan tulang-tulang, kemudian pada masa Abu Bakar muncul
perintah darinya untuk mengumpulkan menjadi satu “Mushaf”. Keistimewaan seperti inilah hanya
ada pada himpunan Quran yang di kerjakan oleh Abu Bakar. Para Ulama berpendapat
bahwa penamaan Quran dengan “mushaf” itu baru muncul sejak saat itu, di saat
mengumpulkan Al-Quran, Ali berkata “ Orang yang paling besar pahalanya dalam
pengumpulan mushaf adalah Abu Bakar.Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada
Abu Bakar. Dialah orang pertama yang mengumpulkan Al-Quran”.[32]
Dari penjelasan diatas kita dapat
menemukan kodifikasi yang dilakukan pada masa Abu bakar)[33] :
a.
Orang yang
pertama kali melakukan kompilasi Al-Quran adalah Abu Bakar, terjadi setelah
perang Yamamah.
b.
Sedangkan orang
yang mempunyai gagasan pertama untuk melakukan kompilasi Al-Quran adalah Umar
Ibn Khattab.
c.
Motivasi Umar
memaksa Abu Bakar untuk melesatarikan Quran adalah agar eksistensi Al-Quran
tetap terjaga.
d.
Abu Bakar
memilih Zaid untuk menulis Al-Quran karena kemampuanya.
e.
Kompilasi yang
di tulis Zaid adalah apa yang pernah ditulis pada masa Nabi Muhammad .
f.
Abu Bakar
menyerahkan Mushaf kepada Umar selaku penggantinya, lalu Mushaf di berikan
kepada Hafsah.
g.
Istilah Mushaf
baru muncul pada masa Abu Bakar.
3. Pada Zaman
Utsman Bin ‘Affan
Gerakan Pengumpulan Shuhuf-shuhuf pada
masa Utsman, Sesudah beberapatahun berlalu dari pemerintah ‘Utsman Bin Affan
timbullah beberapa penggerak yang menggerakan para sahabat supaya meninjau
kembali shuhuf-shuhuf yang telah di tulis oleh Zaid bin Tsabit.
Ketika terjadi perang Armenia dan
Azarbaijan dengan penduduk Irak, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat
itu ialah Huzaifah bin
Al-Yaman. Ia melihat banyak perbedaan cara-cara membaca Al-Quran. Sebagian
bacaan itu bercampur dengan kesalahan, tetapi masing-masing orang tetap
berpegang teguh pada bacaanya dan bahkan saling mengkafirkan.Melihat kenyataan
seperti itu, Huzaifah segera menghadap Utsman dan melaporkan kepadanya apa yang
telah di lihatnya. Utsman juga memberi tahu kepada Huzaifah bahwa sebagian
perbedaan itu pun akan terjadi pada orang-orang yang mengajarkan qiraat pada
anak-anak. Mereka sepakat untuk menyalin lembaran-lembaran pertama yang ada
pada Abu Bakar dan menyatukan umat
islam dengan bacaan yang tetap pada satu huruf.[34]
Maka Utsman meminta kepada Hafsah
supaya memberikan shuhuf-shuhuf yang ada padanya untuk di salin kedalam
beberapa mushaf. Sesudah itu akan dikembalikan lagi kepada Hafsah, sesudah
shuhuf-shuhuf itu di terima oleh Utsman, beliau pun menyuruh Zaid Bin Tsabit,
Abdullah ibn Zubair, Zaid ibn Ash, Abdur Rahman Ibn Harits Ibn Hisyam menyalin
dari shuhuf-shuhuf itu beberapa mushaf.Jika terjadi perselisihan maka hendak
akan ditulis menggunakan bahasa Quraisy, karena Al-Quran diturunkan dengan
lisan Quraisy. Utsman mengirim mushaf-mushaf tersebut ke beberapa kota-kota
besar satu mushaf,serta memerintahkan agar shuhuf yang lainya di bakar. Menurut
Ibn Abu Daud: Utsman membentuk suatu badan pada tahun ke -25 Hijriah, yang mana
badan tersebut terdiri dari 12 orang dan di kepalai oleh Zaid bin Tsabit,
tugasnya yaitu menentukan bahasa mana yang harus di pakai ,untuk menghilangkan
perselisihan tentang pemakaian kalimat. Tegasnya badan tersebut berpegang pada
penyusunan yang telah sempurna dilakukan dimasa Abu Bakar.Sesudah sempurna baik
dari segala ayat quran nya, tempat nya yang ada dalam surah dan penertiban
surah, Utsman pun menyuruh salin empat mushaf dari naskah pertama dinamai
Al-Imam. Sebuah naskah ke Mekkah, ke Kuffah, ke Basrah, ke Syam. Asal salinan
tulisan badan lajnah tinggal di tangan Utsman sendiri, dan Utsman menyuruh
membakar shuhuf-shuhuf yang ada dalam masyarakat dan menyuruh kaum muslimin
membaca Al-Quran dengan Qiraat yang termateri dalam Al-Imam itu.[35]
Dari penjelasan diatas kita dapat
menemukan kodifikasi yang dilakukan pada masa Utsman bin Affan)[36] :
a. Faktor utama penyebab Utsman memodifikasi Al-Quran adalah perbedaan
masyarakat muslim tentang bacaan Al-Quran.
b. Untuk melaksanakan tugas berat tersebut, ‘Utsman membentuk suatu
badan yang di kepalai oleh Zaid bin Tsabit guna menentukan bahasa yang akan di
pakai agar menghilangkan perselisihan .
c. Modifikasi Al-Quran merujuk pada shuhuf yang telah disusun pada
masa Abu Bakar.
d. Mushaf ‘Utsmani’ ditulis dengan dialek Quraisy karena Al-Quran diturunkan
dengan bahasa mereka.
e. Mushaf yang di cetak oleh badan pimpinan Zaid bin Tsabit di kirim
ke Kuffah, Basrah ,Syuria, Mekkah, dan Madinah.
f. Setelah selesai segala proses penyalinan shuhuf, Zaid membacakan
hasilnya di depan Utsman dan beberapa sahabat lain ke propinsi islam , Zaid di
Madinah, ‘Abdullah bin Al-Said di Mekkah, Al- Mughiroh bin Syihab di Syuria,
Abu ‘Abdurrahman Al-Salimi di Kuffah, dan Amir bin ‘Abdul Qodir di Basrah.
D. Penutup
Dari penjelasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Al-Quran adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril sebagai pedoman hidup bagi manusia
yang menghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak.
Bukti bahwa Al-Quran adalah benar-benar wahyu Allah S.W.T. adalah dari beberapa
Firman Allah di dalam Al-Quran yang mana Allah telah menantang siapapun untuk
membuat kitab se-sempurna Al-Quran, jika ada maka Al-Quran akan ada
tandinganya, namun tidak karena kesempuranaan Al-Quran hanyalah milik Allah
S.W.T. ,mengenai perkembangan penulisan atau kodifikasi Al-Quran pada masa Nabi
Muhammad, Al-Quran telah di tulis namun masih berupa shuhuf-shuhuf
(lembaran-lembaran) oleh para sahabat Nabi pada masa itu, ada yang diatas
pelepah kurma, kulit binatang, dan bahkan diatas batu, pada masa kepemimpinan
Abu Bakar Al-Quran mulai di kumpulkan menjadi “Mushaf” atas hasrat dari Umar
bin Khattab yang meminta agar segera di kumpulkan karena takut akan semakin menghilangnya
para huffadz Al-Quran, pada masa Utsman bin Affan, Mushaf-Mushaf mengalami
perbaikan dari segi bahasa karena pada saat itu banyak kaum muslimin yang bertikai
akibat bahasa dari masing-masing mushaf berbeda oleh karena itu, dengan
berkiblat pada mushaf yang ada pada masa Abu Bakar, Utsman segera memperbaiki
bahasa Mushaf tersebut dan muncul-lah “Mushaf Utsmani”.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-A’zami,
Muhammad Mustafa. 2005. The
History The Qur’anic Text. Jakarta:
GEMA INSANI.
Al-Qattan,
Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa. 2015.
Az-Zanjani, Abu
Abdullah. Wawasan Baru Tarikh Al-Quran. Bandung:Mizan,1986.
T.M.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan
Bintang,1974.
Amal, Taufik
Adnan. Rekontruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:FkBA,2001.
Anwar, Abu. Ulumul
Quran. Pekanbaru:Amzah,2002.
Al-Abyabi,
Ibrahim. Sejarah Al-Quran.Jakarta:PT.RINEKA CIPTA,1992.
Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Bandung: Mizan,1994.
Ibrahim,
Muhammad Ismail. Sisi Mulia Al-Quran. Jakarta:CV. RAJAWALI,1986.
Mattson,
Inggrid. Ulumul Quran Zaman Kita. Jakarta:Zaman,2013.
Mochamad
Samsukadi, “Sejarah Mushaf Utsmani (Melacak Transformasi Al-Quran dari Teks
Metafisik sampai Textus Receptus)”,Unipdu,Volume 6 No.2, Desember 2016
[1] M.Quraish
Shihab.Lentera Hati.Bandung:Mizan.1994.hlm.27-28
[2] Abu Abdullah
Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.15
[3] Abu
Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.53-54
[4] Abu
Anwar.Ulumul Quran.Pekanbaru:Amzah.2002.hlm.13
[5] Mas-haf
boleh di baca Mish-haf dan Mus-haf. Maknanya: Lembaran-lembaran yang
dikumpulkan dan di ikat, merupakan buku.
[6] Hasbi
T.M. As-Shiddiqiey.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan
Bintang.1974.hlm.15-16
[7] Ibid.,
hlm. 19
[8] Ibid.,
hlm. 20
[9] Ibid.,
hlm. 22
[10] Taudik
Adnan Amal.Rekontruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:FkBA.2001.hlm. 51
[11] Ibid.,
hlm.55
[12] Muhammad
Ismail Ibrahim.Sisi Mulia Al-Quran.Jakarta:CV.RAJAWALI.1986.hlm.11
[13] Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.142
[14] Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa.2015.hlm.143
[15]
Asy-Sya’bi adalah ‘Amir bin Syaharil, termasuk tabiin besar dan salah seorang
guru Abu Hanifah yang terkemuka. Dia juga ahli hadist dan ahli fiqih, wafat 109
H.
[16] Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.35
[17]Hasbi
T.M. Ash-Shiddiqiey.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan
Bintang.1974.hlm.25
[18] M.M.
Al-A’zami.The History The Qur’anic
Text.Jakarta:GEMA INSANI.2005.hlm.48
[19] Muhammad
Ismail Ibrahim.Sisi Mulia Al-Quran.Jakarta:CV.RAJAWALI.1986.hlm.10
[20] Surah
An-Najm,ayat 3-4.
[21] Taufik
Adnan Amal.Rekontruksi Sejarah Al-Quran.Yogyakarta:FkBA.2001.hlm.61
[22] Surah
Al-Anfal,ayat 41.
[23] Abu
Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.46
[24] Inggrid
Mattson.Ulumul Quran Zaman Kita.Jakarta:Zaman.2013.hlm.200
[25] Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.183
[26] Abu
Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.65-66
[27] Ibrahim
Al-Abyabi.Sejarah Al-Quran.Jakarta:PT.RINEKA CIPTA.1992.hlm.55
[28] Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.185
[29] Hasbi
T.M. Ash-Shiddiqiey.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan
Bintang.1974.hlm.89
[30]Manna’ Khalil
Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.186
[31] Abu
Abdullah Az-Zanjani.Wawasan Baru Tarikh Al-Quran.Bandung:Mizan.1986.hlm.85-86
[32]Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.188-189
[33]
Mochamad Samsukadi, “Sejarah Mushaf Utsmani (Melacak Transformasi Al-Quran
dari Teks Metafisik sampai Textus Receptus)”,Unipdu,Volume 6 No.2, Desember
2016,hlm.248-249
[34] Manna’
Khalil Al-Qattan.Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran.Bogor:Pustaka Litera Antar
Nusa.2015.hlm.190
[35]Hasbi
T.M. Ash-Shiddieqy.Sejarah Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir.Jakarta:Bulan
Bintang.1974.hlm.93-94
[36]
Mochamad Samsukadi, “Sejarah Mushaf Utsmani (Melacak Transformasi Al-Quran
dari Teks Metafisik sampai Textus Receptus)”,Unipdu,Volume 6 No.2, Desember
2016,hlm.253-255
Strange "water hack" burns 2lbs overnight
BalasHapusMore than 160000 women and men are using a simple and SECRET "water hack" to burn 1-2lbs each night in their sleep.
It is proven and works all the time.
Here's how you can do it yourself:
1) Take a clear glass and fill it up with water half full
2) Proceed to use this strange HACK
and you'll be 1-2lbs thinner the next day!